Hingga kini polisi masih kesulitan mengidentifikasi identitas korban mutilasi di Pasar Besar Malang. Sidik jari korban pun belum bisa diambil karena jenazah mengalami kaku mayat. Adapun pelaku diduga kuat seorang psikopat.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Hingga kini polisi masih kesulitan mengidentifikasi identitas korban mutilasi di Pasar Besar Malang, Jawa Timur. Sidik jari korban pun belum bisa diambil karena jenazah mengalami kaku mayat. Adapun pelaku diduga kuat seorang psikopat.
Identitas sementara yang biasa ditemukan pada korban adalah adanya tato tulisan ”Sugeng” di telapak kaki kanan dan ”Wahyu dari Gereja Comboran” di telapak kaki kiri. Korban diduga perempuan berusia 34 tahun dengan tinggi badan 150 cm dan mengenakan celana dalam loreng macan.
”Hingga kini sidik jari belum bisa diambil karena korban mengalami kaku mayat. Yang jelas di telapak kaki korban ada tato nama ’Sugeng’ dan di telapak kaki kiri ada tato ’Wahyu dari Gereja Comboran’. Kami juga belum tahu itu tato lama atau baru, dan apakah yang menulis korban atau pelaku,” kata Kepala Kepolisian Resor Malang Kota Asfuri, Rabu (15/5/2019).
Asfuri mengatakan, hingga kini polisi sudah meminta keterangan enam saksi, yaitu dua pedagang di pasar besar, tiga petugas keamanan pasar, dan seorang warga Malang yang melaporkan kehilangan seorang anak perempuan berusia 15 tahun. ”Tapi, dari keterangan keluarga pelapor, belum didapati adanya kecocokan dengan korban,” kata Asfuri.
Hingga kini sidik jari belum bisa diambil karena korban mengalami kaku mayat. Yang jelas di telapak kaki korban ada tato nama ’Sugeng’ dan di telapak kaki kiri ada tato ’Wahyu dari gereja Comboran’.
Untuk membantu penyidikan, Tim Laboratorium Forensik dan dokter polisi Kepolisian Daerah Jawa Timur diterjunkan ke Malang. ”Iya, tim Labfor dan dokpol Polda Jatim diturunkan membantu di Malang,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung Mangera.
Psikopat
Kriminolog Universitas Brawijaya, Malang, Prija Djatmika, mengatakan bahwa pelaku bisa dikategorikan sebagai psikopat. Itu karena ia telah menyimpang dari norma-norma moralitas hingga melakukan pembunuhan sekeji itu.
”Semua pelaku mutilasi bisa dibilang psikopat. Ini karena mereka menyimpang dari normal yang ada dan tega membunuh dan memutilasi korban. Namun, pelaku ini juga melakukan keteledoran karena meninggalkan tulisan yang bisa menjadi pintu masuk polisi untuk menangkapnya,” kata Prija. Salah satu ciri psikopat, menurut Prija, adalah menyimpang dari kebiasaan, emosi berlebihan, dan tega meninggalkan tulisan sebagai bentuk luapan kemarahannya kepada korban.
Pada Selasa (14/5/2019), potongan tubuh perempuan ditemukan di tempat parkir lantai atas Pasar Besar Malang sekitar pukul 13.30. Saat ditemukan, kondisi tubuh korban sudah membusuk.
Potongan tubuh korban ditemukan oleh pedagang di pasar tersebut, yang saat itu mencium bau tidak sedap. Ia semula menduga bau itu berasal dari tikus mati di lantai 2. Posisi pedagang tersebut berjualan di lantai satu pasar. Pedagang tersebut kemudian melaporkan temuan mayat itu kepada polisi.
Pukul 14.00, saat dilakukan proses evakuasi jasad korban, kembali ditemukan potongan tubuh lain di lantai 3 bangunan pasar tersebut. Di lokasi tersebut juga ditemukan tulisan pada tembok dan di selembar kertas di sekitar potongan tubuh korban. Tulisan berisi ucapan belasungkawa dan sumpah serapah.
”Ditemukan bagian tubuh dengan mengenakan celana dalam di kamar mandi lantai 2 di pojok tempat parkir. Juga ada potongan dua kaki, kepala, dan dua tangan ditemukan di lantai 3 menuju arah bekas Matahari Department Store,” kata Agus Demit, saksi mata kejadian. Saat itu, Agus yang juga sukarelawan SAR Kota Malang turut membantu polisi melakukan evakuasi jasad korban.
Kuat dugaan, korban dieksekusi di kamar mandi dan tubuhnya ditinggalkan di sana. Adapun bagian tubuh lain dibawa pelaku menggunakan kantong plastik ke lantai atas.
Pasar Besar Malang terdiri atas empat lantai. Lantai dasar dan satu saat ini masih digunakan untuk pedagang berjualan, seperti sayur, baju, dan aneka kebutuhan pokok. Adapun lantai 2 dan 3 kondisinya kosong. Di lantai tersebut sebelumnya juga ada pusat perbelanjaan.
Pasar tersebut mengalami beberapa kali kebakaran, yaitu tahun 2016 dan 2018. Sejak saat itu, lantai 2 dan 3 mulai dikosongkan untuk pedagang. Berikutnya, pusat perbelanjaan itu pun menutup operasionalnya di sana.