Operator Perlu Kreatif Tingkatkan Pendapatan Layanan Data
Pendapatan layanan data operator telekomunikasi seluler di Indonesia belum sejalan dengan besarnya volume lalu lintas konsumsi data. Operator perlu kreatif memonetisasi bisnis layanan data.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendapatan layanan data operator telekomunikasi seluler di Indonesia dinilai belum sejalan dengan besarnya volume lalu lintas konsumsi data. Oleh karena itu, operator disarankan terus melakukan upaya kreatif dalam memonetisasi bisnis layanan data.
Lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings, dalam laporan riset pada 13 Mei 2019, menyebutkan, pendapatan rata-rata tiga perusahaan telekomunikasi seluler di Indonesia dari layanan data melonjak 25 persen pada triwulan I-2019. Pertumbuhan ini tergolong yang terbesar dalam lima triwulan terakhir. Namun, pada periode yang sama, volume lalu lintas data melonjak 62 persen.
Tiga operator telekomunikasi seluler yang dimaksud Fitch Ratings adalah Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo. Ketiganya bersaing ketat untuk urusan berinvestasi di infrastruktur guna meningkatkan kapasitas jaringan sehingga bisa menawarkan layanan data terbaik.
Fitch Ratings menilai operator telekomunikasi seluler secara bertahap melakukan upaya monetisasi layanan data. Dengan wajib registrasi nomor prabayar menggunakan data tunggal kependudukan, operator tengah berusaha memberikan layanan data dengan harga rasional.
Operator harus memanfaatkan momentum konsumsi data yang saat ini sedang tumbuh pesat.
Terkait kondisi kinerja perusahaan, Fitch Ratings menyebutkan, pada triwulan I-2019, persentase pertumbuhan pendapatan serta laba perusahaan sebelum dikurangi bunga utang dan pajak terutang masing-masing naik 3 persen dan 4 persen. Monetisasi pendapatan dari layanan data sedang berlangsung meski berjalan secara bertahap. Operator harus memanfaatkan momentum konsumsi data yang saat ini sedang tumbuh pesat.
Dalam laporannya itu, status peringkat kredit XL Axiata adalah BBB/stabil dan Indosat Ooredoo BBB/negatif. Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk (XL) Tri Wahyuningsih, Rabu (15/5/2019), di Jakarta, mengatakan, pihaknya sependapat dengan hasil laporan itu bahwa pertumbuhan pendapatan data menjadi tumpuan bisnis operator telekomunikasi.
Di XL, layanan data malah sudah mendorong kinerja perusahaan. ”Kami menjadikan momentum penggunaan data sebagai fokus strategi perusahaan,” katanya.
Pada triwulan I-2019, total pelanggan XL sebanyak 55,1 juta orang dan 46,3 juta orang di antaranya adalah pengguna ponsel pintar. Mayoritas lalu lintas pemakaian di jaringan XL berasal dari konsumsi layanan data berteknologi 4G.
Group Head Corporate Communication PT Indosat Tbk Turina Farouk berpendapat, perlunya upaya bersama semua operator untuk menciptakan iklim kompetisi yang sehat, khususnya dalam menawarkan layanan data dengan tarif terjangkau dan rasional. ”Industri telekomunikasi seluler juga memerlukan kepastian regulasi, seperti terkait tarif data,” ujarnya.
Total pendapatan Indosat Ooredoo pada triwulan I-2019 sebesar Rp 6 triliun atau meningkat 3,9 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Ini utamanya disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan data sebesar 8,9 persen pada triwulan I-2019 dibandingkan setahun sebelumnya. Lalu lintas konsumsi data tumbuh 69,2 persen dalam setahun.
Industri telekomunikasi seluler perlu kepastian regulasi, seperti terkait tarif data.
General Manager Investor Relation PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Rendyansyah Jovian mengungkapkan, pada triwulan I-2019, pengguna layanan data sudah mencapai 111,1 juta orang. Jumlah ini meningkat 2,2 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Konsumsi rata-rata kuota data sudah sebesar 4,5 gigabita per bulan atau naik 53 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Lalu lintas data di jaringan Telkomsel naik 56 persen atau menjadi 1.408.872 terabita.
Pendapatan layanan data dari tahun 2017 ke 2018 tumbuh 16,4 persen. Sementara pertumbuhan pendapatan layanan data triwulan I-2019 dibandingkan dengan periode sama tahun 2018 sebesar 29,7 persen.
”Kami melihat, awal tahun 2019 sebagai penanda era persaingan baru di industri telekomunikasi seluler. Bisnis operator semakin nyata bergeser dari layanan suara dan pesan pendek menuju data. Hal ini sejalan dengan semakin tingginya penetrasi warga pengguna ponsel pintar,” ujar Rendyansyah.
Dia mengakui bahwa margin bisnis layanan data seluler masih rendah. Oleh karenanya, dia mengatakan, perusahaan berupaya mengembangkan aneka strategi untuk meningkatkan pendapatan data, seperti menetapkan skema penetapan harga jual yang pas dan memperbanyak program pemasaran lebih personal.
Pada 13 Februari 2019, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menggelar konsultasi publik terhadap rancangan Peraturan Menkominfo tentang Tata Cara Penetapan Tarif Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi. Rancangan Permenkominfo ini bertujuan menciptakan persaingan usaha yang sehat dan memuat delapan poin. Salah satu poin adalah formula perhitungan tarif seluruh layanan penyelenggara jasa telekomunikasi, termasuk tarif layanan data internet.
Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) I Ketut Prihadi mengatakan, kewenangan pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi hanya sebatas membuat formula perhitungan tarif dan bukan menetapkan tarif batas bawah. Sampai sekarang, BRTI masih mengumpulkan data biaya pokok dan pendukung penyediaan layanan jasa telekomunikasi. Data tersebut akan dipakai menetapkan formula perhitungan tarif yang ditetapkan di bawah biaya (below cost pricing).
”Pada prinsipnya kami membahas rumusan kapan operator dianggap menerapkan below cost pricing. Jenis biaya apa yang menjadi penentu operator melakukan perilaku itu,” ujarnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan, salah satu tantangan bisnis layanan data adalah persaingan tidak sehat antaroperator telekomunikasi seluler. Perilaku mereka yang suka bersaing menawarkan promo tarif murah berdampak buruk terhadap operasional ataupun pendapatan mereka.
”Formula perhitungan tarif sifatnya memberikan dampak jangka pendek bagi industri telekomunikasi seluler. Kalau operator mau mengubah perilaku, pendapatan data lebih baik dan industri pun tumbuh sehat,” ujar Rudiantara.