Perlu Sarana Memadai untuk Pembelajaran Berbasis HOTS
Di era teknologi digital pembelajaran yang bermutu berbasis “High Order Thinking Skills” atau ketrampilan berpikir tingkat tinggi menjadi penting sebagai modal bagi anak didik menghadapi tantangan di kehidupan global.
Oleh
Samuel Oktora
·4 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Di era teknologi digital, pembelajaran yang bermutu berbasis High Order Thinking Skills atau keterampilan berpikir tingkat tinggi menjadi penting sebagai modal bagi anak didik menghadapi tantangan di kehidupan global.
Dalam penerapan pembelajaran berbasis High Order Thinking Skills (HOTS) terkait Kurikulum 2013 ini, guru dituntut sekreatif mungkin agar dapat mengajar secara efektif dan efisien, dan hal itu perlu ditunjang dengan sarana yang memadai.
Namun kenyataannya di lapangan masih banyak sekolah yang masih kekurangan sarana penunjang sehingga penerapan HOTS di kelas menjadi kurang optimal. Salah satunya di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
“Dalam penerapan HOTS, guru memang dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran. Hal ini perlu didukung dengan sarana yang memadai melalui teknologi digital. Namun di lapangan masih banyak sekolah yang kekurangan sarana, misalnya untuk proyektor presentasi (proyektor LCD). Padahal alat ini sangat membantu dalam pembelajaran,” kata Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Sumedang, Ade Sugiana di Sumedang, Minggu (28/4/2019).
Dalam penerapan HOTS, guru memang dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran. Hal ini perlu didukung dengan sarana yang memadai melalui teknologi digital.
Menurut Ade, perhatian dan dukungan dari pemerintah terhadap sekolah untuk fasilitas proyektor presentasi ini sangat minim. Alat ini pun harganya relatif mahal.
Ade mencontohkan, dari 30 SMA negeri di Sumedang, sampai saat ini sekolah yang seluruh kelasnya tersedia proyektor presentasi baru SMA Negeri 1 Sumedang. SMA Negeri 1 Darmaraja, Sumedang, misalnya, hanya mempunyai satu proyektor presentasi, yang tentu saja dalam penerapan di lapangan bisa terjadi saling berebut antarguru.
Ade yang juga guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 6, Sumedang ini menuturkan, jika guru dalam mengajar ditunjang fasilitas proyektor LCD, guru dapat menyiapkan bahan ajar relatif lebih baik dan lengkap.
Proyektor LCD digunakan untuk menghasilkan atau memperbesar tampilan dari laptop, komputer, atau pun alat pemutar keping cakram (VCD/ DVD) ke sebuah layar yang lebih besar. Dengan alat ini pembelajaran juga lebih efektif dan efisien dibandingkan jika kelas masih menyediakan fasilitas papan tulis manual atau white board dengan menggunakan spidol sebagai alat tulis.
Dengan papan tulis manual, waktu kegiatan belajar bisa tersita banyak untuk guru menulis catatan atau bahan ajar atau pun dalam menyiapkan alat peraga. Tulisan guru pun bisa saja ada yang sulit dibaca siswa. Belum lagi penggunaan spidol juga relatif boros.
Dengan papan tulis manual, waktu kegiatan belajar bisa tersita banyak untuk guru menulis catatan atau bahan ajar atau pun dalam menyiapkan alat peraga.
Sebaliknya dengan pembelajaran menggunakan proyektor presentasi, waktu pembelajaran 45 menit di kelas akan lebih efektif, siswa mempunyai waktu yang cukup selama 15 menit untuk menyimak paparan berupa teks atau pun audio visual.
“Apalagi siswa sekarang juga umumnya sudah mempunyai android, pihak sekolah tentu juga jangan ketinggalan dalam hal fasilitas pembelajaran dengan teknologi digital. Seperti di tempat saya mengajar (SMPN 6 Sumedang), dari 24 kelas cuma ada dua proyektor LCD di sekolah. Guru saling berebut dalam mengajar,” ujar Ade.
Apalagi siswa sekarang juga umumnya sudah mempunyai android, pihak sekolah tentu juga jangan ketinggalan dalam hal fasilitas pembelajaran dengan teknologi digital.
Pelatihan
Di sisi lain, Ade juga menyarankan kepada pemerintah agar memfasilitasi peningkatan kompetensi para guru tingkat pendidikan dasar dan menengah dalam hal kemampuan HOTS melalui pelatihan-pelatihan atau seminar.
“IGI Sumedang rutin memberikan pelatihan HOTS minimal sebulan sekali. Pihak dinas pendidikan provinsi atau dinas pendidikan kabupaten/ kota bisa bekerja sama dengan organiasi profesi guru yang untuk memberikan pelatihan ini,” ucap Ade.
Sementara itu Wakil Kepala SMA Negeri 1 Kabupaten Sumedang Bidang Humas, Cecep Jaya Kuswara menuturkan, di era teknologi informasi dan komunikasi saat ini pembelajaran berbasis HOTS juga perlu ditunjang dengan teknologi digital seperti papan tulis interaktif atau papan tulis digital sebagai media utama presentasi dan pembelajaran.
Alat ini menggunakan teknologi layar sentuh, dan semua aplikasi dalam komputer atau laptop dapat ditampilkan dan dikontrol pada papan tulis digital tersebut. Dengan alat ini memungkinkan pengguna untuk menulis di atas aplikasi apapun yang terdapat di dalam komputer.
Penulisan juga menggunakan pena khusus tanpa tinta, dan penulis dapat menulis dengan berbagai warna, dan tulisan dapat dihapus dengan telapak tangan atau jari tanpa harus menekan tombol apa pun.
“Harganya mahal, yang buatan China relatif murah sekitar Rp 80 juta. Di sekolah kami meski semua 36 kelas sudah tersedia proyektor presentasi, tapi belum mempunyai papan tulis digital. Diharapkan pemerintah dapat membantu, kalau urusan gedung sekolah sudah dibantu oleh komite sekolah atau orangtua siswa,” kata Cecep.
Menurut Cecep, pemelajaran berbasis HOTS yang didukung dengan sarana digital hasilnya lebih baik. Sebagai contoh, pada Ujian Nasional tahun 2018, sebanyak 119 siswa SMAN 1 Sumedang dapat diterima di sejumlah perguruan tinggi negeri, di antaranya Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pemelajaran berbasis HOTS yang didukung dengan sarana digital hasilnya lebih baik.
“Pada tahun ini dua siswa sekolah kami juga dapat meraih medali dalam olimpiade matematika internasional di Thailand,” ujar Cecep.
Dua siswa itu dari kelas XII, Revaldi Kurnia (18) dan Dadang Hawari (17), yang berhasil meraih medali emas dan perunggu dalam Thailand InternationalMathematical Olympiad (TIMO) 2019, yang digelar di Phuket, Thailand, tanggal 5-8 April. Revaldi akan mewakili Indonesia dalam ajang World International Mathematical Olympiad (WIMO) pada 24 - 28 Desember 2019 di Jepang.