Jaring Sampah Jadi Solusi
Revitalisasi sungai dengan penataan badan kali maupun bantarannya tetap diutamakan untuk penanganan banjir Jakarta. Selain itu, dengan penerapan teknologi, sampah di sungai maupun di laut akan dijaring, diangkat, dan diolah.
JAKARTA, KOMPAS — Untuk penanganan banjir Jakarta, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat masih menuntaskan pemeriksaan terhadap 14 hektar lahan di sempadan Kali Ciliwung yang sudah dibebaskan.
Setelah itu, akan dilanjutkan dengan penyelesaian rancangan konstruksi penataan kali. Selain itu, pemerintah juga fokus menanggulangi banyaknya endapan sampah di sungai ataupun di laut.
Penanganan sampah di laut harus dilakukan secara kolektif oleh seluruh daerah. Sebab, sampah-sampah itu merupakan hasil aktivitas di daratan yang kemudian mengalir ke laut.
Upaya serius penanganan sampah sungai dan laut diwujudkan pada Senin (13/5/2019). Kemarin, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan uji coba teknologi alat pengumpul sampah terapung (river clean-up system) di Cengkareng Drain, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Seusai peresmian, Luhut mengatakan, sampah di laut Indonesia sudah memprihatinkan sehingga harus ditangani bersama-sama lintas daerah.
”Masalah sampah ini tak hanya di Jakarta. Di Bali juga sudah parah. Jadi, secara paralel, kami akan tangani daerah mana lagi yang parah masalah sampahnya,” ujar Luhut.
Dalam kesempatan itu, Luhut ditemani Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Oswar Muadzin Mungkasa, serta Direktur Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Rudi Nugroho.
Luhut menuturkan, pemasangan alat pengumpul sampah terapung itu barulah uji coba. Alat itu hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda melalui Kementerian Infrastruktur dan Lingkungan Belanda.
Baca juga: Sampah di Laut Memprihatinkan
Menurut Luhut, apabila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin serius menangani masalah sampah di Teluk Jakarta, alat itu harus ada di 14 sungai yang mengalir ke laut. ”Sampah-sampah kecil yang lolos, kita sisir. Tak perlu orang renang atau bawa perahu, bisa pakai alat ini,” kata Luhut.
Sebagai catatan, produksi sampah Jakarta bisa mencapai 7.000-8.000 ton per hari dan 20 persennya adalah sampah plastik. Pengumpul sampah terapung dapat mengangkut sampah hingga 30 ton setiap hari.
Siti Nurbaya Bakar menjelaskan, saat ini, Indonesia masih menghadapi impor limbah plastik campuran ilegal. Hal itu disebabkan pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2016 tentang Ketentuan Impor Limbah Nonbahan Berbahaya dan Beracun.
Menurut Siti, kelemahan Permendag No 31/2016 itu adalah kode HS atau produk impor yang memberikan ruang sehingga limbah plastik dapat masuk. Namun, lanjut Siti, dia telah meminta kepada Mendag Enggartiasto Lukita untuk merevisi peraturan tersebut.
Konstruksi
Sebelumnya, Bambang Hidayah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Sabtu (11/5/2019), menjelaskan untuk penataan kali yang merupakan bagian dari upaya penanganan banjir Jakarta, pembebasan lahan di bantaran menjadi mutlak. Apalagi karena saat sekarang sudah terjadi penyempitan badan kali.
Dari hasil kesepakatan antara BBWSCC dan Pemprov DKI, mereka saling berbagi tugas. DKI yang membebaskan lahan di sepanjang bantaran kali yang dipenuhi rumah, BBWSCC dengan dana APBN yang dialokasikan melalui Kementerian PUPR melakukan perancangan dan penataan kali melalui konsep normalisasi kali.
Tahun ini, Pemprov DKI bersurat ke BBWSCC memberitahukan sudah ada 14 hektar lahan dibebaskan. Lahan-lahan itulah yang saat ini dicek dan jika pengecekan selesai, BBWSCC siap membuat rancangan konstruksinya. ”Pekan depan saya harap sudah mendapatkan laporannya,” jelas Bambang.
Terkait sampah banjir, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengusulkan penguatan tebing kali di sisi hulu atau perbatasan Jakarta dengan wilayah Depok. Hal itu lantaran menilik jenis sampah yang terhanyut arus banjir, Dinas LH selalu saja menemukan dan mengangkat rumpun-rumpun bambu ataupun batang-batang pohon.
”Bisa jadi, tebing kali di wilayah hulu juga sudah rawan. BBWSCC bisa tidak, ya, penataan hingga ke wilayah hulu?” kata Andono Warih, Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI.
Bambang melanjutkan, sebetulnya untuk penataan kali itu memang bertahap. Saat ini BBWSCC masih fokus di Jakarta. Tahap berikutnya memang akan mengarah ke hulu.
Rumpun bambu, kata Bambang, pada awalnya ditanam warga di bantaran kali untuk menahan longsor. Namun, bambu kadang ikut hanyut.
Terkait sampah, Bambang melanjutkan, DKI berencana memasang jaring sampah di wilayah hulu Jakarta atau di perbatasan Jakarta dengan kota sekitarnya. Jaring besar itu akan dilengkapi unit pengolah sampah. Tanpa menunggu sampah menumpuk, petugas akan bisa menaikkan sampah yang terjaring dan langsung diolah.
Masuk kemarau
Di tengah penanganan banjir yang masih berproses, pemerintah dan warga tetap waspada karena cuaca belum bersahabat. Selain gelombang tinggi, saat ini sebagian wilayah Indonesia masih berpotensi dilanda hujan, termasuk Jakarta dan sekitarnya.
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, sesuai klimatisnya, wilayah pesisir Jakarta dan sekitarnya seharusnya sudah memasuki kemarau pada April. Bagian selatan, menyusul pada Mei.
Menurut Siswanto, hujan yang terjadi di Jakarta dalam beberapa hari terakhir lebih disebabkan ada konvergensi angin timuran. Hujan cenderung bersifat lokal dan tempo yang singkat.
”Sekalipun sudah masuk kemarau, hujan di bulan Mei masih ada dengan intensitas terus berkurang. Di Jakarta, untuk bulan Mei secara klimatologis masih bisa mendapatkan hujan akumulatif 100 mm per bulan,” kata Siswanto.