Pendidikan Tinggi di Indonesia Menoleh ke Negara-negara Timur Tengah
Oleh
MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
KOMPAS/MH SAMSUL HADI
Sejumlah duta besar negara-negara Timur Tengah dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk Indonesia serta para pimpinan perguruan tinggi di Indonesia menghadiri simposium bertema "Memperluas Kerja Sama Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia dan Negara-negara Timur Tengah dan OKI" di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
JAKARTA, KOMPAS -- Pemerintah Indonesia, melalui kantor Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Islam (OKI), meretas jalan pengembangan dan kerja sama pendidikan tinggi di Tanah Air dengan perguruan tinggi di negara-negara Timur Tengah. Kerja sama lebih dititikberatkan pada sains dan teknologi, ekonomi, hukum, serta politik.
Rencana kerja sama itu disemai dalam simposium bertema ”Memperluas Kerja Sama Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia dan Negara-negara Timur Tengah dan OKI” di Jakarta, Kamis (2/5/2019). Sejumlah duta besar negara-negara Timur Tengah dan OKI serta para perwakilan perguruan tinggi di Indonesia yang hadir sama-sama melihat besarnya potensi kerja sama itu.
Jika terwujud, kerja sama tersebut menandai pergeseran kerja sama pengembangan pendidikan tinggi umum di Indonesia, dengan tidak hanya terpaku pada Barat, tetapi juga menoleh pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Timur Tengah dan negara OKI.
Mispersepsi
Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan OKI Alwi Shihab serta Wakil Menlu AM Fachir mengungkapkan adanya mispersepsi di Tanah Air bahwa pendidikan tinggi di Timur Tengah dan negara-negara OKI hanya berkutat pada studi-studi Islam dan Arab. ”Negara-negara Timur Tengah juga memiliki universitas-universitas yang cukup berkaliber tinggi, bahkan tidak kalah hebatnya dari universitas-universitas di Amerika dan Eropa,” kata Alwi.
Dengan memanfaatkan kedekatan hubungan Indonesia dan negara-negara Timur Tengah dan anggota OKI, lanjut Alwi, kerja sama tersebut dibangun. Bagi Indonesia, kerja sama itu merupakan bagian dari upaya pemerintah fokus pada pengembangan SDM dalam lima tahun ke depan.
Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan OKI menyatakan, Timur Tengah juga pas untuk kerja sama pengembangan ilmu-ilmu non-agama.
Dalam simposium itu, tiga duta besar untuk Indonesia, yakni Valiollah Mohammadi (Iran), Mahmut Erol Kilic (Turki), dan Abdallah Suliman Abu Romman (Jordania), menyampaikan keunggulan universitas di negara mereka. Di Iran, kata Mohammadi, sejumlah universitas unggul di bidang nanoteknologi, bioteknologi, dan sains.
KOMPAS/MH SAMSUL HADI
(Dari kiri ke kanan) Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi dari Iran (kiri), moderator, Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Alwi Shihab, Duta Besar Turki untuk Indonesia Mahmut Erol Kıilic, dan Duta Besar Jordania untuk Indonesia Abdallah Suliman Abu Romman dalam simposium bertema "Memperluas Kerja Sama Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia dan Negara-negara Timur Tengah dan OKI" di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Data kantor Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan OKI menyebut, sejumlah perguruan tinggi di Timur Tengah dan negara OKI masuk daftar 500 terbaik dunia, seperti Middle East Technical University, Istanbul Teknik Universitesi (Turki), University of Tehran, Sharif University of Technology (Iran), University of Malaya (Malaysia), dan King Saud University (Arab Saudi).
Para pemimpin dan perwakilan sejumlah perguruan tinggi Indonesia, di antaranya dari ITB, UGM, Binus University, Universitas Airlangga, dan UIN Syarif Hidayatullah, menyambut positif inisiatif kerja sama itu. UGM, misalnya, menyatakan minat bekerja sama dalam riset energi nuklir dengan Iran.
Negara-negara Timur Tengah juga memiliki universitas-universitas yang cukup berkaliber tinggi, bahkan tidak kalah hebatnya dari universitas-universitas di Amerika dan Eropa.
Dari Kairo, Mesir, wartawan KompasMusthafa Abd Rahman melaporkan, beberapa universitas di Kairo, seperti Universitas Amerika di Kairo (AUC) dan Universitas Cairo, juga memiliki kajian politik Timur Tengah yang sangat bagus. Banyak orang Barat belajar kajian Timur Tengah di AUC. Universitas Amerika di Beirut (AUB) dan Middle East Technology University (METU) di Ankara, Turki, juga mempunyai program-program studi yang unggul di bidang non-agama.
Selama ini ada salah persepsi bahwa Timur Tengah hanya menjadi pusat belajar agama. Padahal, kajian Timur Tengah di sejumlah universitas di negara-negara kawasan tersebut sangat bagus dan tak kalah unggul dengan studi agama.
Reorientasi
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaluddin Amin mengatakan, selama ini perguruan-perguruan tinggi Islam di bawah naungan Kementerian Agama lebih sering bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan negara-negara lain di luar Timur Tengah dan negara anggota OKI.
"Delapan puluh lima persen dosen (di perguruan tinggi Islam) pergi ke Amerika dan Eropa. Bahkan, beberapa dari mereka memilih melanjutkan studi Islam di Eropa dan Amerika," kata Kamaluddin.
KOMPAS/MH SAMSUL HADI
Para peserta simposium berfoto bersama sebelum memulai diskusi bertema “Memperluas Kerja Sama Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia dan Negara-negara Timur Tengah dan OKI” di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Kerja sama dengan perguruan tinggi di Timur Tengah lebih terbatas, antara lain, dengan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, dan King Saud University di Arab Saudi. "Dengan adanya kerja sama, kami akan mendorong para dosen untuk mengambil gelar PhD di Timur Tengah," ujar Kamaluddin.
"Sebanyak 50-70 profesor dari Jerman datang ke Indonesia untuk memberikan kuliah atau membuat riset. Kami mendorong agar kerja sama seperti ini juga dijalankan oleh universitas-universitas di negara-negara Timur Tengah."
Staf Khusus Menristek Dikti Abdul Wahid Maktub mengatakan, saat ini telah terjadi pergeseran dari orientasi ke Eropa menuju Timur Tengah dan negara-negara anggota OKI sebagai tempat studi bukan hanya ilmu-ilmu sosial, tetapi juga ilmu-ilmu sains dan teknologi.