Manchester City dan Liverpool FC menciptakan standar baru seperti rivalitas Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, yaitu perfeksi. Keduanya menjanjikan persaingan sengit dan kesempurnaan di musim depan.
MANCHESTER, SENIN – Manajer legendaris Liverpool FC Bill Shankly pernah berkata, pertama adalah juara sementara kedua bukanlah apa-apa. Bagi tim Liverpool saat ini, tidak terkecuali manajer Juergen Klopp, petuah itu terdengar sangat kejam. Mereka kembali gagal meraih trofi Liga Inggris, meskipun tampil luar biasa sepanjang musim ini.
Liverpool menjadi tim pertama di liga top Eropa yang gagal menjadi juara meskipun mengemas 97 poin dan hanya sekali kalah musim ini, yaitu dari tim juara, Manchester City. Predikat tim “spesialis nyaris” kian melekat ke Liverpool, klub yang empat kali nyaris meraih gelar juara di berbagai kompetisi yang diikutinya sejak diasuh Klopp pada 2015 lalu.
Kali ini, di Liga Inggris musim 2018-2019, marjin satu poin memisahkan mereka dari keberhasilan dan kegagalan. “Kalian nyaris memenangi liga!” teriak suporter Wolverhampton Wanderes memecah keheningan mengerikan bak kuburan di Stadion Anfield, Minggu (12/5) malam WIB. Kemenangan 2-0 atas Wolves saat itu tidak cukup mengantarkan mereka juara.
Pada lain masa, yaitu di 25 kali dari total 27 musim Liga Primer Inggris sebelumnya yang telah berjalan sejak 1992, koleksi 97 poin itu cukup membawa “The Reds” mengakhiri penantian lama juara. Namun, sialnya, salah satu tim terhebat sepanjang masa yang dimiliki Liverpool itu bersaing dengan “mahkluk” pengejar perfeksi, yaitu City dan Pep Guardiola, di musim ini.
Untuk itu, jika ingin mengejar gelar juara musim depan, Klopp berkata, timnya harus tampil lebih “gila” dari musim ini. “Selama masih ada Manchester City dengan segala potensi kekuatan dan finansialnya, tiada tim yang bisa melewati mereka dengan mudah. Kami harus bisa mendekati kesempurnaan untuk menjadi juara Liga Inggris ke depan. Musim ini adalah permulaan,” ujar Klopp mencoba mengambil hikmah dari musim ini.
Dengan demikian, penikmat Liga Inggris harus kembali menyiapkan mentalnya untuk menyaksikan lagi persaingan sengit City dan Liverpool pada musim depan. Keduanya bakal saling melecut diri dan mengejar standar lebih tinggi untuk meraih trofi. Raihan poin minimal 98, bahkan 100, menjadi target yang tertanam di benak Klopp maupun Guardiola pada musim depan.
Keduanya sadar, tampil biasa-biasa saja seperti dekade-dekade lalu, tidak lagi cukup memberi trofi. City dan Liverpool bakal menjelma Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, dua pemain yang memiliki standar performa tinggi dan saling berlomba menjadi terbaik di dunia. “Skuad (Liverpool) ini bakal terus bersama dan kami akan mengerahkan segalanya di musim depan. Kami belajar dari musim ini,” ujar Andy Robertson, bek sayap Liverpool.
Keberhasilan City mempertahankan gelar juara Liga Inggris musim ini adalah buah kehebatan Guardiola. Raihan trofi Liga Inggris itu menegaskan kapasitasnya sebagai pelatih tersukses sejagat dewasa ini. Ia kini menjadi manajer atau pelatih aktif dengan koleksi trofi terbanyak, yaitu 26, melampaui Jose Mourinho (25 trofi). “Satu-satunya bintang sejati dari kesuksesan itu (City) adalah Guardiola,” tulis The Guardian.
Guardiola adalah perwujudan dari Bill Shankly di era modern ini. Baginya, peringkat kedua adalah tragedi atau kehancuran. Gelar juara bahkan tidak pernah dapat memuaskannya. Untuk itu, Guardiola terus melecut timnya dan menjadikan mereka “mesin-mesin” juara pada dua musim terakhir. Ketika tidak mampu dikejar para pesaingnya, City terus berlari mengejar perbatasan baru yang belum terjamah sebelumnya, yaitu rekor 100 poin.
Seperti candu
Pelatih berusia 48 tahun itu kini mengejar batasan baru. Ia berambisi menjadi pelatih pertama sejagat yang mampu mendominasi atau meraih hat-trick gelar di tiga liga top Eropa secara beruntun. Ia sebelumnya telah melakukan itu di Liga Spanyol bersama Barcelona dan Liga Jerman dengan Bayern Muenchen. Guardiola pun menjanjikan timnya bakal lebih kuat pada musim depan. Janji yang membuat tim mana pun bakal begidik ngeri.
“Memenangi trofi seperti candu. Dalam beberapa hari ke depan kami akan menjalani final Piala FA. Setelah itu, kami akan mempersiapkan diri dengan baik, mengambil putusan tepat (terkait transfer) pada musim depan agar kembali lebih kuat. Liverpool bakal kembali bersaing. Namun, saya senang dengan tantangan. Saya bisa menjanjikan dan merasa bahwa kami bakal lebih kuat,” tutur Guardiola. (AFP/Reuters)