Massa Front Mahasiswa Nasional Diduga Bagian Kelompok Anarcho Syndicalism
Massa dari kelompok Front Mahasiswa Nasional yang menyusup saat peringatan Hari Buruh Internasional di depan Gedung Negara Grahadi diduga bagian dari kelompok Anarcho Syndicalism. Atribut yang digunakan sama seperti kelompok yang ditangkap polisi di Bandung dan kelompok perusak pagar pembatas jalur bus Transjakarta di Jakarta.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Massa dari kelompok Front Mahasiswa Nasional yang menyusup saat peringatan Hari Buruh Internasional di depan Gedung Negara Grahadi diduga bagian dari kelompok Anarcho Syndicalism. Atribut yang digunakan sama seperti kelompok yang ditangkap polisi di Bandung dan kelompok perusak pagar pembatas jalur bus Transjakarta di Jakarta.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera, Kamis (2/5/2019), di Surabaya, mengatakan, ciri-ciri yang ditemukan dari kelompok Front Mahasiswa Nasional (FMN) di Surabaya sama dengan massa yang ditangkap di Bandung, Jawa Barat.
Dari hasil pemeriksaan, kelompok FMN mengenakan pakaian serba hitam dan membawa bendera hitam berlambang huruf A dengan lingkaran berwarna putih. Kelompok ini sering hadir dalam kegiatan-kegiatan peringatan hari international. ”Di Surabaya, kelompok itu belum sempat melakukan vandalisme karena kami sudah mengantisipasi sejak awal,” ujar Barung.
Ciri-ciri yang ditemukan dari kelompok Front Mahasiswa Nasional di Surabaya sama dengan massa yang ditangkap di Bandung.
Sebelumnya pada Rabu (1/5/2019) sekitar 40 orang dari FMN menyusup saat aksi peringatan Hari Buruh Internasional di depan Gedung Negara Grahadi. Dua demonstran yang dianggap memprovokasi ditangkap. Massa dari kelompok itu menggunakan pakaian hitam dan menutup wajah dengan masker.
Kedatangan mereka dihalau polisi sejak berjalan menuju Gedung Negara Grahadi. Saat mereka mendekat ke barisan demonstran lain dari elemen buruh, sempat terjadi ketegangan dan dua orang di antaranya ditangkap. Keduanya adalah Arief Budiman (22) dan Rizky Pratama Lianto Putra (21) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Arief merupakan Ketua FMN Surabaya, sedangkan Rizky Ketua Departemen Organisasi.
Memprovokasi
Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Ajun Komisaris Besar Leonardus Simarmata menuturkan, massa dari FMN tidak bisa menunjukkan surat pemberitahuan penyampaian aspirasi di muka umum. Selain itu, kehadiran mereka juga dianggap memprovokasi keadaan sehingga dikhawatirkan menimbulkan kericuhan. Keduanya sudah dilepaskan pada Rabu sekitar pukul 20.00.
Dari hasil pemeriksaan, lanjut Barung, massa FMN menyusup saat peringatan Hari Buruh Internasional untuk mengampanyekan organisasinya yang baru dibentuk pada Januari 2019. Ide untuk bergabung saat aksi di Gedung Negara Grahadi sesuai dengan seruan FMN pusat di Jakarta.
Secara terpisah, Ketua Departemen Perempuan FMN Anindya Joediono membantah organisasinya terlibat dalam kelompok Anarcho Syndicalism. Menurut dia, atribut berupa pakaian hitam dengan penutup wajah merupakan kesepakatan dari anggotanya. ”Atribut itu untuk menghindari persekusi dari polisi yang pernah menghubungi secara personal di media sosial,” ujarnya.