Proyek integrasi antara Stasiun Light Rail Transit (LRT) Velodrome dengan Halte Transjakarta Pemuda, di Rawamangun, Jakarta Timur belum dapat diwujudkan awal Mei ini. Hal itu terjadi karena masih ada tahap pengujian sejumlah prasarana pendukung. Dampaknya target integrasi molor dari target awal.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proyek integrasi antara Stasiun Light Rail Transit (LRT) Velodrome dengan Halte Transjakarta Pemuda, di Rawamangun, Jakarta Timur belum dapat diwujudkan awal Mei ini. Hal itu terjadi karena masih ada tahap pengujian sejumlah prasarana pendukung. Dampaknya target integrasi molor dari target awal.
Direktur Proyek LRT Jakarta PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Iwan Takwin mengatakan, pemasangan jembatan serta sistem integrasi tiket belum dapat dilakukan hingga hari ini, Kamis (2/5/2019). PT LRT masih mematangkan sistem integrasi tiket, terutama untuk menghindari masalah pembayaran dengan kartu uang elektronik.
"Sampai pagi ini, kami masih merapatkan soal integrasi tersebut dengan PT Transjakarta. Kami ingin memastikan semua sistem perangkat tidak bermasalah, terutama saat pengguna melakukan tap in dan tap out dengan kartu uang elektronik," ujar Iwan, di Jakarta, Kamis sore.
Ia belajar dari kendala yang dialami kereta MRT saat mulai beroperasi pada April lalu. Ia menilai, masalah transaksi dengan kartu uang elektronik dapat berdampak pada estimasi waktu ke tujuan yang semakin lama.
Selain itu, integrasi antara stasiun dengan halte masih harus menunggu pemasangan konstruksi lantai dan rel pegangan tangan (hand railing) pada jembatan. Ia mengatakan, jadwal instalasi kedua material ini mundur dari perkiraan awal karena membutuhkan waktu pemasangan khusus.
"Kami masih mencari waktu yang tepat untuk instalasi material tersebut. Kami menargetkan jembatan dapat selesai dalam kurun waktu dua minggu lagi," kata Iwan.
Walau mundur dari tenggat awal, ia menargetkan segala prasarana tersebut dapat selesai pada pekan ketiga Mei ini. Target pengerjaan itu juga beriringan dengan Halte Transjakarta Pemuda yang juga akan diperlebar agar memuat lebih banyak pengguna.
Direktur Operasional Transjakarta Daud Joseph pada Senin (22/4/2019) lalu, mengatakan bahwa pelebaran Halte Pemuda juga akan dikejar selambat-lambatnya pada Juli mendatang.
Direktur Utama PT LRT Jakarta, Allan Tandiono, menyatakan bahwa saat ini kereta LRT rute Kelapa Gading-Velodrome telah siap beroperasi secara komersial. Sebab, PT LRT Jakarta sebagai penanggung jawab operasional telah mengantongi sertifikat rekomendasi teknis prasarana dari Kementerian Perhubungan.
"Kami sudah dapat beroperasi secara fungsional. Kereta LRT sudah kami uji untuk memenuhi jadwal kedatangan antar kereta (headway) setiap lima menit pada waktu sibuk, serta setiap 15 menit pada waktu normal," ucap Allan.
Ia berharap bahwa integrasi antara stasiun LRT Velodrome dengan Halte Transjakarta Pemuda dapat segera dilaksanakan. Bila terintegrasi, moda LRT berpotensi untuk mengurangi sekitar 3.500 kendaraan yang berangkat dari arah Kelapa Gading, Jakarta Utara, menuju ke Jakarta Pusat.
"Asumsinya, ada sekitar 7.000 warga dari kawasan Pulomas, Kelapa Gading, dan Kayu Putih yang berangkat kerja ke kawasan Jakarta Pusat setiap hari. Mereka adalah pasangan suami-istri. Bila moda LRT tersambung dengan Halte Pemuda yang melayani tujuan ke Dukuh Atas, hal ini akan memfasilitasi tujuan mayoritas warga," ungkap Allan.
Untuk mendukung fasilitas ini, PT LRT Jakarta sedang meyiapkan fasilitas kantong parkir serta adanya titik penjemputan. Saat ini, warga dapat memanfaatkan lahan parkir di Stasiun Depo Kelapa Gading.
"Di stasiun tersebut, kami memiliki lahan parkir yang dapat memuat sebanyak 820 mobil dan 2.500 sepeda motor di dalam ruangan (indoor). Jumlah ini saya pikir cukup untuk mencakup sebanyak 14.225 penumpang harian," kata Allan.
Walau menyatakan siap, pihaknya masih menunggu instruksi perizinan operasi dari pemerintah provinsi. Ia mengatakan, sejauh ini belum ada respons lanjutan dari pihak Pemprov DKI.
"Secara periodik, kami terus menyampaikan progres ke Pemprov DKI Jakarta. Kami siap bila harus diminta untuk beroperasi secara komersial. Tarif sudah ditentukan seharga Rp 5.000 secara merata, sepertinya tinggal menunggu integrasi dengan halte Transjakarta," pungkas Allan.