NADI, KOMPAS — Bank Pembangunan Asia (ADB) berupaya membantu negara anggota agar lebih tahan terhadap bencana dan perubahan iklim. Bantuan bukan hanya berupa infrastruktur, melainkan juga penyiapan institusi dan komunitas.
Kawasan Asia dan Pasifik telah berevolusi menjadi pusat pertumbuhan dunia yang dinamis. ”Saat ini diperkirakan mencapai sepertiga produk domestik bruto dunia dan separuh lebih pertumbuhan ekonomi global,” kata Vice President for Knowledge Management and Sustainable Development Asian Development Bank (ADB) Bambang Susantono di Nadi, Fiji, Kamis (2/5/2019).
Bambang mengatakan hal itu saat memberikan pidato kunci pada Insurance Development Forum ”Accelerating Private Sector Financing for Disaster Risk Management and Climate Resilience in The Asia and Pacific Region”. Acara itu merupakan salah satu kegiatan pada pertemuan tahunan ke-52 ADB 2019.
Negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik telah meningkatkan secara berarti standar hidup dan mengurangi kemiskinan. Bahkan, sebagian di antaranya diproyeksikan mencapai status pendapatan menengah pada 2020.
Meskipun demikian, Bambang mengatakan, kemakmuran Asia berada pada risiko. Negara-negara di kawasan tersebut termasuk rentan terhadap kejadian alam yang dapat mengakibatkan kerusakan atau bencana.
Kegagalan mempertimbangkan risiko bencana dalam perencanaan dan penempatan investasi yang penting akan memukul kesuksesan itu. ”Parahnya, ketika timbul kerugian, hanya sekitar 8 persen di antaranya yang diasuransikan. Jauh di bawah negara-negara maju yang mencapai 40 persen,” kata Bambang.
ADB membantu para pemerintah dalam memperkuat institusi untuk ketahanan bencana dan iklim. Bantuan ini untuk memperkuat kapasitas dan perencanaan dalam mengelola risiko bencana dan iklim serta memperluas pembiayaan risiko bencana.
”Sebagai contoh, ADB mendampingi Pemerintah Filipina menata City Disaster Insurance Pool untuk menyediakan asuransi risiko bencana hemat biaya dan menyeluruh bagi aset publik di tingkat kota. Ini untuk mendanai respons darurat pascabencana skala besar seperti gempa dan topan,” kata Bambang.
Menyadari bahwa investasi dalam ketahanan bencana itu hemat biaya, Bambang menuturkan, banyak negara di kawasan beralih dari kebijakan reaktif menjadi proaktif dalam merespons bencana.
Kebutuhan investasi infrastruktur Asia diperkirakan mencapai 26 triliun dollar AS dari tahun 2016 hingga 2030. Ketepatan perencanaan dan investasi infrastruktur tahan bencana dan ramah iklim sejak awal dapat membantu mengatasi penyebab kerentanan sosial dan pemicu risiko bencana.
Kebutuhan investasi infrastruktur Asia tahun 2016-2030 diperkirakan mencapai 26 triliun dollar AS.
Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan, ADB akan mendukung negara-negara dalam membangun ketahanan, termasuk terhadap bencana dan perubahan iklim.
ADB mencatat negara-negara kepulauan Pasifik termasuk negara yang paling terpapar risiko sebagai dampak perubahan iklim. Dampak itu berpengaruh pula terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat.
Berdasarkan Asian Development Outlook 2019, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kawasan Pasifik diperkirakan 3,5 persen. Perkiraan pertumbuhan PDB ini lebih rendah dibandingkan dengan kawasan lain di Asia seperti Asia Tengah yang diperkirakan 4,2 persen, Asia Timur 5,7 persen, Asia Selatan 6,8 persen, dan Asia Tenggara 4,9 persen.
Pertumbuhan PDB Pasifik tahun 2018 sebesar 0,9 persen. Adapun pertumbuhan PDB Asia Tengah 4,4 persen, Asia Timur 6 persen, Asia Selatan 6,7 persen, dan Asia Tenggara 5,1 persen.