JAKARTA, KOMPAS — Menghadapi suplai ruang perkantoran yang berlebih, tetapi serapan terbatas, pemilik gedung melakukan sejumlah strategi untuk mendongkrak tingkat okupansi. Strategi itu, antara lain, dengan mengarahkan peruntukan ruang kantor menjadi lebih fleksibel dengan jangka waktu sewa yang lebih pendek.
Berdasarkan informasi yang dihimpun sampai dengan Rabu (8/5/2019), pemilik gedung menghadirkan, misalnya, konsep ruang kantor sewa yang lebih dinamis. Bahkan, tarif juga diturunkan. Tujuannya, mendorong tingkat hunian perkantoran.
Strategi itu, antara lain, dengan mengarahkan peruntukan ruang kantor menjadi lebih fleksibel dengan jangka waktu sewa yang lebih pendek.
Untuk merangkul penyewa, pemilik ataupun pengelola gedung juga mengadopsi konsep kantor yang efisien. Konsep kantor yang tradisional dan kaku mulai ditinggalkan.
Mengutip data Colliers International Indonesia, pasokan berlebih ruang perkantoran di Jakarta diproyeksikan berlanjut hingga 2021. Sampai dengan 2021, pasokan baru ruang kantor diprediksi 1,45 juta meter persegi, meliputi kawasan pusat bisnis (CBD) Jakarta seluas 903.840 meter persegi dan non-CBD seluas 552.729 meter persegi. Kawasan CBD di Jakarta mencakup Jalan Thamrin, Sudirman, Rasuna Said, Gatot Subroto, kawasan Mega Kuningan, dan Distrik Pusat Bisnis Sudirman (SCBD).
Fleksibel
Menurut Senior Associate Director Office Services Colliers International Indonesia Jachinta Herzog, kebutuhan ruang kerja yang fleksibel, antara lain, berupa ruang kerja bersama (coworking space) dan kantor berlayanan (serviced office).
”Jika rata-rata kontrak dengan pemilik gedung 3-5 tahun, ruang kerja fleksibel menawarkan masa kontrak sewa yang lebih pendek,” ujarnya.
Jachinta menambahkan, sejak akhir 2018, semakin banyak ruang kerja bersama mengisi gedung-gedung perkantoran premium dan kelas A di CBD Jakarta. Ruang kerja bersama itu tidak hanya menyasar usaha rintisan, tetapi juga perusahaan yang sudah mapan dan perusahaan multinasional.
Komposisi ruang kerja bersama pada triwulan I-2019 sekitar 5 persen dari total luas perkantoran di Jakarta. Porsi ini lebih tinggi daripada akhir tahun lalu yang sekitar 3,5 persen.
Head of Markets PT Jones Lang LaSalle Indonesia Angela Wibawa menuturkan, permintaan ruang perkantoran sampai saat ini masih terus tumbuh positif. Permintaan ruang perkantoran berada di titik terendah pada 2014-2016. Saat itu, permintaan ruang kantor 150.000 meter persegi per tahun.
Pada 2017-2018, permintaan ruang perkantoran naik menjadi rata-rata 200.000 meter persegi per tahun. Diperkirakan permintaan ruang perkantoran tahun ini akan lebih tinggi daripada tahun lalu. Optimisme itu, antara lain, terlihat dari permintaan pada triwulan I-2019 yang mencapai 100.000 meter persegi.
Berdasarkan data itu, lanjut Angela, permintaan ruang perkantoran terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB). Jika PDB tumbuh di atas 5 persen, permintaan terhadap ruang perkantoran akan tumbuh positif. Dalam 10 tahun terakhir, rata-rata permintaan ruang perkantoran sekitar 190.000 meter persegi per tahun.
Di sisi lain, saat ini semakin banyak ruang perkantoran baru yang menawarkan fasilitas dan layanan yang bagus. Artinya, penyewa memiliki semakin banyak pilihan untuk memindahkan kantor ke gedung dengan fasilitas yang lebih baik, tetapi dengan biaya relatif sama.
Di sisi lain, saat ini semakin banyak ruang perkantoran baru yang menawarkan fasilitas dan layanan yang bagus.
Menurut Angela, kepindahan beberapa perusahaan ke lokasi perkantoran lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan harga. Namun, ada kebutuhan perusahaan yang lebih sesuai di lokasi baru.
Ia mencontohkan, beberapa perusahaan minyak dan gas memindahkan kantor dari kawasan bisnis terpadu ke Jakarta bagian selatan. Contoh lain, perusahaan memindahkan kantor ke lokasi lain karena akan membangun dari awal dengan konsep tertentu.
”Jadi, bergantung pada bisnis alamiah perusahaan serta konsep dari penyewanya. Ada penyewa yang pindah dari CBD ke kawasan lain karena mereka melihat kebutuhan bisnisnya bisa dipenuhi di lokasi yang baru itu,” kata Angela.
Usang
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto, di Jakarta, mengemukakan, konsep ruang kantor yang kaku atau tradisional diperkirakan mulai usang. Penyewa ruang kantor semakin fleksibel dan efisien terhadap ruang yang akan digunakan.
”Pemilik gedung dituntut lebih fleksibel dalam mengakomodasi kebutuhan calon penyewa,” katanya.
Direktur PT Menara Astra Wibowo Muljono mengatakan, penyewa ruang perkantoran semakin memerlukan fleksibilitas dan komunitas. Oleh karena itu, produk yang ditawarkan harus lebih beragam.
Wibowo mencontohkan, jika dahulu menyewa kantor selama satu hari tidak dimungkinkan, kini hal itu bisa terjadi. ”Selama pengembang dapat menangkap konsep fleksibilitas tersebut, tipe produk akan lebih beragam dan bukan sebatas ruang kerja bersama,” ujarnya.