Sebanyak 106 penyedia tekfin telah terdaftar di OJK hingga 5 April 2019. Jumlah akumulasi penyaluran pinjaman penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi mencapai Rp 33,2 triliun pada Maret 2019.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang Lebaran, rasio kredit bermasalah penyedia layanan pinjam-meminjam uang melalui teknologi finansial tercatat membaik. Para penyedia layanan menyatakan semakin selektif dalam menyalurkan kredit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, rasio kredit bermasalah penyedia layanan pinjam-meminjam uang melalui teknologi finansial (tekfin) turun dari 3,18 persen pada Februari 2019 menjadi 2,62 persen pada Maret 2019. Kondisi ini menunjukkan perkembangan positif meskipun belum kembali seperti pada Desember 2018 yang hanya 1,45 persen.
Adapun keberhasilan bayar kembali meningkat menjadi 97,38 persen pada Maret 2019. Naik dari 96,82 persen pada Februari 2019.
Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (12/5/2019), mengatakan, penurunan rasio kredit bermasalah perusahaan tekfin merupakan hasil dari membaiknya sistem kecerdasan buatan perusahaan tekfin yang baru berdiri.
”Sistem mereka semakin terlatih untuk membaca credit scoring calon peminjam sehingga lebih presisi dan teliti. Dengan membaiknya sistem, rasio kredit bermasalah dan tingkat keberhasilan bayar semakin membaik,” kata Kuseryansyah.
OJK menyebutkan, sebanyak 106 penyedia tekfin telah terdaftar di OJK hingga 5 April 2019. Jumlah akumulasi penyaluran pinjaman penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi mencapai Rp 33,2 triliun pada Maret 2019.
Menurut Kuseryansyah, perusahaan tekfin akan terus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pinjaman untuk menjaga rasio kredit bermasalah. Jelang Lebaran 2019, AFPI menargetkan lonjakan penyaluran pembiayaan akan naik 15-20 persen dibandingkan dengan bulan biasa.
Pada intinya, lanjutnya, AFPI menekankan agar penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi tetap transparan dalam melaporkan performa perusahaan. Transparansi dibutuhkan untuk membangun kepercayaan para calon peminjam.
Kepala Divisi Pemasaran dan Komunikasi PT Seva Kreasi Digital atau Danalaut Assed Lussak menyampaikan, Danalaut mencatat rasio kredit bermasalah perusahaan sebesar 0 persen per 12 Mei 2019.
”Kami menyaring dan mengontrol penyaluran pinjaman secara berkala. Pada dasarnya, kami berorientasi pada pengembangan usaha sehingga juga melakukan pendampingan,” ujar Assed.
Penilaian visitasi
Ia melanjutkan, seleksi penyaluran kredit memiliki sejumlah kriteria. Calon peminjam harus memiliki usaha di sektor kelautan dan bergabung dalam BUMDes atau koperasi. Calon peminjam wajib juga memiliki kelengkapan administrasi pribadi dan izin usaha yang menunjukkan usaha yang dimiliki bukan usaha baru.
Kriteria risiko usaha akan dinilai melalui visitasi oleh petugas lapangan dari perusahaan. Ketika calon peminjam disetujui, Danalaut akan menyelenggarakan pertemuan mingguan untuk memberi pelatihan manajemen keuangan, optimalisasi modal, dan usulan pengembangan usaha.
”Kami juga membantu menghubungkan peminjam dengan pembeli produk di level selanjutnya. Misalnya, petani rumput laut dengan pedagang atau pihak yang mengumpulkan produk atau penjual rumput laut dengan pelaku usaha sektor pengolahan,” kata Assed.
Selama Januari-April 2019, sebanyak Rp 1,5 miliar telah disalurkan kepada peminjam di sektor perdagangan garam dan rumput laut serta produksi rumput laut. Danalaut menargetkan untuk menyalurkan dana pinjaman sebesar Rp 50 miliar pada 2019.