Investor Muda Minati Reksa Dana
JAKARTA, KOMPAS — Investor muda bermunculan. Mereka menempatkan dana ke sejumlah instrumen investasi, termasuk reksa dana.
Ada sejumlah alasan generasi milenial memilih reksa dana. Menurut mereka, investasi berupa reksa dana relatif lebih mudah dibandingkan dengan instrumen lain karena portofolionya dirancang dan dikelola manajer investasi.
Reksa dana juga cenderung likuid karena dana mudah ditarik kapan saja, tanpa menunggu jatuh tempo. Meski demikian, reksa dana tidak dijamin, berbeda dengan simpanan di bank yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan dengan nilai maksimal Rp 2 miliar per bank per nasabah.
Grace Olivia (23), karyawan swasta, mulai berinvestasi reksa dana sejak memasuki dunia kerja pada 2017. Ia memilih reksa dana pasar uang karena risikonya lebih kecil. Meski imbal hasil yang didapat tidak terlalu besar, Grace mengaku lebih cocok dengan model risiko yang lebih rendah itu.
Setiap bulan ia mengalokasikan 20 persen dari penghasilannya untuk diinvestasikan.
Aditya Janitra (29), karyawan perusahaan rintisan di Yogyakarta, mengaku berinvestasi reksa dana karena lebih leluasa. Sebab, ia tidak harus memantau pergerakan pasar saham dan keuangan.
Aditya menyiapkan dana khusus untuk ditempatkan pada reksa dana, dengan cara menabung selama enam bulan untuk mengumpulkan Rp 5 juta. Selanjutnya, dana itu ditempatkan pada reksa dana. Saat ini, ia memiliki satu portofolio reksa dana pasar yang dan dua reksa dana saham.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan yang dikutip Selasa (14/5/2019), ada 1.198.699 investor individu reksa dana. Dari jumlah yang dihitung per Maret 2019 itu, sekitar 35,8 persen di antaranya berusia 21-30 tahun dan 27 persen berusia 31-40 tahun.
Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie, dalam berbagai kesempatan, mengatakan, investor mesti memilih investasi sesuai tujuannya. Secara umum, tujuan investasi ada dua, yakni mencari kenaikan nilai aset investasi dan pemasukan kas secara berkala.
Generasi milenial, lanjut Prita, harus mulai membuat perencanaan investasi, baik jangka pendek satu tahun maupun jangka menengah-panjang 1-5 tahun. Menurut dia, alokasi ideal untuk kebutuhan tabungan dan investasi sekitar 15 persen dari penghasilan bulanan.
Kemudahan
Perusahaan manajer investasi juga mencatat peningkatan investor muda dalam berinvestasi reksa dana. Perusahaan manajer investasi adalah entitas bisnis yang diberi kewenangan untuk mengelola aset investor, salah satunya reksa dana.
Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa mengakui 75 persen dari sekitar 9.000 investor—yang hanya membeli produk reksa dana melalui kanal-kanal jaringan ritel secara langsung—berusia 17-35 tahun.
”Dari nilai dana yang dikelola, porsinya masih lebih besar investor usia matang atau di atas 36 tahun,” ujar Alvin.
Selain menjual produk reksa dana melalui kanal jaringan ritel, Mandiri Manajemen Investasi juga menjual produk reksa dana melalui kanal institusi serta bekerja sama dengan agen penjual, termasuk kanal dalam jaringan (daring).
Menurut Alvin, rata-rata generasi milenial menyimpan dana mereka pada reksa dana pasar uang. Dengan perkiraan imbal hasil 5-6 persen pada tahun ini, reksa dana pasar uang bisa menyedot minat generasi milenial untuk berinvestasi.
Menurut Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, reksa dana pasar uang tidak memungut biaya pembelian dan penjualan kembali sehingga cocok untuk investasi jangka pendek.
Dari 65.876 investor produk reksa dana kelolaan Panin Asset Management, sekitar 44,75 persen berusia 17-35 tahun. Porsi ini lebih besar daripada jumlah investor berusia 36-55 tahun yang sekitar 42,72 persen dan di atas usia 56 tahun yang sebanyak 9,59 persen.
Pertumbuhan jumlah investor milenial, lanjut Rudiyanto, seiring kemunculan kanal penjualan daring.
”Kemunculan kanal digital memudahkan tenaga pemasar dan agen penjual mencari calon investor baru karena sudah terbiasa dengan produk reksa dana,” ujar Rudiyanto.
Kehadiran teknologi digital dalam produk investasi memudahkan anak muda berinvestasi. Akibatnya, jumlah investor reksa dana berusia muda tumbuh.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi mengemukakan, jumlah platform digital penjualan reksa dana meningkat, dari 30 platform pada akhir 2017 menjadi 50 platform pada April 2019.
”Artinya, kenaikan investor beriringan dengan pertambahan platform,” ujar Fakhri.
Nilai reksa dana yang masuk melalui kanal darig meningkat dari Rp 3,2 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 5,4 triliun pada akhir 2019.
Untuk meningkatkan jumlah investor muda dalam reksa dana di Indonesia, OJK akan berorientasi pada kemudahan akses melalui platform digital. (JUD/KRN/DIM)