Aktualisasi Diri Perempuan Manggarai
Dengan riang, belasan perempuan anggota komunitas itu memakai kebaya biru dipadu kain dan selendang tenun khas Manggarai menggelar ”pesta” penggalangan dana untuk mendukung pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Tarian dan lagu daerah berkumandang silih berganti untuk menyemarakkan suasana. Suasana itu terjadi di salah satu aula di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Sabtu (4/5/2019), saat Komunitas Perempuan Manggarai menggelar acara penggalangan dana.
Acara penggalangan dana itu merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan Komunitas Perempuan Manggarai (KPM). Komunitas merupakan wadah untuk menyatukan para perempuan Manggarai yang berasal dari Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk bersama-sama maju.
Berawal dari menggalang para perempuan Manggarai di perantauan, utamanya di kawasan Jabodetabek, komunitas itu ingin lebih berkiprah lagi di tanah asal agar semakin banyak perempuan Manggarai berdaya yang berperan penting untuk keluarga dan bangsa.
KPM serius untuk berkiprah memajukan perempuan Manggarai lewat program membukakan akses pendidikan bagi perempuan hingga jenjang perguruan tinggi. Mereka juga aktif melatih para perempuan untuk punya kemampuan berwirausaha. Meskipun kesannya serius, tiap kali berkumpul dan menggelar acara penggalangan dana, suasana gembira lewat menari dan bernyanyi bersama tak pernah ketinggalan.
Saat penggalangan dana di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, misalnya, di depan aula, jajaran meja dipajang berisi aneka produk, mulai dari berbagai makanan khas Manggarai, kopi, tenun, hasil pertanian, hingga kamus bahasa Indonesia-Manggarai. Perempuan Manggarai diajak untuk mulai percaya diri berwirausaha. Sebagian hasil dari penjualan ini akan disumbangkan bagi acara pengumpulan dana KPM.
Pada acara yang berlangsung dari pagi hingga sore ini dihadiri, antara lain, Kepala Badan Penghubung Provinsi Nusa Tenggara Timur Victor Manget dan Ketua Ikatan Keluarga Besar Manggarai Jakarta (Ikamada) Vincent Siboe serta Kepala Kantor Beasiswa Unika Atma Jaya Jakarta Fransisca Indah Tri Utami. Suasana aula semakin ramai menjelang siang, dihadiri puluhan perempuan muda, anak-anak perempuan, serta pasangan keluarga Manggarai.
Rasa bangga pada generasi muda perempuan Manggarai di perantauan ditampilkan KPM dengan menggelar lelang lukisan buah karya Ivana Prisca. Meski hidup di kota metropolitan, siswi kelas XI SMA Labschool Cibubur ini tetap akrab degan budaya Manggarai. Ia membuktikannya lewat dua lukisan yang menggambarkan budaya Manggarai, yakni gambar soal perempuan Manggarai dengan pakaian tradisionalnya serta pemandangan soal desa adat Wae Rebo yang indah. Dua lukisan terjual dengan nilai Rp 8,5 juta.
”KPM juga peduli terhadap pelestarian budaya Manggarai kepada generasi muda, anak-anak milenial. Kami menyambut baik partisipasi anak kami Ivana yang generasi milenial, tetapi tetap mengingat akar budayanya,” kata Ketua Josefina A Syukur yang berprofesi sebagai pengacara di Jakarta.
Kebersamaan
Menurut Josefina, KPM dibentuk pada tahun 2017 untuk merespons berbagai persoalan yang melanda perempuan Manggarai di sekitar Jabodetabek. Dari kasus soal kekerasan dalam rumah tangga, masalah ekonomi, pendidikan, hingga masalah yang tidak terungkap dan tidak bisa dibantu.
”Daripada mengatasi sendiri-sendiri, akhirnya tercetus untuk membuat komunitas yang bisa berkelanjutan. Kami ingin memberikan dampak, dari yang kecil dulu. Itulah yang melandasi 21 perempuan Manggarai membentuk KPM dan melegalkannya supaya akuntabel,” tutur Josefina.
Para perempuan anggota KPM berkumpul tiap bulan dari rumah ke rumah. Mereka terus membahas program dan kegiatan yang bisa dilakukan untuk membuat eksistensi KPM dirasakan anggotanya dan komunitas Manggarai. Anggotanya kini sudah mencapai 41 perempuan serta terbuka untuk perempuan di luar Manggarai yang peduli pada Manggarai. Anggota menyokong kegiatan KPM dengan iuran Rp 50.000 per bulan.
”Setiap kali kumpul, ada saja semangat baru untuk berbuat lagi. Apalagi, pas kumpul enggak hanya serius ngomongin KPM, tapi setelah itu, ya, goyang rame-rame, nari-nari sambil nyanyi-nyanyi. Jadi, selalu rindu untuk datang dan berkumpul karena merasa happy, tapi yang bermanfaat,” kata Josefina.
Meskipun KPM terbilang baru seumur jagung, berbagai kegiatan sudah berjalan. KPM memfasilitasi sekolah atau institusi pendidikan di Manggarai, Pulau Flores, untuk bisa membuat proposal ke instansi atau perusahaan yang memiliki dana CSR untuk mendapatkan bantuan, seperti laptop/komputer. Selain itu, dukungan juga untuk biaya pendidikan bagi anak perempuan yang ekonomi terbatas serta kawin massal.
Sementara itu, Ketua Panitia Pengumpulan Dana 2019 YustinaTrida B mengatakan, acara penggalangan dana kali ini bertajuk ”Bokong Te Mo’eng Mose”. Tema itu diartikan sebagai bekal untuk menjalani hidup yang didapat dari pendidikan, baik formal maupun nonformal.
Trida mengatakan, KPM rutin mengadakan kegiatan penggalangan dana ini dikaitkan dengan perayaan Hari Kartini dan Hari Pendidikan Nasional. Ada kebutuhan untuk mendukung pendidikan perempuan, terutama lewat pendidikan nonformal.
”Bokong atau bekal pendidikan yang dibutuhkan ini utamanya lewat pelatihan wirausaha. Kami ingin tunjukkan ada potensi perempuan Manggari untuk berwirausaha, dari hasil tenun, hasil bumi berupa kopi, hingga makanan khas Manggarai,” kata Trida.
Menurut Trida, dengan memberikan pendidikan kewirausahaan perempuan Manggarai diharapkan ada inspirasi untuk memunculkan keberanian buat membuka usaha. ”Seperti di Labuan Bajo yang daerah wisata, susah untuk menemukan makanan khas Manggarai yang enak. Nah, perempuan Manggarai perlu muncul untuk bisa memanfaatkan peluang ini lewat KPM,” ujar Trida.
Josefina mengatakan, perempuan Manggarai juga mempunyai spirit untuk maju, menggapai pendidikan yang tinggi, dan berkarier. Salah satu contoh dihadirkan, yakni sosok perempuan Manggarai yang berkiprah di dunia internasional, pensiunan perwira Polisi Pangasihan Gaut, yang merupakan satu-satunya perempuan polisi yang memimpin Pasukan Garuda di Bosnia.
Kepala Badan Penghubung Provinsi Nusa Tenggara Timur Victor Manget mengapresiasi kiprah KPM, terutama dalam mendukung pendidikan perempuan. Apalagi, bagi Manggarai, pendidikan itu sangat istimewa. Bukan hanya urusan pribadi, melainkan juga komunitas, dengan menggelar pesta sekolah. ”Penggalangan dana untuk pendidikan oleh KPM sebenarnya persis seperti yang terjadi di Manggarai,” kata Victor.
Josefina mengatakan, dari kiprah KPM yang masih sangat belia ini, ternyata banyak yang harus dikerjakan, mulai dari budaya. KPM memperkuat budaya dalam diri perempuan untuk mau berwirausaha. ”Banyak yang bisa melakukan sesuatu, tapi malu. Meskipun pengacara, saya juga penjual kue tradisional Manggarai, kompiang. Saya pikir enggak boleh malu untuk menunjukkan perempuan Manggarai bisa dan ada peluang usaha. Jadi, tidak susah untuk hidup, asal ada kemauan berusaha,” kata Josefina.