Sri Mulyani: Konsumsi dan Investasi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 2019
Pemerintah menilai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3 persen sepanjang 2019 dapat dikejar. Konsumsi dan investasi akan digenjot untuk mencapai target tersebut.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menilai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3 persen sepanjang 2019 dapat dikejar. Konsumsi dan investasi akan digenjot untuk mencapai target tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian Indonesia tumbuh 5,07 persen secara tahunan pada triwulan I-2019. ”Jika dilihat dari komponen pertumbuhan ekonomi, konsumsi, dan investasi mestinya bisa lebih tinggi lagi,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ditemui di Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Meskipun demikian, Sri Mulyani tetap optimistis pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen dapat dicapai pada akhir 2019. Pemerintah akan menerapkan kebijakan-kebijakan yang mampu menjaga keyakinan untuk investasi dan keyakinan masyarakat untuk konsumsi.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan menggenjot belanja sosial untuk meningkatkan konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk masyarakat kelas menengah, pemerintah mengharapkan peningkatan konsumsi pada periode Ramadhan-Lebaran 2019.
Sepanjang triwulan I-2019, berdasarkan pengeluaran produk domestik bruto (PDB), konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01 persen secara tahunan. Dalam struktur PDB, konsumsi rumah tangga memiliki andil sebesar 56,82 persen.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta optimistis ada peningkatan konsumsi pada triwulan-II 2019. ”Konsumsi akan meledak karena adanya Ramadhan-Lebaran serta liburan anak sekolah,” ucapnya.
Oleh sebab itu, Tutum berharap, pemerintah dapat menjaga daya beli masyarakat, termasuk hingga tingkat produsen pangan dan pedagang. Pembentukan struktur harga di tingkat konsumen mesti menjadi perhatian agar tetap menguntungkan produsen pangan, pedagang, dan konsumen.
BPS merilis, indeks tendensi konsumen pada triwulan-II 2019 diproyeksi melonjak menjadi 120,9 dari 104,35 pada triwulan-I 2019. Bank Indonesia melalui survei konsumen menyebutkan, indeks keyakinan konsumen pada April 2019 naik 3,6 poin dari bulan sebelumnya menjadi 128,1. Indeks belanja tiga bulan ke depan juga meningkat dari 161,5 menjadi 164,7.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Dian Ayu Yustina menilai, penguatan indeks-indeks tersebut menandakan optimisme belanja konsumen. ”Untuk mendukungnya, pemerintah harus menjaga laju inflasi atau kenaikan harga, terutama saat Ramadhan-Lebaran 2019,” katanya.
Kepastian kebijakan
Selain konsumsi, Sri Mulyani menyebutkan, investasi juga menjadi andalan penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan-II 2019. ”Diharapkan, investasi dapat meningkat sesudah masa Pemilihan Umum 2019 karena adanya kepastian politik dan kebijakan dari pemerintah,” katanya.
Selain konsumsi, investasi juga menjadi andalan penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan-II 2019.
Dalam struktur PDB, investasi termasuk dalam komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang memiliki andil sebesar 32,17 persen. BPS mencatat, PMTB pada triwulan I-2019 tumbuh 5,03 persen secara tahunan. Adapun realisasi investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal pada triwulan-I 2019 mencapai Rp 195,1 triliun atau tumbuh 5,29 persen dibandingkan triwulan-I 2018.
Menurut Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual, pemerintah perlu mempertahankan keberlanjutan kondisi fiskal untuk mendongkrak investasi pada triwulan-II. ”Selama ini sudah berjalan baik dan harus dipertahankan untuk menarik minat investor ke Indonesia,” ujarnya saat dihubungi, Rabu.
Selain itu, David juga mengimbau pemerintah mesti segera merealisasikan 16 Paket Kebijakan Ekonomi. Realisasi ini penting karena dapat menunjang kemudahan berbisnis di Indonesia dan menjadi daya tarik bagi investor.
Sumber daya tarik lainnya yang mesti dievaluasi oleh pemerintah, menurut David, ialah daftar negatif investasi (DNI). Sektor-sektor yang menyebabkan arus devisa mengalir keluar, seperti kesehatan dan pendidikan, harus dicoret dari DNI.
Terkait kontribusi ekspor pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, Sri Mulyani menilai, masih ada kontraksi kegiatan ekspor akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China. ”Hal ini menimbulkan sentimen yang memengaruhi ekonomi global,” ujarnya.
Andil ekspor dalam struktur PDB sebesar 18,48 persen. Secara tahunan, angka pertumbuhan ekspor dalam struktur PDB pada triwulan-I 2019 tercatat negatif, yakni 2,08 persen.