Hampir setahun beroperasi, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka belum mampu mendulang untung. Bandara seluas 1.800 hektar itu masih sepi penumpang dan maskapai. Kondisi ini dapat terus terjadi di tengah menurunnya jumlah penumpang penerbangan domestik dan naiknnya tarif kargo.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS – Hampir setahun beroperasi, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka belum mampu mendulang untung. Bandara seluas 1.800 hektar itu masih sepi penumpang dan maskapai. Kondisi ini dapat terus terjadi di tengah menurunnya jumlah penumpang penerbangan domestik dan naiknnya tarif kargo.
Berdasarkan catatan PT Bandara Internasional Jabar (BIJB), badan usaha milik Pemprov Jabar yang mengelola bagian komersial BIJB Kertajati, sejak diresmikan Presiden Joko Widodo 24 Mei 2018, tercatat 11 rute penerbangan. Rute itu menuju Medan, Surabaya, Bandar Lampung, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Balikpapan, serta Madinah, Arab Saudi.
Namun, saat ini, hanya maskapai Citilink dengan rute menuju Surabaya yang masih beroperasi. Itu pun hanya tiga kali sepekan. Padahal, sebelumnya, rute ke Surabaya beroperasi reguler setiap hari. Adapun rute lainnya tak lagi beroperasi karena minimnya permintaan pasar.
“Tingkat keterisian penumpang Juni tahun lalu mencapai 93 persen. Namun, sejak Januari, jumlahnya menurun hingga 20-25 persen,” ujar Airport Operation and Performance Group Head PT BIJB Agus Sugeng Widodo, Senin (6/5/2019), di Majalengka.
Menurut dia, hingga Desember 2018, jumlah penumpang yang terbang melalui BIJB Kertajati hanya berkisar 36.000 orang. “Ini jauh dari harapan kami. Biaya operasional tidak tertutupi. Listrik saja, per bulan bisa Rp 1,5 miliar. Kalau total biaya sekitar Rp 6 miliar setiap bulan. Dampaknya, kami merugi,” ujar Agus.
Menurut dia, titik impas untuk menutupi biaya operasional ialah jika BIJB Kertajati menerbangkan 2,6 juta penumpang per tahun. Artinya, setiap hari dibutuhkan lebih dari 7.000 penumpang di bandara yang menelan biaya investasi Rp 2,6 triliun tersebut. Dengan luas terminal 96.280 meter persegi, bandara itu mampu melayani lebih 5,6 juta penumpang.
Kami sudah jatuh tertimpa tangga
Meski demikian, lanjutnya, pembiayaan tersebut sudah masuk dalam belanja modal yang telah dipersiapkan sebelumnya. Menurut dia, sebagai bandara baru kondisi tersebut pasti dihadapi.
Namun, mahalnya harga tiket turut memicu anjloknya jumlah penumpang sejak awal tahun. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, harga tiket pesawat di 39 kota pada Maret menyebabkan inflasi. Jumlah penumpang juga turun 1,7 juta penumpang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kondisi tersebut juga semakin memberatkan BIJB Kertajati yang masih sepi penumpang dan maskapai. “Kami sudah jatuh tertimpa tangga. Untuk itu, kami juga akan fokus melayani impor ekspor barang melalui kargo dengan sejumlah insentif. Lebih baik kami keluar (biaya) tetapi ada kegiatan dibandingkan keluar (biaya) tetapi enggak ada kegiatan,” ucap Agus.
Layanan tersebut ditargetkan beroperasi pada Juni. Terminal kargo seluas 4 hektar dan gudang 4.500 meter persegi sudah disiapkan. Landas pacu telah diperpanjang dari sebelumnya 2.500 meter menjadi 3.000 meter dengan lebar 60 meter. Dengan begitu, pesawat berbadan besar seperti jenis Boeing 777 dapat mendarat.
“Intervensi pemerintah juga dibutuhkan untuk meramaikan bandara ini. Caranya, penerbangan haji dan umrah dilaksanakan di Kertajati. Untuk umrah, poteni calon penumpang sekitar 600.000 per tahun,” lanjutnya. Mereka berasal dari Sumedang, Cirebon (Jabar) hingga Brebes (Jawa Tengah).
Sejumlah instansi juga menyatakan dukungannya untuk BIJB Kertajati. Hal itu disampaikan dalam diskusi grup terarah bertema “Fly Through Our Own Airport” di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Cirebon, pekan lalu. Turut hadir antara lain perwakilan PT BIJB dan Angkasa Pura II, Polres Majalengka, serta Stasiun Karantina Ikan Pengendali Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Cirebon.
Dalam kesempatan yang sama, pihak terkait tersebut menandatangani piagam komitmen bersama berintegritas melayani pelaku usaha di BIJB Kertajati. Bahkan, dibuat grup WhatsApp Forum Komunikasi Pengusaha, Start Up Ekspor, Impor dan Cukai (FKPSEIC) sebagai wadah membicarakan perkembangan bisnis kargo di Kertajati.
Hari Sutanto dari Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menilai, masih sepinya BIJB Kertajati bisa disebabkan kebijakan yang belum pro pasar. “Contohnya, keamanan. Belum apa-apa, sudah ada pajak yang informal. Bahkan, jumlahnya bisa lebih besar dari pajak formal. Padahal, pengusaha mencari tempat yang lebih efisien,” ujarnya.
Cargo Manager Malaysia Airlines Denis Aradhea mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan beroperasi di BIJB Kertajati. Pesawat tersebut dapat mengangkut 2 – 2,5 ton kargo bersama 150 penumpang untuk pesawat jenis Boeing 737. “Untuk masuk ke sana, pertimbangannya adalah keterisian penumpang. Targetnya 75-80 persen. Setelah itu, baru kargo,” ujarnya.