Perubahan Pola Belanja Sebabkan Pertumbuhan Ritel Melambat
JAKARTA, KOMPAS – Sepanjang triwulan I-2019, pertumbulan ritel cenderung melambat. Penyebabnya adalah peralihan pola belanja dan kebutuhan biaya mudik masyarakat menengah ke bawah pada saat Lebaran nanti.
Masyarakat menengah ke bawah mulai tak lagi diikat dengan potongan harga. Sebab, perusahaan ritel mulai memperketat potongan harga guna efisiensi perusahaan.
Di sisi lain, masyarakat lebih memprioritaskan biaya untuk mudik Lebaran. Salah satunya untuk mengantisipasi kenaikan harga tiket pesawat.
Data kinerja kinerja keuangan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk pada triwulan I-2019 menunjukkan, penjualan Ramayana tumbuh 1,6 persen dibandingkan triwulan I-2018 menjadi Rp 1,54 triliun. Angka ini setara dengan 17,5 persen dari target penjualan sepanjang 2019 atau sebesar Rp 8,84 triliun.
Padahal, pada kuartal-I 2018 pertumbuhan penjualan Ramayana sebesar 2,5 persen dibanding 2017. Secara umum, penjualan mayoritas ditopang oleh produk busana.
Sasaran pasar Ramayana ialah kelompok masyarakat berstatus sosial ekonomi (SES) C dan SES D. SES C adalah kelompok pengeluaran Rp 1 juta–1,8 juta per bulan, sedangkan SES D adalah kelompok pengeluaran Rp 600.000-1 juta per bulan.
Meskipun demikian, laba operasional Ramayana pada triwulan I-2019 tumbuh 673,3 persen menjadi Rp 42,4 miliar dibanding tahun sebelumnya. Pada triwulan I-2018, Ramayana mencatat rugi operasional sebesar Rp 7,4 miliar.
“Artinya, penjualan Ramayana pada triwulan-I 2019 bersifat efektif dan efisien karena dapat mendongkrak laba. Wujud efisiensi korporasi kami ialah, memperketat potongan harga yang diberikan gerai,” kata Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk Setyadi Surya saat ditemui di Jakarta, Minggu (5/5/2019).
Sebelumnya, lanjut Setyadi, Ramayana cenderung berorientasi pada penjualan. Kini, laba korporasi menjadi orientasi prioritas. Pencapaian pada triwulan I-2019 merupakan efek dari pengetatan pemberian potongan harga pada konsumen. Misalnya, saat ini pakaian yang diberi diskon minimal sudah berada di toko selama enam bulan.
Penjualan Ramayana pada triwulan-I 2019 bersifat efektif dan efisien karena dapat mendongkrak laba. Wujud efisiensi korporasi kami ialah, memperketat potongan harga yang diberikan gerai.
Selain itu, korporasi juga mengubah sejumlah gerai yang sebelumnya hanya berisi Ramayana menjadi toko perbelanjaan berorientasi gaya hidup atau City Plaza. Toko perbelanjaan itu menggabungkan Ramayana dengan pusat pujasera dan bioskop.
Sepanjang 2019, Ramayana akan mengubah 14 gerai Ramayana menjadi City Plaza. Adapun gerai yang sudah diubah hingga saat ini ialah, City Plaza Klender dan City Plaza Jatinegara.
“Transformasi ini muncul karena kami melihat, masyarakat SES C dan SES D juga ingin menjadikan pengalaman berbelanja sebagai bentuk pengalaman yang berorientasi gaya hidup,” kata Setyadi.
Baca juga: Pertumbuhan Ritel Ramadhan
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengemukakan, kinerja penjualan Ramayana dapat menjadi indikator konsumsi masyarakat kelas menengah kebawah. "Saat ini konsumsi di ritel bagi masyarakat menengah ke bawah sedang dipengaruhi bantuan sosial nontunai yang memperbolehkan pemegangnya tarik tunai, bukan dibelanjakan barang secara langsung," kata dia.
Konsumsi di ritel bagi masyarakat menengah ke bawah sedang dipengaruhi bantuan sosial nontunai yang memperbolehkan pemegangnya tarik tunai, bukan dibelanjakan barang secara langsung.
Biaya mudik
Di sisi lain, PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAP) membukukan pertumbuhan pendapatan bersih pada triwulan I-2019 sebesar 8,4 persen menjadi Rp 4,7 triliun. Pada triwulan I-2018, pertumbuhannya sebesar 19,33 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba usaha MAP tumbuh 15,5 persen menjadi Rp 287 miliar pada triwulan I-2019 dibandingkan 2018. Melalui siaran pers, Head of Corporate Communication PT Mitra Adi Perkasa Tbk Fetty Kwartati menyatakan, perlambatan pertumbuhan yang terjadi MAP juga dialami industri ritel pada umumnya. Meskipun demikian, laba MAP meningkat karena sokongan sektor department stores, specialty stores, dan makanan-minuman.
Anak usaha MAP, PT Map Aktif Adiperkasa Tbk atau MAP Aktif, mencatat pertumbuhan laba usaha sebesar 23,3 persen menjadi Rp 197 miliar dengan pertumbuhan pendapatan bersih mencapai 25,6 persen menjadi Rp 147 miliar. Pertumbuhan itu ditopang sektor produk olah raga dan anak-anak.
Sekretaris Perusahaan PT Map Aktif Adiperkasa Tbk Ratih D Gianda menyatakan, kinerja keuangan perusahaan mencerminkan keseimbangan antara pendapatan dan pertumbuhan.
Baca juga: Pertumbuhan Tak Setinggi Tahun Lalu
Perlambatan pertumbuhan juga dialami PT Ace Hardware Indonesia Tbk. Laporan keuangan korporasi membukukan, penjualan bersih Ace Hardware tumbuh 19,57 persen menjadi Rp 1,88 triliun pada triwulan I-2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, pertumbuhan pada triwulan I-2018 berkisar 21,54 persen dibanding 2017.
Laba bersih Ace Hardware pada triwulan I-2019 tumbuh 13,8 persen menjadi Rp 239,3 miliar. “Pertumbuhan penjualan yang berada di kisaran 20 persen masih tergolong bagus,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Ace Hardware Indonesia Tbk Helen R Tanzil.
Harga tiket pesawat meningkat sepanjang triwulan I-2019 sehingga masyarakat lebih memprioritaskan membeli tiket untuk mudik.
Penjualan PT Supra Boga Lestari Tbk yang mengelola Ranch Market dan Farmers Market turut melambat. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan bersih korporasi pada triwulan I-2019 tumbuh 2,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 587,32 miliar. Padahal, pada triwulan I-2018 tumbuh 8,09 persen.
Secara umum, Lana menilai, konsumsi kelas menengah ke atas sepanjang triwulan I-2019 beralih ke kebutuhan mudik. "Harga tiket pesawat meningkat sepanjang triwulan I-2019 sehingga masyarakat lebih memprioritaskan membeli tiket untuk mudik," ujarnya.
Baca juga: Harga Tiket Mahal, Tak Ada Kenaikan Perjalanan Wisata Jelang Ramadhan