Mahasiswa Kritik Tiga Tahun Kepemimpinan di Kalteng
Ratusan mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Bergerak di Palangkaraya melakukan aksi damai di depan Kantor Gubernur Kalimantan Tengah pada Selasa (7/5/2019). Aksi itu dilakukan untuk mengkritisi tiga tahun kepemimpinan Gubernur dan wakil Gubernur Kalimantan Tengah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Ratusan mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Bergerak di Palangkaraya melakukan aksi damai di depan Kantor Gubernur Kalimantan Tengah pada Selasa (7/5/2019). Aksi itu dilakukan untuk mengkritisi tiga tahun kepemimpinan Gubernur dan wakil Gubernur Kalimantan Tengah.
Sugianto Sabran dan Habib Said Ismail dilantik sebagai Gubernur da Wakil Gubernur Kalteng pada 25 Mei 2016, dan akan mencapai tahun ketiga pada 25 Mei 2019 mendatang.
Dalam aksinya, ratusan mahasiswa membawa beragam alat demonstrasi seperti baliho dan bendera. Mereka datang dari berbagai kampus di Palangkaraya, Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Kotawaringin Barat.
Dalam aksinya mereka menuntut gubernur untuk memenuhi semua janji kampanye tentang kesejahteraan masyarakat Kalteng. Mereka menilai dalam waktu tiga tahun pembangunan dan kesejahteraan masyarakat belum terlihat.
“Kami juga menilai eksploitasi lahan besar-besaran terjadi namun manfaatnya belum dirasakan untuk masyarakat. Masih banyak desa belum dialiri listrik, penduduk miskin masih banyak, pembangunan infrastruktur juga beum terlihat,” ungkap salah satu Koordinator Lapangan Salman.
Kami juga menilai eksploitasi lahan besar-besaran terjadi namun manfaatnya belum dirasakan untuk masyarakat. Masih banyak desa belum dialiri litrik, penduduk miskin masih banyak, pembangunan infrastruktur juga belum terlihat
Dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng menunjukkan, dari total 327 unit ijin perkebunan kelapa sawit, hanya 177 unit yang beroperasi di lahan seluas 1,9 juta hektar. Sisanya, sebanyak 150 unit dengan total lahan seluas 2,059 juta hektar belum beroperasi atau belum dibuka. Jumlah itu belum termasuk pertambangan.
Menurut Salman, eksploitasi lahan sudah berdampak buruk bagi masyarakat. Kerugian justru dirasakan masyarakat dari sisi kesehatan dan kehilangan mata pencaharian karena konflik yang tak kunjung usai.
“Alam sudah tidak hijau lagi. Hijaunya hutan diganti dengan hijaunya pohon sawit,” kata Salman.
Dalam aksi itu, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dan Sekretaris Daerah Fahrizal Fitri menemui mahasiswa. Ratusan mahasiswa diajak masuk ke lingkungan kantor Gubernur Kalteng untuk berdiskusi.
Optimalisasi anggaran
Menurut Sugianto, dalam waktu kurun waktu dua tahun pihaknya sudah melakukan optimalisasi anggaran. Di sektor pertambangan misalnya, dari jaminan royalti saat ini Kalteng mendapatkan Rp 3,8 triliun di mana tidak pernah bisa dicapai di kepemimpinan sebelumnya.
“Kami paham, kami tidak ingin lingkungan dirusak begitu saja dan perusahaan tidak mau bertanggungjawab, kami kejar terus. Optimalisasi anggaran itu untuk pembangunan Kalteng,” ungkap Sugianto.
Sugianto menegaskan, selama ini banyak hal sudah dilakukan pemerintahannya dan masih akan terus dilakukan untuk Kalteng Berkah, slogan kampanyenya.
Kami paham, kami tidak ingin lingkungan dirusak begitu saja dan perusahaan tidak mau bertanggungjawab, kami kejar terus. Optimalisasi anggaran itu untuk pembangunan Kalteng
“Semua masyarakat miskin tidak susah berobat, kami sudah minta agar yang kategori miskin itu tidak perlu bayar di rumah sakit,” ungkap Sugianto.
Sugianto menambahkan, aksi demo yang dilakukan mahasiswa merupakan bentuk kritikan terhadap pemerintah. Hal itu wajar dilakukan selama demo tidak berujung anarkis.