JAKARTA, KOMPAS - Industri manufaktur nonminyak bumi dan gas selama ini tumbuh meskipun relatif lambat. Dukungan kebijakan dan implementasi teknologi revolusi industri keempat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sektor perindustrian di Indonesia.
"Tren pertumbuhan industri manufaktur nonmigas di kisaran 4-5 persen, di bawah pertumbuhan ekonomi," kata peneliti di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, TM Zakir Machmud, ketika dimintai tanggapan di Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada triwulan I-2019 mencapai 4,80 persen. Pada periode sama pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 5,07 persen. Sementara beberapa sektor industri mampu tumbuh di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional Triwulan I-2019.
Sektor itu adalah industri tekstil dan pakaian jadi yang tumbuh 18,98 persen; industri pengolahan tembakau 16,10 persen; serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional 11,53 persen. Selain itu, industri kertas dan barang dari kertas serta percetakan dan reproduksi media rekaman tumbuh 9,22 persen dan industri logam dasar tumbuh 8,59 persen.
Menurut Zakir, diperlukan pemicu untuk meningkatkan pertumbuhan industri nonmigas. Implementasi industri 4.0 melalui program Making Indonesia 4.0 diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut. Namun, perlu diingat hasil dari kebijakan di sektor industri tidak instan. Dibutuhkan waktu untuk bisa melihat hasil dari suatu kebijakan industri. "Oleh karena itu, harus dimulai dari sekarang. Sebab, kalau tidak, ya, Indonesia akan terus ketinggalan," katanya.
Terkait pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2019, menurut Zakir, kondisi ini merupakan pola siklikal. Sejak tahun 2012 pola pertumbuhan triwulan I selalu turun dibandingkan pertumbuhan triwulan IV tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan akan meningkat memasuki triwulan II dan triwulan III. Ada peluang menaikkan pertumbuhan ekonomi dan hal itu biasanya terlihat di triwulan II dan triwulan III.
"Apalagi pertumbuhan triwulan I trennya selalu naik jika dibandingkan triwulan I tahun-tahun sebelumnya, setidaknya tahun 2016, 2017, dan 2018," kata Zakir.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di beberapa kesempatan menuturkan, harapan besar melalui Making Indonesia 4.0 adalah memasukkan Indonesia dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
Berdasarkan data BPS, sektor industri di Indonesia menyumbang 20,07 persen terhadap PDB Triwulan I-2019. Kemenperin mencatat Indonesia hampir sejajar dengan Jerman dalam hal kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian.
China berada pada posisi teratas dalam hal kontribusi sektor manufakturnya terhadap perekonomian, yakni 28,8 persen. Urutan berikutnya adalah Korea Selatan 27 persen, Jepang 21 persen, dan Jerman 20,6 persen.