Pembangunan tenaga kerja kompeten untuk industri manufaktur menjadi fokus pemerintah. Langkah utama yang diambil adalah mengedepankan pendidikan dan pelatihan vokasi dengan melibatkan langsung pelaku industri.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan tenaga kerja kompeten untuk industri manufaktur menjadi fokus pemerintah. Langkah utama yang diambil adalah mengedepankan pendidikan dan pelatihan vokasi dengan melibatkan langsung pelaku industri.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar mengatakan, sektor industri manufaktur berperan penting dalam produk domestik bruto. Sektor ini juga berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi sekitar 14,2 juta orang. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen agar sektor itu terus maju.
Pembangunan tenaga kerja kompeten adalah salah satu strategi di luar investasi dan adopsi teknologi. Kemenperin telah menyiapkan enam langkah, antara lain adaptasi sistem pengajaran ganda Jerman di institusi pendidikan vokasi dan membangun politeknik komunitas di kawasan industri. Lalu, penyesuaian kurikulum SMK dan industri, diklat 3 in 1, sertifikasi profesi, pembangunan pusat inovasi, serta pelatihan instruktur tempat kerja.
”Kami melibatkan aktif pelaku industri di tiap langkah tersebut. Kami bahkan mengusulkan adanya insentif pajak bagi perusahaan yang mau berperan aktif di vokasi,” ujar Haris yang ditemui di sela-sela penutupan program pelatihan instruktur master industri bersertifikat, Jumat (3/5/2019), di Jakarta.
Hambatan utama pengembangan sektor manufaktur Indonesia adalah sumber daya manusia.
Dia lantas mencontohkan langkah penyesuaian kurikulum SMK dan industri. Saat ini sudah tercipta 4.995 perjanjian kerja sama antara 2.650 SMK dan 855 perusahaan.
McKinsey melalui studi The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential (September 2012), mengutip salah satu penelitian Bank Dunia, menyebutkan, hambatan utama pengembangan sektor manufaktur Indonesia adalah sumber daya manusia. Bank Dunia menemukan, 84 persen pengusaha sektor manufaktur kesulitan mengisi pekerja posisi manajemen. Mereka pun melaporkan kesusahan memperoleh pekerja terampil.
Pelatihan instruktur master industri bersertifikat merupakan hasil kerja sama Kemenperin dan Pemerintah Jerman. Lembaga lain turut terlibat, yaitu Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Kadin Jerman, Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Sequa, Apindo, Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi Jawa Timur, serta The German-Indonesian Chamber of Industry and Commerce.
Direktur Eksekutif Utama Kadin Jerman Jan Glockauer menyampaikan, program itu bertujuan memperbaiki implementasi pelatihan vokasi agar hasilnya sesuai kebutuhan industri. Pelatihan berlangsung pada tanggal 22 April-3 Mei 2019 di Jakarta. Para peserta akan menjadi instruktur master bagi pelatih di bawahnya. Sertifikasi yang diberikan mengacu pada standar internasional.
Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Kadin Indonesia Anton J Supit mengungkapkan, selama kurun waktu 2017-sekarang, Kadin Indonesia telah melaksanakan 11 kali pelatihan kepada 212 instruktur tempat kerja. Mereka berasal dari beberapa provinsi, antara lain Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam setiap penyelenggaraan pelatihan, Kadin Indonesia bekerja sama Kadin Jerman. Setiap materi atau tenaga pengajarnya berasal dari Jerman. Dari 212 instruktur yang sudah lulus itu, 13 orang telah bersertifikat sebagai pelatih tempat kerja kualifikasi dasar.
Lalu, 16 lainnya dipilih untuk mengikuti pelatihan instruktur master industri bersertifikat. Mereka dominan berlatar belakang sektor manufaktur. ”Industri memiliki tanggung jawab meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Kami berkomitmen mendukung kebijakan pendidikan dan pelatihan vokasi pemerintah. Hal tersulit adalah melatih tenaga pelatih di tempat kerja,” katanya.
Salah satu peserta pelatihan instruktur master industri bersertifikat adalah Dodi Pramadi yang sehari-hari bekerja sebagai Ketua Badan Pembina Manajemen Mutu Terpadu PT Pupuk Kujang. Dia merasa mendapat tambahan wawasan pedagogi melatih. Misalnya, instruktur pelatihan di perusahaan harus memiliki kemampuan menyampaikan materi secara lebih interaktif, menyenangkan, dan paham karakteristik kebutuhan setiap pekerja.
Menurut dia, PT Pupuk Kujang rutin menyelenggarakan pelatihan bagi semua karyawan mulai dari jenjang teknisi sampai setingkat manajer umum. Perusahaan juga membuka magang bagi calon karyawan, siswa SMK mitra, dan guru SMK. Setiap instruktur diarahkan mengantongi sertifikasi profesi. Saat ini 20 instruktur internal telah tersertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
”Hasil ikut pelatihan instruktur master industri bersertifikat adalah modul. Modul inilah yang akan saya pakai untuk perusahaan. Nantinya harus diadopsi oleh instruktur internal ataupun guru SMK yang menjadi mitra perusahaan,” ujar Dodi.
Dia mengatakan, PT Pupuk Kujang telah bekerja sama dengan 11 SMK. Kerja sama ini bagian dari menjawab arahan pemerintah untuk meningkatkan kesesuaian (link and match) permintaan dan suplai kompetensi pekerja.