Kemah Budaya Kaum Muda akan digelar pada 21-25 Juli 2019. Kegiatan ini menghimpun kaum muda untuk menjawab tantangan pemajuan kebudayaan.
JAKARTA, KOMPAS — Salah satu gagasan yang mengemuka dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 adalah mengangkat kekayaan budaya Indonesia menggunakan berbagai macam platform kekinian. Hal ini dapat dijalankan dengan menempatkan kaum muda sebagai garda depan pemajuan kebudayaan.
Langkah mengedepankan peran kaum muda itu diwujudkan dalam penyelenggaraan Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) dengan tema “Kaum Muda Bergerak Majukan Kebudayaan” yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. KBKM merupakan platform kerja budaya yang menghimpun kaum muda yang berusia 18 – 28 tahun untuk menjawab berbagai tantangan pemajuan kebudayaan dengan memanfaatkan kekayaan wawasan di bidang STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics) dan Revolusi Industri 4.0.
Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi ruang inkubator yang mendorong lahirnya berbagai prototipe dan munculnya inisiatif sosial dalam rangka pemajuan kebudayaan di berbagai daerah. Peran KBKM antara lain sebagai ruang inkubator untuk inovasi pemajuan kebudayaan, ruang kerja bersama bercorak gotong-royong, ruang fasilitasi dan usaha rintisan di bidang pemajuan kebudayaan, serta ruang rangsangan inisiatif anak muda di bidang pemajuan kebudayaan.
Peran KBKM antara lain sebagai ruang inkubator untuk inovasi pemajuan kebudayaan.
KBKM akan diselenggarakan di Bumi Perkemahan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,pada 21 – 25 Juli 2019, dengan peserta anak-anak muda berusia 18 – 28 tahun. Setiap peserta mendaftar dalam kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang.
Tiga tahap
Tahap pertama KBKM dimulai dengan Pra-Kemah pada April hingga 20 Juli 2019 yang diisi dengan pembukaan pendaftaran kelompok dan menyeleksi 130 kelompok. Fasilitator akan menajamkan inisiatif kelompok-kelompok anak muda tersebut menjadi bentuk proposal.
Tahap berikutnya adalah kemah pada 21-25 Juli 2019. Di sinilah akan dilakukan proses penjurian dari 130 kelompok menjadi 12 kelompok dengan inisiatif terbaik. Memasuki tahap ketiga, yaitu pasca-kemah pada 26 Juli-1 Desember 2019, Ditjen Kebudayaan akan menggulirkan dana fasilitasi bagi 12 kelompok terpilih.
Dengan dibantu fasilitator, setiap kelompok akan mewujudkan rencananya dalam bentuk prototipe atau purwarupa berserta cara aktivasinya. Adapun, empat kategori yang diharapkan muncul dari kelompok-kelompok anak muda ini, meliputi: purwarupa/prototipe aplikasi, purwarupa fisik, aktivasi kegiatan, dan aktivasi kajian.
Dengan dibantu fasilitator, setiap kelompok akan mewujudkan rencananya dalam bentuk prototipe atau purwarupa berserta cara aktivasinya.
Dalam kategori purwarupa aplikasi, aplikasi yang bisa diciptakan, antara lain aplikasi pemanfaatan sarana dan prasarana budaya yang kurang terpakai, juga aplikasi pelaporan terhadap ancaman dan tindakan persekusi atas kegiatan budaya. Sementara itu, contoh purwarupa fisik, salah satunya penciptaan alat pemindaian manuskrip kuno.
Adapun, aktivasi kegiatan bisa dilakukan dengan membentuk festival-festival, seperti festival bunyi tradisi dan suara elektronika. Kemudian, untuk kategori aktivasi kajian, kelompok bisa merancang bentuk-bentuk kajian tertentu terkait kebudayaan, seperti kajian pengetahuan tradisional yang tersisa sebagai kenangan dari generasi tradisional misalnya. Kajian ini dilakukan dengan mekanisme pendokumentasian wawasan kuno lewat wawancara dengan para sesepuh dan transkripsi serta pengolahannya ke dalam berbagai wahana kekinian
“Sebanyak 12 kelompok yg dinilai oleh dewan juri memiliki inisiatif terbaik dalam menjawab tantangan pemajuan kebudayaan dengan perspektif STEAM. Kelompok terpilih juga akan mempresentasikan hasil kerjanya dalam Pekan Kebudayaan Nasional bulan Oktober 2019,” kata Darmawati, Kepala Sub Bagian Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan, Selasa (14/5/2019) di Jakarta.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, sampai sejauh ini, upaya pemajuan kebudayaan mulai menggerakkan orang-orang yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan. Selain melibatkan orang-orang yang terkait dalam kebudayaan, pelibatan kaum muda juga menjadi sangat penting agar langkah pemajuan kebudayaan menjadi semakin kontekstual dengan zaman karena menggunakan platform-platform yang makin kekinian.