Pasar Saham Dunia Bereaksi Negatif atas Keputusan China
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China memasuki babak baru. Kedua negara saling membalas menaikkan tarif impor. Performa pasar saham dunia pun bereaksi negatif akibat perseteruan ini.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA — Perang dagang antara Amerika Serikat dan China memasuki babak baru. Kedua negara saling membalas menaikkan tarif impor. Performa pasar saham dunia pun bereaksi negatif akibat perseteruan ini.
China membalas kebijakan AS untuk menaikkan tarif impor. Mulai 1 Juni 2019, China menaikkan tarif impor terhadap produk AS senilai 60 miliar dollar AS dari 5 persen hingga 25 persen, terutama pada produk agrikultur dan manufaktur.
Kebijakan ini merupakan balasan atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang menaikkan tarif impor atas produk China dengan nilai 200 miliar dollar AS sebesar 25 persen pada Jumat pekan lalu. Keputusan China menaikkan tarif ini mengabaikan peringatan Trump agar tidak membalas kebijakan AS.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menyampaikan, China tidak akan menyerah di bawah tekanan asing. ”Kami berkomitmen untuk mempertahankan hak dan kepentingan kami yang sah,” katanya, Senin (13/5/2019).
Geng melanjutkan, China berharap AS bekerja sama untuk meraih kesepakatan yang menguntungkan kedua pihak. Kenaikan tarif impor tidak menjadi solusi atas permasalahan yang menimpa perdagangan kedua negara.
Eskalasi perang dagang AS-China menghajar pasar saham dunia, baik di Amerika, Eropa, maupun Asia. Di Wall Street, indeks Dow Jones ditutup turun sebesar 2,3 persen, S&P 500 sebesar 2,5 persen, dan Nasdaq sebesar 3,4 persen pasca-pengumuman kenaikan tarif dari China.
Di Inggris, FTSE ditutup turun 0,5 persen. Sementara indeks saham di Jerman dan Perancis turun lebih dari 1 persen. Pasar Asia merespons negatif pada hari ini, Selasa (14/5/2019). Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9 persen pada perdagangan pagi. Di Jepang, indeks Nikkei turun 0,7 persen.
Pasar modal China menunjukkan respons sedikit berbeda. Indeks MSCI China turun 1,3 persen, sedangkan indeks CSI 300 tumbuh tipis 0,3 persen. Sementara itu, Australia mencatat penurunan perdagangan pasar modal sebesar 1,1 persen.
Performa pasar saham Amerika sedikit membaik 0,5 persen setelah Trump mengeluarkan komentar optimistis bahwa negosiasi China akan berjalan sukses. Trump bahkan menyebutkan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir Juni dalam pertemuan G-20.
Dapat berlanjut
Ahli strategi pasar global JP Morgan Asset Management, Kerry Craig, berpendapat, performa negatif pasar modal secara global dapat berlanjut. Pasar masih merasa belum pasti karena belum ada jadwal pertemuan yang jelas mengenai tim negosiasi AS-China.
”Politisi mungkin tidak akan terlalu fokus ke pasar sampai benar-benar parah. Ini membuat semakin meragukan akan ada solusi dalam waktu dekat terkait kemunduran negosiasi berdasarkan pergerakan pasar,” kata Craig.
Kepala Ahli Strategi Pasar Prudential Financial di New Jersey Quincy Krosby berpendapat, para investor mulai menyesuaikan investasi karena ada potensi perubahan proyeksi pendapatan. Investor menilai, perang dagang akan menaikkan operasional perusahaan dan menurunkan margin keuntungan. Ketidakpastian yang berlanjut akan menghambat kemampuan perusahaan untuk belanja modal.
Menurut ekonom, perang dagang AS-China akan memperlambat perekonomian global. Sementara pertumbuhan ekonomi global telah diproyeksikan tumbuh melambat pada 2019.
Hubungan baik
Kendati aksi saling membalas kembali terjadi, Trump mengatakan, AS masih memiliki hubungan yang baik dengan China. Ia menyebutkan akan berdiskusi dengan China pada pertemuan G-20 yang akan diadakan di Jepang selama 28-29 Juni 2019.
”Mungkin sesuatu akan terjadi. Kami akan bertemu di pertemuan G-20 di Jepang dan saya pikir pertemuannya akan sangat bermanfaat,” katanya, Minggu.
Nada positif Trump berlawanan dengan ancaman yang dilontarkannya sebelum China menaikkan tarif impor atas produk AS. Melalui Twitter, ia menulis, China tidak boleh membalas kebijakan AS jika tidak ingin memperoleh hasil buruk. Selain itu, China dinyatakan telah mengambil untung AS selama bertahun-tahun.
Kantor Perwakilan Dagang AS menyatakan akan mengadakan audiensi dengan publik mengenai kemungkinan pengenaan tarif impor terhadap produk China senilai 300 miliar dollar AS pada Juni 2019. Proyeksi kenaikan tarif dapat mencapai 25 persen.
Geng Shuang menyampaikan, presiden kedua negara terus berkomunikasi melalui berbagai sarana. Namun, ia tidak mengonfirmasi apakah Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan Trump nanti. (BBC/AFP/AP/REUTERS)