Koordinasi Pemerintah Daerah Menentukan Stabilitas Harga Pangan
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Koordinasi pemerintah daerah menjadi kunci untuk menjaga stabilitas harga pangan sepanjang Ramadhan-Lebaran 2019. Koordinasi membutuhkan data jumlah pasokan pangan termutakhir di setiap daerah sebagai landasan aliran distribusi.
Permintaan bahan pangan pada periode Ramadhan-Lebaran selalu meningkat. "Kenaikannya dapat mencapai 10 - 20 persen," ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud dalam Forum Merdeka Barat 9 di Jakarta, Senin (13/5/2019).
Karena peningkatan ini bersifat musiman, Musdhalifah mengatakan, pemerintah sudah mengantisipasi ketersediaan pasokan pangan pada 4-6 bulan sebelum periode Ramadhan-Lebaran. Penanaman komoditas pangan pada saat itu ditingkatkan sesuai dengan kenaikan proyeksi kebutuhan.
Dalam hal ketersediaan, daerah sentra-sentra produksi memegang peranan penting karena memasok daerah-daerah yang cenderung defisit dan membutuhkan bahan pangan tertentu. Musdhalifah menyoroti, distribusi dan logistik antara daerah yang surplus dengan yang membutuhkan tak boleh ada hambatan sepanjang Ramadhan-Lebaran 2019.
Pemerintah memperkirakan, kenaikan kebutuhan bahan pangan pada dua pekan pertama Ramadhan 2019 berpusat di Jakarta. Namun, sepekan menjelang Lebaran, kebutuhan bahan pangan meningkat di daerah-daerah tujuan mudik.
Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian telah menerbitkan peta data potensi panen sejumlah komoditas bahan pangan sepanjang Ramadhan-Lebaran 2019. "Peta ini sudah kami sampaikan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten," kata Kepala BKP Kementerian Pertanian Agung Hendriadi pada kesempatan yang sama.
Sebagai contoh, BKP memproyeksi, potensi panen bawang merah nasional mencapai 263.126 ton pada Mei-Juni 2019 di 25 sentra yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Potensi panen cabai besar mencapai 228.389 ton dengan jumlah sentra sekitar 29 daerah di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
Oleh sebab itu, Agung berpendapat, inisiatif pemerintah setempat dalam mengetahui jumlah pasokan di tempatnya menjadi penting. Apabila kekurangan, pemerintah setempat dapat berkoordinasi dengan daerah sentra terdekat untuk memperoleh tambahan suplai.
Inisiatif ini juga dapat menyelamatkan harga di tingkat produsen. Agung mencontohkan, saat ini harga cabai merah di tingkat petani mencapai Rp 3.000 per kilogram (kg) dan tergolong anjlok karena sedang panen raya. Dia meminta pemerintah setempat dan Perum Bulog untuk menyerap dengan harga Rp 8.000 per kg.
Berdasarkan pantauan di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, harga sejumlah komoditas merangkak naik sejak awal Mei 2019. Misalnya, harga cabai merah meningkat menjadi Rp 39.800 per kg dari Rp 36.600 per kg. Telur ayam juga naik dari Rp 25.500 per kg menjadi Rp 26.100 per kg.
Terkait pengendalian harga, Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih mengatakan, distribusi selama Ramadhan-Lebaran 2019 mendapatkan perhatian khusus. "Ada kenaikan permintaan bahan pangan sebanyak 10-20 persen. Namun, buruh pelaku distributor libur mendekati hari-H Lebaran. Hal ini harus dikoordinasikan agar tak menjadi hambatan," katanya.
Selain itu, Karyanto menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pelaku ritel modern. Koordinasi ini penting karena ritel modern merupakan penentu harga tertinggi di tingkat konsumen.
Sebagai penyangga pangan, Perum Bulog menyatakan kesiapannya untuk menyerap suplai dari petani dan menyalurkan pada konsumen jika dibutuhkan. Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar mengatakan, pihaknya akan menyerap dan menyimpan sejumlah bahan pangan seperti, cabai merah, bawang merah, dan jagung sesuai dengan kapasitas gudang.
Secara terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah berpendapat, koordinasi antara pemerintah daerah dan tim pengendali inflasi daerah mesti bersifat taktis dan harian. Data pasokan dan ketersediaan bahan pangan yang akurat menjadi penting agar distribusinya tepat sasaran.
Distribusi dan logistik bahan pangan menjelang Lebaran, menurut Rusli, juga harus memperhatikan puncak arus mudik. Meskipun mendapatkan prioritas sebagai angkutan barang sumbu tiga ke atas, angkutan logistik pangan akan berbarengan dengan angkutan penumpang.