Pedagang Pasar Tasik di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, mulai meraup kenaikan omzet sejak menjelang Ramadhan 1440 Hijriah. Tren positif ini diyakini bakal berlanjut sepanjang bulan puasa hingga Idul Fitri.
Oleh
J Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pedagang Pasar Tasik di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, mulai meraup kenaikan omzet sejak menjelang Ramadhan 1440 Hijriah. Tren positif ini diyakini bakal berlanjut sepanjang bulan puasa hingga Idul Fitri.
Pedagang Pasar Tasik berjualan garmen khusus hari Senin dan Kamis. Mereka menawarkan dagangan di mobil-mobil. Mobil itu sekaligus alat transportasi pedagang menuju arena pasar yang berupa tanah lapang.
Lokasi Pasar Tasik antara lain terdapat di Jalan Cideng Timur Raya, Jalan Jatibaru dekat Hotel Pharmin, serta di Pasar Sandang Said Naum. Nama Pasar Tasik muncul karena para penyuplai gamis asal Tasikmalaya, Jawa Barat, memelopori cara berjualan tersebut. Sekarang, ada juga pedagang dari Bandung serta Jakarta.
Herman (35), pedagang gamis berbordir dari Kopo, Bandung, mengaku kenaikan nilai omzet menjelang serta selama bulan puasa bisa mencapai 7 kali lipat setiap berjualan. ”Jika sebelumnya saya mendapat omzet rata-rata Rp 10 juta-Rp 15 juta per hari, ini bisa Rp 70 juta-Rp 80 juta per hari,” tuturnya di Pasar Sandang Said Naum, Senin (6/5/2019).
Kenaikan omzet dibanding normalnya sudah dirasakan Herman dalam dua pekan terakhir. Ini adalah tren setiap menjelang bulan puasa, seperti sudah dirasakan dia sejak pertama kali berjualan pada 2014 di Said Naum.
Pembeli gamis Herman bukan hanya dari Jakarta dan sekitarnya, melainkan juga dari luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan. Ada pula pesanan untuk ke Filipina dan Malaysia.
Setiap kali berjualan ke Jakarta, Herman mengisi mobilnya dengan 500 gamis. Jika pada hari Senin dan Kamis biasa kerap ada sisa gamis yang dibawa kembali ke Bandung, kini gamisnya kerap habis.
Dengan modal lebih gendut, Muhammad Ikbal (22), pedagang gamis di Pasar Tasik Cideng, mendapatkan kenaikan omzet lebih besar dari sisi nominal rupiah. Jika biasanya ia mendapat omzet Rp 50 juta-Rp 100 juta per hari, selama bulan puasa nanti ia berpotensi mendapatkan Rp 500 juta per hari, dengan melihat pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
Kenaikan omzet sudah terjadi sejak sebulan lalu, meski belum setinggi saat puasa. Ia mendapat omzet Rp 200 juta-Rp 300 juta per hari.
Sekali datang, Ikbal bersama mitra kerjanya mengendarai dua mobil dari tempat konfeksi mereka di Tasikmalaya dan membawa 2.000 potong gamis. ”Senin dan Kamis kami ke sini (Pasar Tasik Cideng), Jumat ke Cirebon,” ujarnya.
Pasar Tasik Cideng biasanya ramai pada rentang pukul 04.00-08.00 karena pelanggan merupakan penjual gamis secara grosiran, yang akan menjual lagi kepada pembeli mereka dari pagi hingga sore. Ikbal menyuplai gamis untuk sejumlah pedagang grosiran Tanah Abang. Bahkan, setidaknya 50 pedagang Pasar Tasik yang sama-sama berjualan dengan mobil juga mengambil dagangan dari dia.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengatakan, pihaknya mengantisipasi kemacetan yang berpotensi ditimbulkan dari aktivitas Pasar Tasik pada Senin dan Kamis, terutama selama bulan puasa ini. Meski mobil-mobil yang dipakai berjualan terkumpul di lahan kosong, tidak di pinggir jalan, kendaraan-kendaraan pembeli yang diparkir bisa membuat lalu lintas tersendat.
Untuk kawasan Tanah Abang secara keseluruhan, Irwandi menuturkan, 250 personel satuan polisi pamong praja dan 70 petugas Dinas Perhubungan bersiaga mengatur lalu lintas guna mengurai titik-titik macet. ”Ini karena bulan puasa saja. Biasanya, ada 150 anggota satpol PP dan 25-30 petugas Dishub,” ucapnya.