Surplus Ditopang Investasi Portofolio, Sumber Modal Lain Diperlukan
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Neraca pembayaran Indonesia pada triwulan I-2019 mengalami surplus 2,4 miliar dollar AS, yang ditopang masuknya arus modal asing melalui investasi portofolio. Sumber modal selain portofolio dibutuhkan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik.
Berdasarkan data Bank Indonesia yang dirilis Jumat (10/5/2019), neraca pembayaran Indonesia triwulan I-2019 lebih baik dibandingkan dengan triwulan I-2018 yang mengalami defisit 3,9 miliar dollar AS. Namun, surplus yang terjadi pada triwulan I-2019 lebih kecil dari triwulan IV-2018, yakni 5,4 miliar dollar AS.
Kinerja neraca pembayaran triwulan I-2019 ditopang surplus transaksi modal dan finansial yang cukup tinggi sebesar 10,1 miliar dollar AS. Investasi langsung sebesar 5,2 miliar dollar AS, sementara investasi portofolio sebesar 5,3 miliar dollar AS.
Surplus transaksi modal dan finansial mampu menutup defisit transaksi berjalan. Pada triwulan I-2019, defisit transaksi berjalan sebesar 7 miliar dollar AS atau 2,6 persen produk domestik bruto (PDB). Persentase defisit terhadap PDB melebar dari triwulan I-2018 yang sebesar 2,07 persen PDB.
Kepala Ekonom PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, pelebaran defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2019 mesti diwaspadai. Secara musiman defisit akan lebih dalam karena adanya pembayaran utang luar negeri dan deviden.
“Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2019 akan sedikit naik berkisar 2,6-2,7 persen PDB. Pelebaran defisit bisa diperkecil jika pengendalian impor tetap berjalan dan ekspor pariwisata naik,” kata Enrico yang dihubungi di Jakarta, Jumat.
Menurut Enrico, sumber modal selain dari portofolio diperlukan untuk mengimbang pelebaran defisit transaksi berjalan. Pemerintah mesti membidik investasi berorientasi ekspor baik dari investasi langsung maupun penanaman modal dalam negeri. Tujuannya untuk menambah pasokan dollar AS.
Reformasi kebijakan berupa pemberian insentif maupun penyederhanaan prosedur harus dilanjutkan dan dievaluasi secara bertahap. Sektor-sektor investasi berorientasi ekspor yang bisa dibidik, antara lain industri makanan dan minuman, serta beberapa industri di bidang agribisnis.
Dihubungi terpisah, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, pemerintah daerah bisa mengambil peran dalam menarik investasi sekaligus mendorong ekspor. Salah satunya melalui implementasi sistem perizinan terintegrasi berbasis online (Online Single Submission/OSS).
“Di daerah, penerapan OSS untuk mempercepat dan menyederhanakan perizinan. Mereka (pemerintah daerah) juga mesti ikut mendukung produk-produk unggulan ekspor,” kata Iskandar.
Pemerintah daerah juga berperan penting dalam pembangunan infrastruktur. Tujuannya untuk mempermudah akses logistik sehingga ongkos produksi bisa lebih murah. Kedua hal itu jadi pertimbangan utama investor masuk ke dalam negeri.
Daya tahan
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko, dalam keterangan resminya, mengatakan, kinerja neraca pembayaran Indonesia diperkirakan terus membaik sehingga dapat menopang ketahanan sektor eksternal.
Surplus neraca pembayaran pada triwulan I-2019 mendorong peningkatan cadangan devisa menjadi 124,5 miliar dollar AS. Cadangan devisa itu cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6,8 bulan.
Bank Indonesia berkomitmen terus koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. Salah satunya dengan mengendalikan defisit transaksi berjalan menuju kisaran 2,5 persen PDB pada akhir tahun 2019.
Di sisi lain, ada beberapa dinamika global yang terus diwaspadai, yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi global, ketidakpastian pasar keuangan global, serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang cenderung turun.