BEKASI, KOMPAS — Satu terduga teroris tertembak dalam penggerebekan di sebuah bangunan, di Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (4/5/2019) pagi. Dalam penggerebekan, dua terduga teroris berhasil melarikan diri dan kini masih dalam pengejaran polisi.
"Benar dilakukan oleh Densus 88 Polri. Satu tertembak mati di tempat, dua masih buron," kata Kepala Kepolisian Resor Metro Kabupaten Bekasi Komisaris Besar Candra Sukma Kumara.
Kepala Sub Bagian Humas Polres Metro Kabupaten Bekasi Ajun Komisaris Sunardi, menambahkan, pihaknya belum bisa memastikan keterkaitan para pelaku dengan jaringan teroris tertentu karena sedang dalam penyelidikan. Dia juga membantah informasi yang beredar di media sosial yang menyebutkan buronan yang kabur membawa bahan peledak.
"Tidak ada bahan peledak. Mereka kabur dengan tangan kosong saat akan digerebek Densus 88," ucapnya.
Daep (50), warga Desa Kedung Pengawas, menuturkan, penggrebekan terjadi pada pukul 04.00 WIB. Dia melihat aparat kepolisian meninggalkan lokasi sekitar pukul 05.00 WIB, membawa satu kantong jenazah dan sejumlah koper hitam.
"Yang mati ditembak itu cowok, ada juga cewek yang ditangkap. Tadi informasi dari polisi, ada dua orang yang kabur," ucap Daep.
Daep mengaku, pihaknya tidak menduga ada terduga teroris beraktivitas di wilayah mereka. Selama ini tempat yang digrebek polisi sepi pada siang hari dan hanya dibuka saat malam hari. Meski demikian, tempat itu saat malam hari selalu ramai dengan aktivitas sejumlah lelaki dan satu perempuan yang datang dan pergi.
Tidak bergaul
Berdasarkan pantauan pada pukul 15.00 WIB, tempat penggerebekan terduga teroris merupakan sebuah kios dengan ukuran sekitar 3x4 meter persegi. Bagian depan bangunan berdebu dan tampak tak terurus. Di depan kios itu kini sudah terpasang garis polisi.
Riska (28), warga lain di sekitar lokasi, mengatakan, kios itu sebelumnya merupakan tempat usaha mebel milik salah warga sekitar bernama Ki Opung dan baru dijual tiga bulan lalu. Sejak dijual, warga tak mengenali para pembelinya karena tidak pernah berinteraksi dengan penduduk setempat.
"Tidak pernah bergaul mereka, tidak ada yang kenal. Belum lama mereka di sini, baru sekitar satu bulan," ucapnya.
Akibat dari penggerebekan itu, warga kini khawatir. Mereka juga melarang anak-anaknya untuk bermain tak jauh dari rumah dan menghindari tempat penggrebekan itu.
"Saya sudah 11 tahun di sini. Tidak pernah ada kasus seperti ini," kata Riska.