Menjelang hari-hari besar keagamaan, termasuk Ramadhan dan Idul Fitri, wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat rawan terhadap penyelundupan barang ilegal.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Menjelang hari-hari besar keagamaan, termasuk Ramadhan dan Idul Fitri, wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat rawan terhadap penyelundupan barang ilegal. Masyarakat dan pemangku kebijakan pun diharapkan mewaspadai kerawanan itu.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kepolisian Daerah Kalbar Komisaris Besar Mahyudi Nazriansyah, Kamis (2/5/2019), mengatakan, masyarakat dan semua pihak hendaknya mewaspadai wilayah yang rawan penyelundupan barang ilegal melalui perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalbar. Kewaspadaan itu perlu ditingkatkan, terutama menjelang hari raya keagamaan.
”Ada 52 jalur tikus di perbatasan Indonesia-Malaysia yang terhubung dengan 32 desa di Malaysia. Jalur itulah yang kerap dimanfaatkan para penyelundup barang ilegal untuk memasukkan barang ke Indonesia,” ungkapnya.
Barang-barang selundupan berbahaya bagi masyarakat karena tidak ada jaminan atas kualitas produknya. Jika barang ilegal masuk, bisa jadi merupakan produk yang tidak baik untuk kesehatan karena standar kesehatannya tidak diketahui. Mahyudi mengatakan, pihaknya terus mengawasi jalur-jalur yang rawan tersebut.
Apalagi, ada banyak temuan penyimpangan di lapangan. Satgas Pangan masih menemukan gula rafinasi dari Malaysia masuk ke Kalbar melalui perbatasan jalur tikus tersebut. Gula rafinasi diperdagangkan secara bebas langsung ke konsumen. Harusnya, gula rafinasi tidak boleh langsung dikonsumsi.
Ada berbagai macam barang yang ditemukan diselundupkan melalui jalur tikus. Beras dari Vietnam pun masih ada yang diselundupkan melalui jalur tikus di Malaysia. Ada pula oknum yang menyelundupkan bawang putih melalui jalur tersebut.
Pada 2018, terdapat 94 kasus kejahatan yang terkait kebutuhan pokok dengan berbagai pola penyimpangan yang ditindak Polda Kalbar. Kemudian, pada 2019, sejauh ini diungkap 17 kasus.
Kepala Bidang Humas Polda Kalbar Ajun Komisaris Besar Donny Charles Go menambahkan, Satgas Pangan Kalbar sudah sejak lama mengawasi perbatasan. Lima kepolisian resor (polres) yang berada di wilayah perbatasan juga memiliki satgas pangan.
”Jadi, di samping memantau harga, mereka juga memantau distribusi, termasuk jalur-jalur rawan penyelundupan. Pemantauan ini sebetulnya sudah sejak lama dilakukan untuk menjamin kebutuhan pasokan, stabilitas harga, dan kualitas pangan,” ujar Donny.
Donny mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan juga saat membeli kebutuhan pokok. Jangan sampai masyarakat membeli produk-produk yang tidak layak dikonsumsi.
Stok beras yang dimiliki Bulog mencukupi hingga delapan bulan mendatang.
Apalagi, pemerintah daerah sendiri sebetulnya menjamin ketersediaan kebutuhan pokok pada Ramadhan dan Idul Fitri. Gubernur Kalbar Sutarmidji telah meminta jajarannya agar menjamin ketersediaan bahan kebutuhan pokok.
Kepala Bulog Divisi Regional Kalbar Bubun Subroto mengatakan, stok beras masih 17.323 ton dan stok persediaan beras komersial masih 145 ton. Stok beras yang dimiliki Bulog mencukupi hingga delapan bulan mendatang. Tak hanya itu, stok kebutuhan pokok lainnya juga masih mencukupi, yakni gula pasir 997 ton dan minyak goreng 22.352 liter.
Sejumlah pemangku kebijakan juga telah meninjau ketersediaan stok kebutuhan pokok, terutama beras, di gudang Bulog Divisi Regional Kalbar pada Selasa (30/4/2019). Hal itu untuk memastikan bahwa stok betul-betul bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama saat Ramadhan dan Idul Fitri.