Dengan potensi bencana yang tinggi, Jawa Barat membutuhkan sumber daya manusia memadai untuk mencari dan menolong korban bencana. Namun, personel Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Bandung sangat terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan itu, warga di kawasan rawan bencana dilatih menjadi potensi SAR.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Jawa Barat membutuhkan sumber daya manusia memadai untuk mencari dan menolong korban bencana. Namun, personel Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Bandung sangat terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan itu, warga di kawasan rawan bencana dilatih menjadi potensi SAR.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah mengatakan, jumlah personel kantornya hanya 94 orang. Padahal, operasi kerjanya hampir seluruh wilayah Jabar. Hanya beberapa kabupaten/kota, seperti Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Bekasi yang ditangani Kantor SAR Jakarta.
“Dengan petugas terbatas, tidak mungkin hanya mengandalkan personel yang ada. Oleh sebab itu, kami melatih relawan warga menjadi potensi SAR,” ujarnya saat berkunjung ke Grha Kompas Gramedia, Kota Bandung, Jabar, Jumat (3/5/2019).
Deden mengatakan, potensi SAR tersebut menyebar di sejumlah daerah di Jabar. Di Kelurahan Andir, Kabupaten Bandung, misalnya, Kantor SAR Bandung melatih pemuda untuk mengevakuasi warga di kawasan yang rutin dilanda banjir setiap musim hujan itu.
“Kalau menunggu tim SAR, tentu tidak efektif. Sebab, sangat mungkin perjalanan tim SAR terkendala macet dan banjir. Jadi, warga setempat perlu diberdayakan,” ujarnya.
Kantor SAR Bandung juga tidak hanya menangani pencarian dan pertolongan korban bencana. Namun, juga kejadian lain yang mengancam keselamatan jiwa manusia, seperti kecelakaan.
Deden mencontohkan kejadian jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Karawang pada Oktober 2018. Dibutuhkan waktu lebih dari enam jam dari Kantor SAR Bandung di Sumedang menuju lokasi jatuhnya pesawat.
“Wilayah operasi di Jabar sangat luas. Jadi, potensi SAR di daerah harus dimaksimalkan,” ujarnya.
Deden mengatakan, dukungan warga sekitar juga tak kalah penting dalam mengevakuasi korban. Dia mencontohkan saat longsor menerjang Kampung Garehong, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, pada Januari 2019.
Masyarakat membantu tim SAR gabungan menunjukkan lokasi rumah korban yang tertimbun longsor. Selain itu, warga juga menyediakan rumahnya sebagai tempat istirahat dan menginap tim SAR dan relawan.
“Semua pintu rumah warga terbuka. Dukungan seperti itu sangat dibutuhkan agar proses pencarian dan pertolongan berjalan dengan baik,” ujarnya.
Koordinator Humas Kantor SAR Bandung Joshua Banjarnahor mengatakan, pihaknya telah melatih sekitar 1.800 warga menjadi potensi SAR. Namun, jumlah ini akan terus ditingkatkan mengingat wilayah kerjanya yang luas sehingga membutuhkan lebih banyak personel.