Khawatir Longsor Susulan, 300 Warga Pulau Sembilan Masih Mengungsi
Sekitar 300 warga Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan masih mengungsi pasca-longsor di Pulau Matasirih, Kecamatan Pulau Sembilan, sepekan yang lalu. Warga masih khawatir terhadap longsor susulan yang sebelumnya menewaskan dua warga setempat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
KOTABARU, KOMPAS – Sekitar 300 warga Pulau Matasirih, Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, mengungsi pascalongsor sepekan lalu. Warga masih khawatir longsor susulan yang sebelumnya menewaskan dua warga setempat.
Longsor menerjang Desa Teluk Sungai dan Labuan Barat di Pulau Matasirih, Rabu (24/4/2019), sekitar pukul 08.00 Wita. Dalam musibah itu, sedikitnya 20 rumah terkena material longsor dan delapan di antaranya tertimbun. Dua korban ibu dan anak, yakni Hikmah (25) dan Sabandia (6 bulan) baru ditemukan pada hari ketujuh pencarian.
Pulau Matasirih berjarak 116 mil atau 187 kilometer dari Kotabaru. Akses menuju ke sana hanya melalui laut dengan waktu tempuh lebih kurang 16 jam dari Kotabaru. Di pulau tersebut juga tidak ada jaringan telekomunikasi. Komunikasi hanya bisa dilakukan dengan radio SSB (single sideband).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel Wahyuddin di Banjarmasin, Jumat (3/5/2019), mengatakan, sebagian warga masih mengungsi karena trauma dan khawatir adanya longsor susulan. ”Dibandingkan beberapa hari lalu, jumlah warga yang mengungsi sudah mulai berkurang. Sebelumnya, jumlah warga yang mengungsi sekitar 500 orang,” ujarnya.
Warga yang masih mengungsi terbagi ke dua tempat, yaitu 50 orang di Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu dan 250 orang lainnya masih di Pulau Matasirih. Namun, mereka tidak tinggal di rumah tapi tinggal di dermaga atau di kapal-kapal yang tertambat di dermaga untuk menghindar longsor.
”Warga di Pulau Matasirih hanya pulang ke rumah pada siang hari. Kalau malam dan hujan, mereka memilih bertahan di dermaga atau di kapal,” katanya.
Menurut Wahyuddin, ada tiga titik longsor di Pulau Matasirih saat terjadi musibah longsor pekan lalu. Dari tiga titik tersebut, hanya satu yang mengenai rumah warga. Namun secara keseluruhan, daerah permukiman warga di sana masih rawan terkena longsor, terlebih saat hujan.
”Saat ini curah hujan masih tinggi. Jadi kemungkinan longsor susulan itu masih ada. Warga selain diingatkan untuk waspada, mereka juga sudah waspada,” tuturnya.
Tanggap darurat
Wahyuddin memastikan, para pengungsi di sana tertangani dengan baik dan sudah diberi bantuan logistik. Sejak 24 April lalu, Bupati Kotabaru Sayed Jafar menetapkan, status tanggap darurat bencana sehingga penanganan pascalongsor bisa berjalan relatif baik.
”Masa tanggap darurat berlaku selama 14 hari. Dengan begitu, penanganan pascabencana longsor bisa dibiayai dengan anggaran tak terduga. Bantuan beras juga sudah diturunkan,” katanya.
Jika setelah masa tanggap darurat berakhir, warga masih juga mengungsi, pemerintah daerah akan mencari solusi bagi warga yang bermukim di Pulau Matasirih. ”Kalau warga akhirnya minta direlokasi, kami akan segera membahas penyiapan lahan relokasi dan pembangunan permukiman bagi warga,” tutur Wahyuddin.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarbaru, Riza Arian Noor menyampaikan, prospek cuaca mingguan di Kalsel yang berlaku untuk 1-7 Mei secara umum menunjukkan cuaca di Kalsel masih berpotensi hujan ringan dan hujan sedang hingga lebat.
”Di Kotabaru dan Tanah Bumbu (Kalsel bagian Timur), pada 1-3 Mei berpotensi hujan ringan dan hujan sedang. Selanjutnya pada 4-7 Mei berpotensi hujan ringan dan hujan sedang hingga lebat. Potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang harus diwaspadai,” jelas Riza.