JAKARTA, KOMPAS — Investasi, terutama yang bercorak padat karya dan berorientasi ekspor, dinilai penting dalam menyerap tenaga kerja dan memberikan devisa. Berbagai dukungan pun diperlukan untuk menumbuhkan kegiatan industri yang dapat mengoptimalkan potensi daerah.
”Pemerintah daerah dapat mendukung, misalnya, dengan menyediakan kawasan untuk industri dan infrastruktur lain, seperti pelabuhan,” kata Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur ketika dihubungi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut dia, pemerintah harus terus mendorong kegiatan ekonomi, terutama yang berbasis produksi, agar semakin mendekati sumber bahan baku. Hal ini berarti pengembangan kegiatan ekonomi pun harus semakin mengarah ke luar Jawa.
Saat ini pemerintah berupaya mengembangkan sentra industri mebel berbasis rotan di dalam kawasan industri Ladong, Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut dia, apabila ingin mengarah ke ekspor, penyiapan kawasan industri di daerah juga harus diperkuat infrastruktur dan pelabuhan berstandar internasional.
”Kalau itu bisa dilakukan, tinggal menjalankan alih teknologi atau keterampilan. Orang dari Cirebon yang terampil di usaha rotan, misalnya, akan mau datang ke suatu daerah apabila infrastruktur di daerah tersebut mendukung,” kata Abdul Sobur.
Peningkatan nilai tambah komoditas rotan di daerah penghasil rotan seperti di Aceh, Kalimantan, dan Sulawesi penting dilakukan, baik untuk mebel maupun kerajinan. Hal ini dapat mengoptimalkan potensi Indonesia sebagai negara penghasil 80 persen rotan dunia.
Badan Pusat Statistik mencatat, pada 2017 ada 1.918 unit usaha mebel skala menengah dan besar yang menyerap 200.000 tenaga kerja langsung. Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendata, jumlah industri kerajinan di Indonesia mencapai 700.000 unit lebih dan menyerap 1,32 juta tenaga kerja.
Kemenperin mencatat peningkatan ekspor mebel dalam tiga tahun terakhir. Nilai ekspor mebel pada 2016 sebesar 1,60 miliar dollar AS dan naik menjadi 1,63 miliar dollar AS pada 2017. Ekspor mebel pada 2018 tercatat 1,69 miliar dollar AS.
Sementara itu, nilai ekspor kerajinan Indonesia pada 2018 senilai 870 juta dollar AS. Nilai ekspor kerajinan ini naik 0,2 persen dari tahun sebelumnya yang 868 juta dollar AS.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Muhdori melalui siaran pers, Minggu (12/5/2019), menyatakan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu andalan. Sebagai industri bercorak padat karya dan berorientasi ekspor, industri TPT berkontribusi besar bagi perekonomian nasional.
Industri tekstil dan produk tekstil menjadi salah satu andalan.
Berdasarkan data Kemenperin, industri TPT sepanjang 2018 tumbuh 8,73 persen atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang 5,17 persen. Nilai ekspor industri TPT pada 2018 sebesar 13,22 miliar dollar AS atau naik 5,55 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kerja di industri TPT mencapai 3,6 juta orang.
Peta jalan Making Indonesia 4.0 memasukkan industri TPT sebagai salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan pengembangannya dalam implementasi industri 4.0. Produsen tekstil dan pakaian jadi nasional diharapkan masuk jajaran lima besar dunia pada 2030.