Batik merupakan salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor ini didominasi oleh industri kecil dan menengah yang tersebar di 101 sentra.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Batik menjadi warisan budaya Indonesia yang diakui dunia internasional dan menjadi salah satu sektor industri yang terus berkembang. Kreativitas dalam berkarya menjadi kunci untuk melestarikan batik sehingga dapat terus dikembangkan oleh generasi penerus.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Batik tidak hanya sebagai kain, tetapi menjadi produk mode dan gaya hidup masyarakat.
”Tantangan saat ini adalah bagaimana mendesain batik agar sesuai selera pengguna dan modern,” ujar Airlangga seusai menghadiri pameran Gelar Batik Nusantara (GBN) Ke-11 di Jakarta, Rabu (8/5/2019). Selain Airlangga, acara ini dibuka oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Ny Mufidah Jusuf Kalla.
Gelaran ini diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia untuk mempromosikan produk batik yang menjadi salah satu ikon Indonesia. Acara ini diselenggarakan tiap tahun dan pada 2019 diikuti oleh 250 peserta.
Airlangga mengapresiasi kreativitas perajin batik yang mulai mengembangkan karyanya sesuai dengan tren yang sedang berkembang. Hal itu mulai dari teknik pewarnaan, desain, hingga bahan yang digunakan. Para perajin juga mulai mengombinasikan batik dengan tenun sehingga memiliki daya tarik yang berbeda.
Ia berharap promosi batik dapat terus dilakukan sebab industri ini terus berkembang pesat dan menjadi penyumbang devisa negara. Nilai ekspor industri batik pada tahun 2018 mencapai 52,44 juta dollar AS dengan pasar utama Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Batik merupakan salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor ini didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra IKM batik mencapai 15.000 orang pada 3.782 unit usaha.
Ketua Panitia Pelaksana GBN 2019 Wida Herdiawan mengatakan, GBN tahun ini mengangkat tema ”Lestari Tak Berbatas”. Tema tersebut bermakna, batik yang menjadi budaya masyarakat di Pulau Jawa telah berkembang ke luar Pulau Jawa. ”Selain dari Jawa, sekarang sudah ada batik dari Sumatera, Papua, dan Maluku,” ujar Wida.
Bervariasi
Menurut Wida, batik bukanlah sebuah budaya kuno karena terus berkembang mengikuti zaman dan bervariasi. Batik tidak hanya untuk pakaian, tetapi dapat digunakan untuk aksesori dan interior rumah.
Agar dapat terus lestari, perlu ada pendekatan khusus kepada generasi muda. Wida mencontohkan, pendekatan tersebut dapat dilakukan melalui lokakarya, pelatihan, atau pembuatan produk kreatif sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti aksesori gawai.
Daya tarik pada batik diakui perajin batik Elsana Bekti Nugroho (24) sebagai gairah dalam hidupnya. Laki-laki asal DI Yogyakarta tersebut tertarik pada batik ketika masih kuliah pada 2016. Bahkan, ia dapat melanjutkan kuliahnya dari hasil penjualan batik ketika ekonomi keluarganya sedang bermasalah.
Ia belajar batik dari para perajin di DI Yogyakarta. Elsana pun mengembangkan kreativitas dalam membatik dengan memanfaatkan hasil alam di sekitarnya.
Elsana membuat batik dengan teknik kukus atau menggunakan uap air. Caranya, beberapa helai daun diletakkan pada selembar kain dan dimasukkan pada alat pengukus. Setelah dua jam, daun tersebut akan membentuk sebuah pola pada kain. Selain ramah lingkungan, teknik ini sangat mudah dilakukan dan tidak perlu menggunakan pewarna.
Sementara itu, pemilik Batik Cahyo, Nurcahyo (54), mengatakan, kreativitas menjadi kunci akar batik dapat terus diterima masyarakat. Ia terus bereksplorasi dari sisi warna dan motif. Meskipun demikian, ia tetap mempertahankan aturan baku dalam budaya batik yang telah ditekuninya sejak 25 tahun yang lalu.
Sebagai perajin batik asal Pekalongan, Jawa Tengah, ia mempertahankan motif pesisir yang banyak menggunakan gambar flora dan fauna serta warna cerah dan kuat. Meskipun terkesan klasik, motif ini tetap disukai generasi muda karena batik tidak pernah lekang oleh waktu.
Menurut Nurcahyo, generasi muda akan memahami filosofi dari batik sehingga mereka menghargai aturan baku dalam budaya batik. Mereka menghargai filosofi tersebut sebagai bagian dari sejarah budaya Indonesia.