JAKARTA, KOMPAS - Dua tahun lalu, di Gold Coast, Australia, untuk pertama kalinya Indonesia tersingkir pada penyisihan grup kejuaraan bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman. Meski bermaterikan pemain yang tak sebagian besar sama, hasil buruk itu diharapkan tak terulang karena kemampuan pemain yang semakin matang.
Sebanyak 13 dari 20 pemain yang dipilih memperkuat Indonesia dalam Piala Sudirman di Nanning, China, 19-26 Mei, sama seperti yang didaftarkan pada dua tahun lalu. Mereka di antaranya Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Fitriani, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, dan Gloria Emanuelle Widjaja.
Ketika itu, Indonesia menjadi juru kunci Subgrup 1D karena kalah bersaing dengan Denmark dan India. Meski menang 3-2 atas Denmark, Indonesia gagal menjadi dua tim teratas pada grup, sebagai syarat lolos ke perempat final, karena kalah, 1-4, dari India.
“Belakangan, prestasi pemain dari turnamen perorangan ada peningkatan. Tim Indonesia terdiri dari pemain-pemain terbaik senior dan yang masih muda. Dua tahun lalu, ada beberapa yang cedera dan hasilnya memmang sangat disayangkan,” tutur Susy Susanti, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI yang menjadi manajer tim.
Berdasarkan daftar peringkat dunia, posisi sebagian besar pemain Indonesia saat ini mengalami peningkatan di bandingkan 2017. Anthony dan Jonatan yang semula berada pada peringkat 20-an misalnya, saat ini berada pada posisi 10 besar dunia : Anthony ketujuh dan Jonatan kedelapan.
Posisi 10 besar juga ditempati Hafiz Faizal/Gloria (6) serta Greysia/Apriyani (5) yang menjalani debut sebagai pasangan di Gold Coast. Fitriani hanya berada pada peringkat ke-30, namun pelatnas telah memiliki Gregoria Mariska Tunjung (peringkat ke-16) sebagai andalan lain meski belum tampil konsisten pada turnamen level tinggi.
Ganda putra bahkan memiliki tiga pasangan yang berada di 10 besar, yaitu Kevin/Marcus (1), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (4), dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (5). Ketiganya dimasukkan dalam anggota tim.
Meski dalam Piala Sudirman setiap nomor hanya bisa menyumbangkan satu kemenangan, pelatih dan PBSI memilih memasukkan semua kekuatan terbaik mereka. “Jika hanya dua pasangan, lawan mudah menebak. Kalau tiga, bisa membingungkan mereka karena kekuatan ganda putra Indonesia merata. Ini adalah bagian dari strategi untuk membingungkan lawan karena ganda putra menjadi andalan untuk meraih poin,” kata pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi.
Dengan hanya mengandalkan “1,5” pasangan, ganda putri juga yakin bisa menyumbangkan kemenangan. Greysia/Apriyani, yang turun pertama kali saat melawan Denmark di Gold Coast, telah menjadi ganda peringkat kelima dunia dengan lima gelar juara sejak saat itu.
Selain Greysia, ada Ni Ketut Mahadewi Istarani yang menurut pelatih ganda putri Eng Hian, bisa fleksibel dipasangkan dengan Greysia atau Apriyani jika dibutuhkan. “Ini disesuaikan dengan kebutuhan tim. Ada nomor lain yang membutuhkan lebih banyak pemain. Meski demikian, peluang menyumbangkan poin dari ganda putri cukup besar,” jelas Eng Hian.
Eng Hian mengatakan, meski kekuatan Indonesia tak merata di semua nomor, tak ada yang tak mungkin dalam kejuaraan beregu. “Siapa yang menduga Korea Selatan bisa juara dengan pemain-pemain muda pada dua tahun lalu. Padahal, ada Jepang yang lebih kuat,” katanya.
Salah satu faktor yang bisa menjadi modal Indonesia, lanjut mantan pemain ganda pura itu, adalah kekompakan. “Dari dulu, Tim Indonesia selalu kompak, apalagi jika ada dukungan dari pimpinan seperti CDM, manajer, dan pengurus teras PBSI, Kondisi saat ini juga bagus,” tutur Eng Hian.
Tim Piala Sudirman Indonesia dilepas oleh Ketua Umum PP PBSI Wiranto di Jakarta, Sabtu (11/5). Para atlet dan ofisial tim melakukan tradisi cium bendera Merah Putih. Tim akan berangkat dari Jakarta ke Nanning melalui Hong Kong, pada Rabu (15/5).