Petani kopi di Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, masih menunggu keluarnya sertifikat organik internasional. Sebelumnya, sejak 25 Maret-3 April 2019, mereka telah menjalani serangkaian proses assessment oleh lembaga audit dan sertifikasi produk berkelanjutan PT Icert Agritama International.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Petani kopi di Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, masih menunggu keluarnya sertifikat organik internasional. Sebelumnya, sejak 25 Maret-3 April 2019, mereka telah menjalani serangkaian proses assessment oleh lembaga audit dan sertifikasi produk berkelanjutan PT Icert Agritama International.
Master Trainer sekaligus petugas penyuluh pertanian kopi dampit, Jajang Somantri, Kamis (16/5/2019), mengatakan, pihaknya berharap sertifikat organik itu sudah bisa keluar bulan depan. ”Proses verifikasi lapangan dan administrasi sudah selesai. Tinggal menunggu terbit,” ujarnya.
Dalam proses assessment, ada sejumlah poin yang menjadi bahan penilaian oleh tim, salah satunya menyangkut penggunaan pupuk dan pestisida organik oleh petani. Kopi organik tidak boleh menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Mereka mengembangkan pola pertanian berkelanjutan.
Menurut Jajang ada sejumlah manfaat yang diperoleh dari sertifikat organik, di antaranya pamor kopi dampit akan semakin meningkat, harga membaik, dan harapannya bisa mendukung ekspor.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Budiar Anwar mengatakan, pihaknya mendukung penuh pengembangan pola pertanian organik di wilayahnya.
Luas lahan kopi di Malang mencapai 16.267 hektar yang tersebar di lereng Gunung Semeru, Kawi, dan Arjuna. Dari jumlah tersebut, jenis kopi robusta mencapai luas 14.948 hektar (91,9 persen) dan sisanya 1.319 hektar (8,1 persen) arabika. Produksi kopi Malang sekitar 10.000 ton lebih per tahun.
”Dua bulan lalu, kita juga baru saja ekspor kopi organik ke Jepang sebanyak 5 ton. Ini adalah ekspor pertama kali untuk kopi organik untuk jenis robusta. Sebelumnya sudah ada ekspor kopi anorganik melalui salah satu perusahaan di Dampit. Mereka pemain lama,” ucapnya.
Menurut Budiar, pihaknya berusaha terus mengembangkan kopi organik karena permintaan pasar luar negeri terhadap kopi ini sangat besar. Pihaknya pun mendukung proses sertifikasi kopi organik yang dilakukan oleh kelompok tani di Dampit.
Dua bulan lalu, kita juga baru saja ekspor kopi organik ke Jepang sebanyak 5 ton. Ini adalah ekspor pertama kali untuk kopi organik untuk jenis robusta.
”kami juga ingin kopi dampit bisa go internasional, bisa dikenal dunia luar. Caranya dengan mengikuti pameran-pameran, baik di dalam maupun luar negeri khusus untuk kopi dampit,” katanya.