Pariwisata merupakan sektor penting penyumbang pertumbuhan ekonomi banyak negara, termasuk di kawasan Asia Pasifik. Penerapan standar global dan penjagaan kearifan lokal harus dikombinasikan dalam pengelolaan pariwisata agar berkelanjutan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
NADI, KOMPAS — Pariwisata merupakan sektor penting penyumbang pertumbuhan ekonomi banyak negara, termasuk di kawasan Asia Pasifik. Penerapan standar global dan penjagaan kearifan lokal harus dikombinasikan dalam pengelolaan pariwisata agar berkelanjutan.
”Anda semua dapat menerapkan standar global, misalnya pada aspek pengelolaan sampah, kebersihan, dan lainnya,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menjadi pembicara pada Governors Seminar: Role of Tourism for Sustainable Development yang digelar saat pertemuan tahunan ke-52 Bank Pembangunan Asia (ADB) di Nadi, Fiji, Sabtu (4/5/2019).
Di sisi lain, kata Sri Mulyani, ada keotentikan dan kearifan lokal yang tetap harus dipertahankan. Ia mencontohkan, saat ini Indonesia berupaya mengembangkan destinasi wisata untuk menjadi semacam 10 Bali Baru.
”Akan tetapi, destinasi baru itu tidak akan sama dengan Bali. Sebab ini menyangkut orang, budaya, religi, kebiasaan, dan lainnya yang memiliki keunikan,” katanya.
Menurut dia, pariwisata berkaitan dengan pengalaman langsung di lokasi. Kegiatan menikmati keindahan obyek wisata tidak dapat dilakukan hanya dengan menatap laman internet.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani mempromosikan potensi wisata di Indonesia. Pengembangan empat dari 10 Bali Baru, di antaranya Borobudur, Mandalika, Danau Toba, dan Labuan Bajo, diharapkan dapat dirampungkan pada 2020.
”Lokasinya sangat elok, masyarakatnya ramah, budayanya mengagumkan, makanannya amat lezat. Pokoknya, kami akan menyediakan di Indonesia apa pun yang Anda dambakan,” kata Sri Mulyani disambut tepuk tangan dan tawa ratusan peserta seminar dari banyak negara.
Menurut dia, isu tentang pariwisata berkelanjutan yang dibahas dalam Pertemuan Tahunan ADB 2019 amat penting. Kawasan wisata alam yang terlihat murni dan indah hanya akan atraktif apabila selalu dijaga kebersihan dan kelanggengannya.
”Jadi, melalui keberlanjutan tersebut, kita harus mampu mendesain destinasi wisata dengan mempertimbangkan jumlah dan kebiasaan pengunjung,” katanya.
Sebelumnya, Presiden ADB Takehiko Nakao menyampaikan, jumlah wisatawan melonjak drastis. Hal ini terkait pertumbuhan kelas menengah, waktu bersantai yang lebih banyak, tiket pesawat murah, dan pengaruh media sosial. Kondisi itu juga didukung infrastruktur pariwisata yang berkualitas bagus dan kebijakan yang mendukung industri pariwisata.
”Pada 2018, sekitar 350 juta wisatawan internasional mengunjungi negara-negara di Asia dan Pasifik. Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2005,” katanya.
Takehiko Nakao menuturkan, jumlah wisatawan Asia juga meningkat. Sebagai gambaran, turis asing ke Jepang meningkat dari 10 juta orang pada lima tahun lalu menjadi 31 juta orang pada akhir 2018. ”Sebanyak 27 juta orang di antaranya berasal dari Asia,” ujarnya.
Pendapatan dari sektor pariwisata merupakan penyumbang penting produk domestik bruto (PDB) di banyak negara. Sekitar 14 persen PDB Fiji pada 2017, misalnya, bersumber dari sektor pariwisata.
”Apabila mengikutkan berbagai kontribusi tidak langsung lainnya, seperti konstruksi hotel, sumbangannya sekitar 40 persen bagi PDB,” kata Takehiko Nakao.
ADB mendukung pariwisata berkelanjutan melalui investasi infrastruktur, reformasi kebijakan, dan pengembangan institusi. ”ADB akan mempromosikan kerja sama pariwisata regional dan membantu negara-negara Asia menangguk keuntungan dari panorama yang indah, kekayaan budaya dan sejarah, serta keramahan yang hangat,” katanya.