Kualitas Gabah Turun, Petani Belum Menikmati Harga Tinggi
Tingginya harga beras di pasaran belum dinikmati petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang kini mulai panen. Bahkan, harga gabah justru terus turun sejak panen musim rendeng akhir Januari. Kualitas gabah menurun dipengaruhi cuaca.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Tingginya harga beras di pasaran belum dinikmati petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang kini mulai panen. Bahkan, harga gabah justru terus turun sejak panen musim rendeng akhir Januari. Kualitas gabah menurun dipengaruhi cuaca.
Oos Koswara (43), petani di Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, Kamis (2/5/2019), mengatakan, harga gabah kering panen (GKP) turun dari Rp 5.500 per kilogram (kg) pada akhir Desember 2018 menjadi Rp 3.750. Padahal, harga beras di pasar-pasar tradisional di Karawang stabil berkisar Rp 8.500-Rp 14.500 per kg tergantung dari jenis.
Menurut Oos, dengan harga beras yang masih lebih dari Rp 8.000 per kg, idealnya petani menikmati harga GKP di atas Rp 4.000 per kg. Rendahnya kualitas gabah pada musim rendeng menjadi salah satu faktor penurun harga.
Dengan harga beras yang masih lebih dari Rp 8.000 per kg, idealnya petani menikmati harga GKP di atas Rp 4.000 per kg.
Oos menambahkan, petani tidak memiliki pilihan selain menjual gabah seusai panen. Hal itu disebabkan mayoritas petani tidak memiliki alat pengering dan tempat penyimpanan gabah. Adapun hujan dan angin kencang yang terjadi belakangan membuat kadar air gabah tinggi. Oleh sebab itu, gabah harus segera dikeringkan atau akan cepat membusuk.
Saepul Bahri (42), petani di Desa Majalaya, Kecamatan Majalaya, menyampaikan, rendahnya rendemen gabah, yakni kurang dari 50 persen, menekan harga GKP hingga Rp 3.500 per kg. Harga ini lebih rendah dari standar pembelian pemerintah, Rp 4.070 per kg.
Di Desa Walahar, Kecamatan Ciampel, petani lainnya, Edi (40), memilih menyimpan gabah karena harga yang ditawarkan tengkulak sangat rendah, yakni Rp 3.600 per kg. Meski demikian, dia tetap khawatir, jika terlalu lama disimpan, gabahnya membusuk dan berwarna kuning apabila digiling.
Menurut Sekretaris Dinas Pertanian Karawang H Murodi, harga panen padi yang fluktuatif dipengaruhi musim. Pada musim rendeng (hujan), jumlah produksi gabah meningkat, tetapi harga beli rendah. Kondisi sebaliknya terjadi pada musim kemarau, yakni produksi gabah menurun, tetapi harga beli tinggi.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Karawang, produksi GKP pada 2017 sebesar 1.393.796 ton dan meningkat menjadi 1.469.360 ton pada 2018. Sementara hingga April 2019, jumlah produksi sebesar 211.556 ton GKP. Petani berharap saat harga turun, Bulog bersedia membeli gabah panen dengan harga layak.
Menanggapi hal itu, Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional Karawang Rusli mengatakan, Bulog tetap akan membeli gabah dari petani mengacu pada standar yang ditetapkan. Gabah yang terendam air atau tanaman padi roboh sebelum panen masuk kriteria rendah sehingga kemungkinan tidak akan dibeli Bulog. Apabila dibeli, hal itu cukup berisiko terhadap kualitas beras karena akan berwarna kuning dan pecah.