Masyarakat di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, diminta tidak lengah dalam menjaga lingkungan meski angka kasus demam berdarah dengue saat ini terus menurun.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Masyarakat di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, diminta tidak lengah dalam menjaga lingkungan meski angka kasus demam berdarah dengue saat ini terus menurun. Selama ini, masyarakat masih banyak yang keliru beranggapan penyakit itu tidak menjangkiti selama musim kemarau.
Jumlah kasus positif demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Kediri sepanjang April 2019 hanya 38 kasus dengan kematian satu orang. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan pada Januari lalu yang mencapai 569 kasus dengan kematian 13 orang, Februari (338 kasus dengan kematian 7 orang), serta Maret (100 kasus dengan kematian 3 orang).
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri menyatakan, kasus DBD bisa ditekan sehingga turun signifikan karena upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara menyeluruh dan pelibatan masyarakat untuk menjaga lingkungan masing-masing.
”Meski angka kasus terus turun, PSN harus terus dilakukan walaupun hanya sekali dalam sepekan. Tidak boleh berhenti meski saat ini hujan mulai jarang,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Nur Munawaroh, Kamis (2/5/2019).
Menurut Munawaroh, gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) juga tetap dilaksanakan. Gerakan itu tak boleh berhenti hanya karena melihat grafik kasus DBD menurun. Setiap rumah harus memiliki jumantik dan setiap lingkungan rukun tetangga (RT) memiliki kader jumantik.
Munawaroh mengatakan, potensi serangan DBD masih ada meski pada musim kemarau. Namun, kasus DBD selama kemarau tidak sebanyak ketika musim hujan. ”Saat kemarau tetap ada serangan DBD, cuma jumlah kasusnya saja yang turun karena genangan air di luar rumah tidak ada. Namun, di dalam rumah masih ada genangan. DBD tidak pernah habis,” ujarnya.
Lonjakan kasus DBD selama Januari 2019 di Kediri tidak terlepas dari faktor kesadaran masyarakat. Sebelum ada peningkatan kasus DBD, kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan masih rendah. Mereka hanya tergerak melakukan PSN saat kasus DBD merebak. Padahal, sosialisasi mengenai PSN sudah sering dilakukan sejak jauh hari.
Berdasarkan catatan dinas kesehatan setempat, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan berdampak pada angka bebas jentik yang rendah. Pada pertengahan Januari, angka bebas jentik di salah satu daerah di Kecamatan Kandat hanya 45 persen.
Artinya, dari 100 rumah yang disurvei, ada 55 rumah yang masih terdapat jentik nyamuk. Namun, setelah dilakukan PSN secara masif, angka bebas jentik perlahan naik. Pada survei 8 Februari, misalnya, angka bebas jentik naik menjadi 52,87 persen.
Retno Handayani (45), jumantik Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, membenarkan bagaimana sebelumnya dia menghadapi kesulitan saat mengajak masyarakat menerapkan pola hidup bersih. Saat mendatangi rumah warga, mereka kadang mendapati ada warga yang kurang proakif dan menolak rumahnya diperiksa dengan alasan tidak masuk akal.
”Ada warga yang tidak mau dikasih abate (bubuk pembasmi jentik nyamuk). Ada pula yang tidak mau dikasih ikan karena alasan bau anyir. Bahkan, ada yang jelas-jelas gentong (tempayan besar) airnya terdapat jentik nyamuk tidak boleh dikuras,” tutur Retno.