Ibu Kota Baru Impian Mesir
Sejak diluncurkan Presiden Abdel Fatah el-Sisi pada Maret 2015, pembangunan ibu kota baru Mesir dikebut. Ini megaproyek paling ambisius Sisi yang diperkirakan menelan biaya 45 miliar dollar AS atau Rp 641,7 triliun.
Truk-truk proyek pengangkut pasir atau bahan- bahan bangunan terlihat lalu lalang di kawasan yang kini disebut Ibu Kota Baru (New Capital), sekitar 45 kilometer sebelah timur kota Kairo, Mesir. Di sana-sini terlihat kapling-kapling dengan papan bertuliskan ”Di Sini Akan Dibangun Kompleks Pemerintahan”, ”Di Sini Akan Dibangun Kompleks Kantor Kedutaan Besar”, ”Di Sini Akan Dibangun Kompleks Perkantoran”, ”Di sini akan dibangun Central Park”, dan lain-lain.
Pemandangan tersebut dijumpai saat Kompas mengunjungi kawasan yang bakal menjadi ibu kota Mesir yang baru, Selasa (30/4/2019). Belum ada keputusan, apakah bakal ada nama baru bagi ibu kota Mesir setelah nanti dipindahkan ke lokasi baru itu atau tetap menggunakan nama ”Kairo”. Hingga kini, kawasan itu disebut Ibu Kota Baru (’Asimah Al Jadidah).
Ibu kota baru, yang dicanangkan menelan biaya 45 miliar dollar AS itu, adalah megaproyek paling ambisius pemerintaham Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi.
Megaproyek tersebut pertama kali diluncurkan Presiden Sisi dalam konferensi ”Mendukung Pembangunan Ekonomi Mesir” pada Maret 2015 di kota Sharm el-Sheikh, Mesir. Pembangunan ibu kota Mesir yang baru ini untuk meringankan beban kepadatan penduduk kota Kairo saat ini yang mencapai 18 juta jiwa dengan infrastruktur yang sudah tidak memadai pula.
Di sepanjang jalan dari Kairo menuju kawasan lokasi ibu kota yang baru melalui jalan tol Kairo-kota Suez, terlihat geliat pembangunan yang luar biasa di Mesir. Di sepanjang jalan itu sudah berdiri beberapa kompleks perumahan besar atau semi-kota mandiri yang modern, seperti Rehab City, Madinaty, dan Al-Surouq City.
Seusai melewati Madinaty (sekitar 40 kilometer timur kota Kairo), terlihat tanda bertuliskan ”Exit Tol” ke arah kanan dengan tanda panah menuju Ibu Kota Baru. Keluar dari pintu tol itu mulai terlihat geliat pembangunan masif di kiri-kanan jalan. Area megaproyek ibu kota baru pun terlihat di depan mata.
Sebagian besar infrastruktur jalan sudah selesai dibangun. Jalan-jalan di kawasan itu cukup mulus dan lebar, dengan dua arah, yang masing-masing arah memiliki lima hingga tujuh lajur. Dari lalu lalang truk-truk proyek pengangkut pasir atau bahan bangunan, terlihat pengerjaan proyek bangunan tampak dikebut di sana-sini.
Central Park, salah satu area utama kompleks pemerintahan di kawasan ibu kota baru itu, memiliki luas 8 kilometer persegi atau disebut-sebut sebagai kompleks pemerintahan terbesar di dunia. Kompleks itu bakal menjadi lokasi 18 gedung kementerian, istana presiden, gedung parlemen, dan kantor perdana menteri. Menurut rencana, akan dibangun pula gedung konferensi dan kompleks stadion olahraga.
Sebagian besar kapling-kapling tanah di kawasan itu masih berupa tanah kosong. Belum terlihat geliat pembangunan. Yang terlihat sedang berjalan secara masif adalah proyek pembangunan kompleks-kompleks perumahan oleh pengembang swasta.
Masjid dan katedral
Ada proyek pembangunan yang sudah selesai, seperti kompleks superblok Al-Masah yang megah. Di dalamnya terdapat hotel bintang lima, pusat perbelanjaan, gedung pertemuan, dan aneka permainan anak-anak. Ada juga masjid yang megah dan besar, yakni Masjid Al Fattah Al Alim, dan Katedral. Masjid Al Fattah Al Alim diresmikan Presiden Sisi pada 6 Januari 2019.
Kemegahan bangunan masjid itu sangat menarik perhatian pengunjung. Kompleks Masjid Al Fattah Al Alim berdiri di atas lahan seluas 436.800 meter persegi dan bisa menampung sekitar 12.300 anggota jemaah shalat. Di dalam kompleks masjid, terdapat museum, perpustakaan, rumah sakit, ruang pertemuan, supermarket, dan perkantoran.
”Masjid ini mulai dibangun kurang dari tiga tahun lalu, tetapi bisa selesai dalam waktu yang sangat cepat. Pembangunan masjid ini dikerjakan siang-malam dengan melibatkan hampir 2.000 pekerja,” kata salah seorang penjaga Masjid Al Fattah Al Alim yang mengaku bernama Ahmed (55) kepada Kompas.
Menurut Ahmed, saat ini bangunan utama masjid masih ditutup dan belum digunakan untuk shalat sehari-hari. ”Aktivitas shalat sehari-hari dan juga shalat Jumat saat ini ditempatkan di area gedung samping masjid. Bangunan utama masjid bisa dibuka untuk dikunjungi jika ada rombongan dari luar yang ingin melihat langsung bagian dalam masjid,” kata Ahmed.
Ia mengungkapkan, jika ada rombongan dari luar yang ingin mengunjungi masjid, diperlukan izin kepada pihak militer untuk mendapatkan kunci masjid dan bisa masuk ke dalam. ”Setiap hari ada saja orang yang mampir ke kompleks masjid ini untuk melakukan shalat di sini. Kalau hari Jumat, banyak pekerja dari berbagai proyek di kawasan ini berdatangan untuk menjalankan shalat Jumat di sini,” ujar Ahmed lagi.
Selain Masjid Al Fattah Al Alim, dibangun pula katedral di lahan seluas 63.000 meter persegi. Katedral tersebut merupakan katedral terbesar di Mesir dan Timur Tengah.
Proyek investasi
Di Kairo, proyek pembangunan ibu kota baru itu sudah sangat akrab di mata dan telinga warga setempat. Sejauh mata memandang di sejumlah jalan utama, terlihat iklan-iklan properti bertuliskan ”Ibu Kota Baru”. Iklan-iklan itu menawarkan berbagai produk properti, seperti apartemen, rumah tapak, dan perkantoran, di ibu kota baru Mesir.
Kini, ibu kota baru pun menjadi obyek investasi paling diburu dan menarik di Mesir. Warga kelas menengah Mesir saat ini berbondong-bondong menguras saku demi dapat membeli berbagai produk properti di ibu kota dengan tujuan bisa memetik keuntungan di masa depan.
Para pengembang besar di Mesir juga beramai-ramai merilis proyek terbarunya di kawasan ibu kota itu. Sebagian besar infrastruktur di kawasan ibu kota tersebut dibangun perusahaan modal ventura antara Kementerian Urusan Perumahan dan Masyarakat Urban Mesir dengan Kementerian Pertahanan Mesir.
Dalam perusahaan modal ventura dengan modal sekitar 350 juta dollar AS itu, sebanyak 51 persen sahamnya dimiliki Kementerian Perumahan dan Masyarakat Urban Mesir, sedangkan 49 persen saham dimiliki Kementerian Pertahanan Mesir.
Harian terkemuka Mesir, Al Ahram, edisi Senin (29/4/2019) memberitakan, Menteri Urusan Perumahan dan Masyarakat Urban Mesir Asim al-Jazzar berhasil mencapai kesepakatan dengan sindikat perbankan China pada Minggu (28/4/2019) di Beijing untuk pengucuran dana senilai 3 miliar dollar AS. Dana ini dialokasikan untuk pembangunan 20 gedung pencakar langit di pusat distrik bisnis (CBD) di kawasan ibu kota baru. Kesepakatan itu dibuat bersamaan dengan Konferensi Tingkat Tinggi Prakarsa Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative.
Kawasan ibu kota baru dicanangkan akan memiliki luas sekitar 700 kilometer persegi atau hampir seluas Singapura, dan bakal menampung penduduk 5 juta jiwa hingga 7 juta jiwa. Kepala Proyek Ibu Kota, Mayor Jenderal Ahmed Zaki Abidin mengatakan, 180.000 pekerja kini terlibat dalam pembangunan ibu kota yang bekerja secara intensif.