JAKARTA, KOMPAS — PT Adhi Karya (Persero) Tbk berencana memperbanyak proyek kereta api sepanjang tahun ini. Adhi Karya bahkan mengusulkan untuk membangun kereta api loop line layang yang mengitari Jakarta.
”Loop line ini akan menghubungkan titik-titik yang menjadi hub kereta api radial. Harapannya, tidak ada lagi kereta api dari luar kota yang masuk ke dalam Jakarta, tetapi (penumpang) berpindah ke loop line, persimpangan sebidang antara kereta api dan lalu lintas kendaraan akan berkurang,” kata Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Harto seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku 2018 di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Dengan adanya loop line, jumlah penumpang KRL bisa ditingkatkan dari 1,2 juta orang per tahun menjadi 2 juta orang per tahun. Menurut dia, kereta sangat dibutuhkan oleh kota-kota besar untuk mengurangi kemacetan. ”Jakarta yang sudah mempunyai LRT (kereta ringan), MRT (moda raya terpadu), dan juga KRL (kereta rel listri) masih perlu jalan kereta sepanjang 300-400 kilometer lagi,” kata Budi.
Hingga saat ini ada beberapa proyek kereta api yang disasar Adhi Karya, yakni LRT Cibubur-Bogor sepanjang 30 km, kereta ke Bandara Kertajati, LRT di Medan, trem di Surabaya, dan LRT di Kota Bandung. ”Sebagai kontraktor, kami juga tertarik membangun trek kereta api semicepat Jakarta-Surabaya senilai Rp 120 triliun. Proyek ini akan bekerja sama dengan Jepang karena Jepang yang menjadi sumber pendanaan,” ujar Budi.
Ketertarikan Adhi Karya dalam proyek kereta api dimulai sejak lama dan terus berkembang hingga kini. Pada 2018, pembangunan LRT sudah mengambil porsi 35 persen dari total bisnis Adhi Karya. ”Banyaknya proyek kereta api membuat keahlian kami di bidang kereta api jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain,” kata Budi Harto.
Sementara Direktur Operasional II Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan, pembangunan kereta loop line merupakan prakarsa konsorsium Adhi Karya, Pembangunan Jaya, dan Wijaya Karya. ”Investasi yang dibutuhkan berkisar Rp 15 triliun-Rp 20 triliun,” kata Pundjung.
”Saat ini, kami sedang menyusun prastudi kelayakan. Dokumen ini akan selesai akhir Juni. Jika disetujui, maka akan langsung dibuat studi kelayakan yang akan membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk penyusunan,” kata Pundjung.
Apabila studi kelayakan dipenuhi, maka akan dilakukan tender pengadaan dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). ”Kami sebagai pemrakarsa harus tetap ikut tender, tetapi dengan prioritas,” ujar Pundjung.
Pembangunan loop line ini akan memakan waktu sekitar empat tahun dan tidak akan mengganggu perjalanan kereta eksisting yang berada di bawahnya. Mengenai progres pembangunan LRT Jabodebek, saat ini sudah mencapai 61,9 persen dengan rincian Cawang-Cibubur 81,7 persen, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 50,7 persen, dan Cawang-Bekasi Timur mencapai 56 persen.
Pembangunan LRT Jabodebek fase I ini direncanakan selesai 2021.
Saat ini, kendala yang masih dihadapi adalah pembebasan lahan di Bekasi Timur yang akan dipakai untuk depo LRT. Pembebasan lahan diharapkan tuntas akhir Juli 2019.