Kesenjangan antara kaya dan miskin telah melebar di Uni Eropa (UE) selama beberapa dekade terakhir, khususnya tahun 1980-2017. Kesenjangan itu menganga di tengah angka keberhasilan yang ditunjukkan otoritas di Benua Biru dalam mengatasi peningkatan ketimpangan pendapatan dibandingkan data secara global.
Hal itu terungkap dalam laporan terbaru yang dirilis lembaga yang mengkaji kesenjangan global, World Inequality Lab (WIL), di Paris. "Satu persen kelompok terkaya di Eropa tumbuh lebih dari dua kali lebih cepat dibandingkan 50 persen kelompok terbawah," demikian dinyatakan kelompok ahli evolusi pendapatan dan kemakmuran global dalam laporan April, yang dilansir kantor berita AFP, Minggu (12/5/2019).
Laporan itu secara khusus menunjuk fokus pada pengurangan ketidaksetaraan di antara negara-negara anggota UE daripada di masing-masing negara UE itu sendiri. Peningkatan terbesar terjadi di negara-negara Eropa Timur yang sebelumnya adalah negara komunis, kawasan yang paling egaliter selama 1980-an dan bergerak ke arah kapitalisme pada 1990-an.
“Di sini privatisasi yang terkait dengan transisi dari sosialisme ke kapitalisme telah memberi manfaat kepada sekelompok kecil elite,” tulis laporan itu.
Di Eropa Barat, 10 persen orang terkaya menghasilkan secara rata-rata tujuh kali lebih banyak dari 50 persen orang termiskin sebelum pajak. Namun, setelah pajak capaian itu terhitung menjadi hanya lima kali lebih banyak atau turun sekitar 29 persen. Penyesuaian pasca pajak yang terjadi adalah mencapai 23 persen di Eropa selatan dan utara dan sekitar 15 persen di Eropa bagian timur.
Eropa Timur
Di saat negara-negara Eropa Barat cenderung mengenakan pajak yang lebih tinggi pada pendapatan yang lebih tinggi, banyak negara-negara Eropa timur--seperti negara-negara Baltik, Bulgaria dan Romania--memiliki tarif pajak tetap. Hal itu berarti, orang miskin dan kaya membayar persentase yang sama di negara-negara Baltik.
WIL menegaskan bahwa kurangnya perpajakan progresif di beberapa negara dalam konteks persaingan ekonomi berkontribusi terhadap ketidaksetaraan, termasuk dengan merusak pembiayaan untuk layanan publik.
Banyak negara-negara Eropa timur memiliki tarif pajak tetap. Hal itu berarti, orang miskin dan kaya membayar persentase yang sama di negara-negara itu.
Dengan menggunakan formula koefisien Gini yang diterima secara internasional yang mengukur kesenjangan, tingkat pendapatan di 28 negara UE secara keseluruhan peringkatnya adalah yang terbaik di dunia dalam ukuran kesetaraan. Posisi UE setara dengan kondisi di Kanada.
Keduanya diberi peringkat pada pembulatan di nomor 31 dari 100 di peringkat (2017), di mana indeks yang lebih tinggi menunjukkan tingkat ketidaksetaraan yang lebih besar. Namun, skor berbagai negara di UE sangat berbeda. Sejumlah negara bekas komunis di Eropa Timur rata-rata turun peringkatnya.
Bulgaria, misalnya, memiliki tingkat ketimpangan tertinggi dengan indeks Gini 40, menurut kantor statistik Uni Eropa Eurostat. Hal itu diikuti oleh negara-negara bekas Soviet, Lithuania dan Latvia, dan kemudian Spanyol, Portugal, dan Yunani. Inggris dan Rumania--bekas sekutu lain Soviet--berada di urutan berikutnya, keduanya di peringkat 33. Jerman, Perancis, dan Polandia sedikit lebih baik, rata-rata sekitar 29.
Berada di daftar sebagai negara yang paling egaliter adalah tiga negara bekas komunis, yakni Slovakia (23), Slovenia dan Republik Ceko yang sama-sama di peringkat 24. Mereka diikuti oleh negara-negara Swedia, Denmark, dan Finlandia, bersama dengan Belgia, Belanda dan Austria, semuanya mencetak skor antara 26 dan 28.
Lebih baik dari AS
Meskipun ada peningkatan ketimpangan, WIL menyatakan bahwa peringkat UE lebih baik dari Amerika Serikat. Pendidikan dan sistem kesehatan blok negara-negara tersebut lebih bersifat egaliter dan manfaat sosial memainkan peran utamanya. Sejak 1980, pendapatan dari setengah populasi termiskin di Eropa meningkat sebesar 37 persen, sementara warga AS stagnan. Pendapatan 0,01 persen warga AS yang paling mampu meningkat lebih dari 300 persen, dua kali lipat dibandingkan di Eropa.
Indeks Gini menempatkan AS pada peringkat 39, menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), delapan poin lebih tinggi dari Uni Eropa. Sebagian besar anggota non-Eropa OECD memiliki koefisien yang lebih tinggi daripada UE, misalnya Australia (33), Jepang (34) dan Afrika Selatan (64). (AFP)