Tol dan Mahalnya Tiket Pesawat Dorong Bus Jadi Andalan
Terminal bus akan diubah seperti layaknya bandara pada tahun depan. Terminal wajib memiliki tempat istirahat, ruang tunggu, dan toilet, yang mengutamakan kenyamanan pengunjung.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai bus akan menjadi angkutan massal utama pada Lebaran 2019 dan untuk jangka panjang. Kondisi itu didukung dua fenomena, yakni harga tiket pesawat yang mahal dan pembangunan masif jalan tol.
Menhub hadir dalam acara kumpul dengan operator bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di Gedung Kemenhub, Jakarta, Jumat (17/5/2019). Dalam pertemuan itu, Budi mengatakan, bus saat ini memang belum terlalu diminati.
”Meski belum terlalu diminati, ada fenomena bagus untuk bus. Yang pertama, jalan sudah bagus semua dari Jakarta ke Surabaya, juga ke Palembang, punya pilihan jalan biasa atau tol. Kedua, tiket pesawat sedang mahal,” kata Budi.
Menurut Budi, penggunaan tol dapat membuat bus lebih produktif. Walaupun biaya tol cukup mahal, pengusaha bus dapat meningkatkan produktivitas dengan menghemat waktu tempuh.
Sementara itu, tiket pesawat yang melonjak pada awal tahun hingga mendekati Lebaran membuat penumpang akan berpikir untuk menggunakan pesawat dalam jarak dekat. ”Kalau dari Surabaya ke Solo, orang pasti tidak akan naik pesawat lagi. Mereka akan naik bus,” ucapnya.
Untuk itu, Menhub menjelaskan kepada operator bus untuk unjuk gigi kepada penumpang dengan cara memberikan pelayanan terbaik saat musim Lebaran. Hal itu agar masyarakat kembali mempercayai bus sebagai angkutan massal utama.
Bukan tanpa alasan Kemenhub bertekad menjadikan bus sebagai angkutan massal utama. Bus dinilai sebagai angkutan paling ideal untuk membuat masyarakat beralih dari angkutan pribadi.
Naik drastis
Budi menyebutkan, dalam beberapa waktu terakhir, permintaan terhadap bus naik drastis mencapai tiga kali lipat dari biasanya. Hal itu merupakan pertanda baik yang menunjukkan masyarakat tak lagi memprioritaskan kendaraan pribadi untuk bepergian.
”Saya ingin menjadikan bus angkutan utama sejak tahun lalu. Bahwa kendaraan pribadi favorit sekarang, mungkin. Namun, untuk jangka panjang, minimal tahun depan, itu tidak boleh terjadi lagi,” tuturnya.
Untuk menuntaskan misi jangka panjang, Kemenhub akan melakukan renovasi pada terminal-terminal di seluruh Indonesia. Menhub menegaskan telah mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 500 miliar pada tahun depan.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi menambahkan, terminal akan diubah seperti layaknya bandara pada tahun depan. Terminal wajib memiliki tempat istirahat, ruang tunggu, dan toilet, yang mengutamakan kenyamanan pengunjung. Masing-masing terminal akan mendapatkan jatah Rp 10 miliar.
Selain terminal, Budi Setiyadi yang datang pada acara kumpul bersama AKAP juga meminta pembaruan kelengkapan standar di bus. Salah satunya ketersediaan alat penunjuk arah atau yang dikenal dengan GPS.
”Untuk para pemilik bus, kami mewajibkan GPS harus ada paling lambat setahun ke depan. Meski masih lama, bapak-bapak sudah harus melaporkan jumlah bus yang dipasang GPS setiap bulannya agar lebih terkendali,” kata Budi kepada pemilik bus yang hadir.