Jangan Abaikan Bercak dan Benjolan Tak Normal di Kulit
Waspadalah jika bercak atau benjolan pada kulit semakin lama semakin membesar. Selain itu, perhatikan pula apakah benjolan bekas luka tidak juga sembuh atau mudah berdarah. Itu bisa menjadi tanda terjadinya kanker kulit.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Waspadalah jika bercak atau benjolan pada kulit semakin lama semakin membesar. Selain itu, perhatikan pula apakah benjolan bekas luka tidak juga sembuh atau mudah berdarah. Itu bisa menjadi tanda terjadinya kanker kulit.
Untuk itu, segeralah periksa karena jika ditemukan di stadium awal, kanker lebih mudah dan cepat disembuhkan. Hal tersebut disampaikan dokter spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Aida Sofiati Dachlan Hoemardani, dalam seminar bertajuk ”Peduli Kanker Kulit” yang diselenggarakan oleh Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta, Sabtu (4/5/2019).
Aida menyampaikan, sejumlah orang terkadang mengabaikan tanda-tanda kanker kulit karena menganggap sebagai tahi lalat biasa. Oleh karena itu, sebagian besar pasien kanker kulit datang ke rumah sakit sudah pada stadium lanjut.
Sejumlah orang terkadang mengabaikan tanda-tanda kanker kulit karena menganggap sebagai tahi lalat biasa.
Terdapat tiga jenis kanker kulit yang banyak ditemui di Indonesia, yakni karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS), dan melanoma maligna. KSB merupakan jenis kanker kulit paling sering dialami oleh pasien, kemudian KSS dan melanoma maligna. Meski begitu, penyebaran kanker pada KSB dan KSS tidak secepat melanoma maligna.
”Kanker jenis melanoma memang paling jarang ditemui, tetapi merupakan yang paling ganas. Bentuknya seperti butir jagung dan bisa menyebar dengan cepat. Untuk pengobatan perlu dilakukan operasi, radioterapi, dan kemoterapi sesuai dengan stadium yang terjadi,” papar Aida.
Khusus melanoma, kelainan kulit bisa diamati melalui ABCDE. A artinya asimetri. Benjolan atau bercak pada kulit biasanya bentuknya tidak teratur, bukan bulat sempurna. B atau border berarti sisi tepi pada benjolan juga tidak teratur. C atau color menunjukkan warna pada benjolan tidak sewarna. Biasanya warnanya hitam bercampur coklat atau kemerahan.
Selain itu, D atau diameter yang bisa diamati dengan melihat panjang benjolan. Jika lebih dari 6 milimeter, perlu diwaspadai. E atau evolving artinya benjolan semakin lama semakin membesar seperti berkembang. ”Ini biasanya yang disebut tahi lalat yang tumbuh,” ucapnya.
Kanker kulit bisa disebabkan oleh faktor genetika dan gaya hidup yang tidak sehat. Namun, tidak tertutup kemungkinan seseorang yang tidak memiliki faktor keturunan dan hidup sehat bisa mengalami kanker kulit. Untuk itu, deteksi dini menjadi sangat penting.
Kanker kulit bisa disebabkan oleh faktor genetika dan gaya hidup yang tidak sehat.
Selain itu, penyebab kanker kulit bisa berupa paparan sinar ultraviolet berlebih dari sinar matahari. Disarankan seseorang tidak terlalu lama terpapar sinar matahari pada pukul 09.00 sampai 15.00. Jika harus berada di sinar matahari, lindungi kulit dengan menggunakan tabir surya, pakaian panjang, topi, dan alas kaki.
Faktor risiko lain adalah paparan zat kimia pada kulit, kandungan arsen pada cat, serta infeksi virus human papilloma (HPV) yang juga bisa menyebabkan kanker serviks.
Deteksi dini
Spesialis hematologi dan onkologi medik MRCCC Siloam Hospital, Jeffery Beta Tenggara, menambahkan, deteksi dini kanker kulit bisa dilakukan dengan sakuri atau pemeriksaan kulit sendiri. Seseorang dapat memeriksa kondisi kulitnya untuk mencari kelainan kanker pada kulit di seluruh tubuh.
Selain itu, pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan dermoskopi. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter ini untuk menentukan kondisi kelainan kulit yang ditemukan. ”Dengan dermoskopi akan tahu apakah kelainan itu masih jinak atau bisa berkembang menjadi kanker kulit,” ujarnya.