Bangun Sumber Daya Manusia Indonesia secara Inklusif
Setelah gencar membangun infrastruktur, pemerintah mulai fokus untuk membangun kualitas sumber daya manusia guna meningkatkan daya saing. Namun, pembangunan sumber daya manusia perlu bersifat inklusif.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah gencar membangun infrastruktur, pemerintah mulai fokus untuk membangun kualitas sumber daya manusia guna meningkatkan daya saing. Namun, pembangunan sumber daya manusia perlu bersifat inklusif, termasuk pemberdayaan penyandang difabel dalam rancangan pembangunan.
Direktur Art Therapy Center (ATC) Widyatama, Anne Nurfarina, mengatakan, anak-anak penyandang difabel masih dianggap tidak mampu untuk mandiri secara ekonomi. Padahal, mereka juga memiliki potensi dan keterampilan yang tidak kalah dari masyarakat pada umumnya, terutama di bidang seni.
”Stigma masyarakat masih menjadi tantangan. Kami ingin menyuarakan bahwa penyandang difabel mampu berkarya secara berkualitas dan memiliki nilai jual,” kata Anne di sela-sela acara amal turnamen golf yang diselenggarakan harian Kompas di Jakarta, Sabtu (4/5/2019).
ATC Widyatama adalah pusat terapi seni bagi penyandang difabel yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Visi dan misi dari pusat terapi ini adalah membantu penyandang difabel untuk mandiri dalam kehidupan sehari-hari ataupun dunia kerja, khususnya di bidang seni, seperti kriya, musik, dan desain grafis.
Terkait hal itu, harian Kompas mengelar acara amal turnamen golf sebagai salah satu rangkaian acara Kompas100 CEO Forum 2018. Tema acara amal golf itu ”Meningkatkan Daya Saing Industri Indonesia”.
Adapun hasil amal sebesar Rp 50,4 juta diberikan kepada para mahasiswa penyandang disabilitas ATC Widyatama, Bandung.
Anne mengatakan, bantuan tersebut diharapkan memenuhi kebutuhan operasional pembelajaran serta pembelian sejumlah sarana dan prasarana. Sejumlah fasilitas yang masih diperlukan adalah bubble room sebagai tempat terapi anak bimbingan, laboratorium membatik dan percetakan, studio musik, serta komputer.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy mengatakan, pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) sebaiknya bersifat inklusif. ”Peningkatan kompetensi SDM di Indonesia harus inklusif untuk siapa saja agar daya saing industri Indonesia dapat dicapai secara holistik, tidak hanya untuk kalangan tertentu saja,” ujar Ninuk.
Penerimaan industri
Anne melanjutkan, tantangan lain yang masih menghambat kesempatan para penyandang difabel untuk berkarya adalah penerimaan dari pelaku industri. Ketika anak bimbingan selesai dilatih, mereka tidak serta-merta langsung diterima bekerja.
”Kami tidak mendorong pelaku industri memberikan pekerjaan yang bersifat konvensional sesuai jam kantor. Tetapi, kami harap mereka memberikan pekerjaan sesuai karakter dan keterampilan yang dimiliki para penyandang,” kata Anne.