Ketika tingkat inflasi nasional pada April 2019 mencapai 0,44 persen dibandingkan bulan sebelumnya, Kota Manado, Sulawesi Utara, mengalami deflasi sebesar 1,27 persen.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Ketika tingkat inflasi nasional pada April 2019 mencapai 0,44 persen dibandingkan bulan sebelumnya, Kota Manado, Sulawesi Utara, mengalami deflasi sebesar 1,27 persen. Penurunan indeks harga konsumen kelompok komoditas bahan pangan menjadi penyumbang terbesar deflasi di Manado.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Marthedy Tenggehi dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik April 2019 di Manado, Kamis (2/5/2019). Pertumbuhan harga dari Maret ke April 2019 yang negatif sebesar 1,27 persen menjadikan Manado kota dengan tingkat deflasi tertinggi dari 82 kota di Nusantara.
”Sejak Desember 2018, deflasi mencapai 1,42 persen. Deflasi ini cukup dalam. Namun, dibandingkan April 2018 terjadi inflasi sebesar 0,07 persen,” kata Marthedy.
Dari 11 kota di Pulau Sulawesi, Manado menjadi satu-satunya kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Sulawesi terjadi di Palu, Sulawesi Tengah, yaitu 0,72 persen. Adapun Parepare mengalami inflasi terendah di Sulawesi sekaligus secara nasional, yaitu sebesar 0,03 persen.
Penyumbang deflasi terbesar di Manado adalah penurunan indeks harga konsumen (IHK) bahan makanan sebesar 6,47 persen. Pada April, IHK bahan makanan adalah 147,81, menurun dari 159,03 pada bulan sebelumnya.
Tomat sayur menjadi penyumbang terbesar pada deflasi dengan penurunan indeks harga sebesar 1,32 persen. Sementara beras memberi andil sebesar 0,063 persen. Bahan makanan lainnya, seperti ikan cakalang, daging ayam, daun bawang, dan gula pasir, juga turut menyumbang deflasi.
Di Pasar Bersehati, Manado, harga tomat tidak naik selama beberapa minggu, yakni tetap pada kisaran Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogram. Adapun harga beras di Pasar Pinasungkulan Rp 10.000-Rp 12.000 per kg, lebih rendah dari harga eceran tertinggi (HET) Pulau Sulawesi sebesar Rp 12.800 per kg.
Meski harga cenderung rendah, Marthedy mengingatkan pemerintah kota dan provinsi untuk mempersiapkan diri menghadapi lonjakan harga menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
”Fluktuasi harga bahan makanan mungkin akan menumpuk selama Mei. Pemerintah perlu menjaga harga berbagai komoditas yang sudah rendah agar tidak naik lagi,” kata Marthedy.
Secara keseluruhan, sumbangan bahan makanan terhadap deflasi sebesar 1,5791 persen. Meski demikian, indeks harga beberapa bahan makanan tetap naik, seperti bawang merah (0,163 persen), bawang putih (0,144 persen), dan cabai merah (0,023 persen).
Pekan lalu, harga bawang merah di Pasar Bersehati melonjak dari Rp 36.000 menjadi Rp 50.000 per kg. Kemudian, harga menjadi stabil pada kisaran Rp 48.000 per kg. Adapun bawang putih dijual Rp 60.000 per kg.
Untuk menjaga harga pangan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengadakan rapat koordinasi daerah dengan beberapa perangkat daerah, seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian Sulut, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Bulog Divisi Regional Sulut dan Gorontalo, dan Bank Indonesia perwakilan Sulut.
Staf Ahli Mendag Bidang Pengamanan Pasar Sutriono Edi mengatakan, koordinasi akan terus dijalin dengan pihak-pihak terkait untuk menjaga harga dan pasokan pangan. Regulasi terkait penempatan dan penyimpanan harga bahan pokok penting, harga khusus, pendaftaran pelaku usaha distribusi bahan pokok, serta HET dan pencantuman label kemasan beras diperkuat dalam rapat tersebut.
”Perlu koridor hukum yang jelas. Jika para pelaku usaha kedapatan melakukan penimbunan atau melanggar regulasi lainnya, kami akan bersinergi dengan pemda atau instansi terkait untuk melakukan teguran, bahkan hingga pencabutan izin usaha,” kata Sutriono.
Persediaan bahan pangan pun dipertahankan oleh Bulog. Kepala Bulog Divre Sulut dan Gorontalo Sopran Kenedi mengatakan, pasokan beras mencapai 25.133 ton sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 10-11 bulan. Disiapkan pula gula pasir sebanyak 1.100 ton, minyak goreng (35.505 liter), dan tepung terigu (18 ton).
Kendati secara keseluruhan deflasi, Marthedy mengatakan, lima dari enam kelompok pengeluaran selain bahan makanan tetap mengalami inflasi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, misalnya, menyumbang inflasi sebesar 0,052 persen.
Harga kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga naik sebesar 0,14 persen. Kelompok lain yang menyumbang kenaikan harga adalah sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi, dan olahraga; serta transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.