TOKYO, RABU — Bursa saham Asia masih tertekan pada awal perdagangan Rabu (15/5/2019) dan berada di rentang level terendah dalam kurun waktu 3,5 bulan terakhir karena kekhawatiran atas dampak ekonomi akibat perang perdagangan Amerika Serikat-China. Positifnya bursa Wall Street semalam membantu membatasi penurunan.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,05 persen. Bursa saham Australia menguat tipis 0,07 persen, sedangkan Indeks KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,1 persen dan Indeks Nikkei Jepang turun 0,4 persen.
Indeks telah jatuh ke level terendah sejak akhir Januari lalu pada hari sebelumnya karena konflik perdagangan antara AS dan China yang semakin meningkat. Beijing pada hari Senin memberlakukan kenaikan tarif pada barang-barang AS menyusul keputusan Washington pada pekan lalu menaikkan pungutannya pada impor China atas barang senilai 200 miliar dollar AS. Dua hal itu menjadi perkembangan teraktual dalam perang dagang kedua negara.
Saham-saham AS pada perdagangan Selasa mampu berbalik arah dan menguat, membatasi aksi jual sehari sebelumnya. Saham-saham teknologi yang sensitif terhadap tarif tetap turun harganya. Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa mengatakan, dirinya melakukan dialog ”sangat bagus” dengan China dan menegaskan pembicaraan antara dua ekonomi terbesar di dunia belum dapat dikatakan gagal.
Namun, investor tampaknya harus bersiap untuk perang dagang AS-China yang berlarut-larut. ”Dalam jangka pendek, pasar ekuitas telah mulai mencerna putaran terakhir perang perdagangan,” kata Soichiro Monji, ahli strategi senior di Sumitomo Mitsui DS Asset Management, menambahkan hal itu yang tergambar di pasar. ”Namun, tetap saja, pertikaian AS-China tampaknya akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. China tampaknya tidak menghadirkan fron yang benar-benar satu dalam putaran terakhir perang dagang dan reaksinya terus berlanjut.”
Hari ini, investor akan melihat sekumpulan data ekonomi China yang akan dirilis. Data itu akan digunakan untuk mengukur lebih lanjut kesehatan ekonomi negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia itu. Mata uang yuan China sedikit berubah pada level 6,91 per dollar AS, naik dari level terendahnya dalam kurun waktu lima bulan sebelumnya di level 6,92 per dollar AS sehari sebelumnya.
Dollar AS diperdagangkan lebih tinggi di level 109,68 yen, menjauh dari level terendah tiga bulan di 109,020 pada awal pekan ini. Hal itu terjadi ketika kekhawatiran perang dagang mendorong permintaan investor untuk mata uang yen sebagai salah satu safe-heaven. Sementara itu, mata uang euro stabil di level 1,12 per dollar AS. Euro sempat merosot sebelumnya setelah Wakil Perdana Menteri Italia mengatakan negara itu siap untuk melanggar peraturan anggaran Uni Eropa pada tingkat utang jika diperlukan semata demi memacu pasar tenaga kerja.
Di pasar komoditas berjangka, minyak mentah AS turun 1,04 persen pada harga 61,14 dollar AS per barel setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan peningkatan persediaan minyak mentah yang lebih besar daripada perkiraan sebelumnya. Persediaan minyak mentah AS naik 8,6 juta barel dalam sepekan hingga 10 Mei menjadi 477,8 juta dibandingkan dengan ekspektasi analis, yaitu turun 800.000 barel.
Minyak mentah Brent melemah 0,69 persen ke level 70,75 dollar AS per barel. Harga minyak mentah Brent dan AS telah melonjak pada hari sebelumnya setelah eksportir utama Arab Saudi mengatakan, pesawat nirawak berbahan peledak yang diluncurkan oleh gerakan bersenjata Yaman telah menyerang fasilitas milik perusahaan minyak negara, Aramco. (REUTERS)