JAKARTA, KOMPAS - Para ulama menyerukan pentingnya keutuhan bangsa dan negara dalam bingkai kesatuan. Hendaknya itu tidak boleh rusak karena perbedaan pilihan politik dalam pesta demokrasi. Umat harus menjunjung sikap demokratis dan keadaban agar keutuhan bangsa dan negara semakin kuat.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kiai Said Aqil Siroj, Jumat (3/5/2019) di Jakarta, mengatakan, pesta demokrasi sudah usai dan sekarang saatnya kembali bersatu dalam persaudaraan. Sayangilah bangsa Indonesia dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan. Islam mengajarkan itu semua dan melarang kekerasan apalagi tindakan inkonstitusional.
"Ulama harus hidup bersama umat. Ulama membimbing, mengasuh dan mengayomi umat. Mari bangun persatuan yang sangat mahal harganya ini. Jangan karena pesta demokrasi, bangsa dan negara ini terpecah-belah seperti di Timur Tengah," ucap Said Aqil dalam Multaqo Ulama, Habaib, dan Cendekiawan Muslim di Jakarta, Jumat malam.
Persaudaraan sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, umat Islam harus menjaga dan memperkuat Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah berarti persaudaraan dan memiliki makna memperhatikan atau peduli.
Makna sejati Ukhuwah Islamiyah, tidak sebatas pada persaudaraan antarsesama muslim. Ukhuwah Islamiyah juga mencakup etika persaudaraan yang bersifat universal, toleran, terbuka, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Said menekankan, persaudaraan yang islami akan menumbuhkan hubungan yang harmonis dalam umat dan membawa kedamaian dalam masyarakat.
"Seluruh elemen masyarakat harus mengembangkan kehidupan yang demokratis berdasarkan Pancasila dan berpegang pada etika keadaban yang tinggi," katanya.
Multaqo
Multaqo Ulama, Habaib dan Cendekiawan Muslim ini menyikapi situasi dan kondisi bangsa agar tetap terjaga stabilitas keamanan dan persaudaraanya. Multaqo diiniasi oleh ulama KH Maimun Zubair dan Habib Luthfi.
Tokoh ulama yang hadir dalam multaqo antara lain Nasaruddin Umar, Maskuri Abdulillah, Masdar F Mas\'udi, Habib Salim Jindan, TGB Turmudi Badarudin, dan Anwar Iskandar.
Pengurus Syuriah Nahdlatul Ulama Manarul Hidayat mengatakan, stabilitas keamanan sangat erat hubungannya dengan keimanan. Oleh karena itu, keimanan tidak boleh sirna karena akan mudah terhasut.
"Umat Islam berkewajiban untuk aktif dan proaktif menjaga keamanan negara dengan cara kembali pada kesepakatan pendiri bangsa. Kembali pada NKRI dan Pancasila. Umat tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berpotensi menciptakan keresahan, instabilitas, perpecahan dan kekacauan di masyarakat. Ulama, habaib, dan cendekiawan muslim perlu terus menjadi garda terdepan dalam membangun persatuan dan kesatuan," ucap Manarul.
Ketidakpuasan terhadap pemilu harus disampaikan dengan cara yang damai, bijak dan melalui jalur hukum sesuai konstitusi. Umat diimbau mempercayakan segala proses terkait penyelenggaraan pemilu kepada Komisi Pemilihan Umum dan Bawaslu. Kemudian ada Mahkamah Konstitusi yang akan memutuskan jika nantinya ada sengketa hasil pemilu.
"Umat wajib taat kepada keputusan KPU, Bawaslu, dan MK karena mereka adalah lembaga negara yang diberi wewenang berdasarkan undang-undang untuk menyelenggrakan pemilu dan mengumumkan hasilnya," ujarnya.