Sumber Pertumbuhan dari Konsumsi dan Investasi Masih Tertahan
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian RI pada triwulan I-2019 tumbuh tipis sebesar 5,07 persen dibandingkan dengan triwulan I-2018. Beberapa komponen sumber pertumbuhan ekonomi dari konsumsi rumah tangga dan investasi masih tertahan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Senin (6/5/2019), perekonomian RI pada triwulan I-2019 lebih tinggi daripada periode yang sama empat tahun terakhir sejak 2015. Pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2015 sebesar 4,73 persen, lalu 4,94 persen (2016), 5,01 persen (2017), dan 5,06 persen (2018).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga produk domestik bruto (PDB) pada triwulan I-2019 sebesar Rp 3.782,4 triliun. Secara agregat, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar PDB, yaitu 54,24 persen dan kemudian investasi 32,54 persen, net ekspor 22,9 persen, dan belanja pemerintah 5,91 persen.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2019 tumbuh 5,01 persen atau lebih tinggi daripada triwulan I-2018 dan triwulan I-2017 yang sebesar 4,94 persen. Sementara konsumsi pemerintah tumbuh 5,21 persen tertinggi sejak periode sama pada 2017.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, daya dorong konsumsi rumah tangga masih tertahan kendati pertumbuhan positif. Beberapa komponen konsumsi rumah tangga tumbuh melambat, yaitu transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel, serta pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya.
”Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi kurang tinggi karena berbagai fenomena. Akibatnya, ada beberapa komponen yang tumbuh tinggi, tetapi ada juga yang tertahan,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Di bidang transportasi, lanjut Suhariyanto, konsumsi rumah tangga tertahan karena harga tiket pesawat yang tinggi. Kondisi itu tecermin dari masuknya tarif pesawat sebagai komponen penyumbang inflasi pada periode Februari-April 2019.
Pemerintah berupaya menjaga daya beli penduduk kelas bawah melalui penyaluran bantuan sosial yang signifikan. Realisasi belanja pemerintah untuk bantuan sosial pada triwulan I-2019 mencapai 106,64 persen atau sekitar Rp 37 triliun.
”Bantuan sosial tunai dari pemerintah tentu berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga,” kata Suhariyanto.
Investasi tertahan
Selain konsumsi rumah tangga, sumber pertumbuhan ekonomi dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB)—atau disebut investasi—juga tertahan. Investasi tumbuh 5,03 persen atau melambat dibandingkan dengan triwulan I-2018 sebesar 7,94 persen.
Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan investasi yang melambat dipengaruhi kebijakan pemerintah dalam pengendalian impor barang dan penundaan pembangunan beberapa proyek infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang ditunda menyebabkan impor barang modal tertahan.
”Pertumbuhan investasi yang melambat adalah risiko kebijakan pengendalian impor,” katanya.
BPS mencatat, pertumbuhan barang modal jenis bangunan melambat dari 6,16 persen pada triwulan I-2018 menjadi 5,48 persen pada triwulan I-2019. Pelambatan pertumbuhan juga terjadi pada barang modal jenis mesin dan perlengkapan, serta kendaraan tumbuh negatif.
Secara terpisah, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede berpendapat, pelambatan pertumbuhan investasi turut dipengaruhi realisasi belanja barang modal pemerintah dan investasi swasta yang juga melambat. Kondisi itu tecermin dari investasi langsung domestik yang cenderung stabil dan investasi asing yang turun.
”Di sisi lain, investasi cenderung melambat karena investor masih wait and see terhadap penyelenggaraan pemilihan umum legislatif dan presiden,” kata Josua.