Pada unjuk rasa Hari Buruh atau May Day, Rabu, 1 Mei 2019, muncul kelompok anak muda dengan seragam hitam dan membawa panji merah-hitam dalam aksi yang berakhir dengan bentrok di sejumlah lokasi. Kelompok bendera merah hitam tersebut muncul di Jakarta, Bandung, Jawa Barat, dan Malang, Jawa Timur.
Bendera merah hitam tersebut di kalangan aktivis dikenal sebagai kelompok Anarko-Sindikalisme, yakni cabang dari paham anarkisme yang bergerak di kelompok buruh. Anarkisme adalah aliran politik yang menganjurkan masyarakat tanpa negara dan manusia mengatur dirinya sendiri. Anarkisme menentang otoritas atau lembaga hierarki dalam hubungan sesama manusia.
Beberapa tahun silam dalam diskusi di jejaring dunia maya, sejumlah aktivis menggarisbawahi kepada penulis bahwa gerakan anarki adalah cinta damai. Mereka bergerak di berbagai bidang. Ada yang memberikan advokasi kepada masyarakat kecil, berjejaring di lembaga advokasi HAM terkenal di Jakarta, hingga sering muncul pada acara debat soal hukum di sebuah televisi swasta.
Beberapa dari mereka memiliki simpul jaringan di sebuah tempat kumpul aktivis di kawasan Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan. Jaringan ini dulunya terkait dengan para aktivis anti-Soeharto pada 1970-an dan 1980-an serta terhubung dengan para senior aktivis Malari.
Meski berjejaring di Indonesia dan mancanegara sejak bertahun-tahun lalu, baru dalam unjuk rasa Hari Buruh tahun 2019 inilah kelompok tersebut muncul terbuka dengan membawa bendera Anarko-Sindikalisme dan lambang-lambang kelompok anarki. Telepon genggam salah satu tokoh kunci kelompok Anarko-Sindikalisme berinisial D tidak dapat dihubungi hingga Kamis petang oleh penulis.
Namun, dalam pandangan awam, kosakata anarki diasosiasikan dengan keadaan kacau-balau tanpa tatanan. Adapun Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi kosakata anarki sebagai: 1. hal tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan, atau ketertiban; 2 kekacauan (dalam suatu negara).
Dalam komunikasi internet dengan arkeolog Dwi Cahyono yang bermukim di Malang, pihaknya menyayangkan aksi vandalisme massa berbaju hitam dan membawa bendera merah hitam yang mengecat salah satu cagar budaya di Kota Malang. ”Perbuatan vandalisme tersebut harus ditindak,” kata Dwi Cahyono.
Foto dan video soal aksi pembuatan grafiti di jembatan yang merupakan cagar budaya di Kota Malang itu langsung beredar luas sejak Rabu (1/5) hingga Kamis sore (1/5) di berbagai platform media sosial. Banyak kecaman muncul terhadap aksi pengecatan jembatan tersebut.
Sementara di Bandung terjadi kericuhan yang bermula dari kelompok berbaju hitam dengan bendera merah hitam di jalanan yang akhirnya bentrok dengan polisi. Bentrokan tersebut berakhir dengan penangkapan ratusan pemuda berbaju hitam tersebut yang kemudian digelandang aparat dan dilucuti baju serta celananya. Video kericuhan dan bentrokan di Kota Bandung tersebut beredar luas sejak Rabu siang hingga Kamis petang ini.
Dari Ruang Rapat Utama (Rupatama) Mabes Polri, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, pihaknya sedang memetakan jaringan Anarko-Sindikalis ini yang ditengarai beraktivitas di sejumlah kota besar di Jawa. Berbagai aliran politik kiri dan kanan dalam sejarah Republik Indonesia kerap membawa berbagai gejolak. Moderat dalam ideologi Pancasila adalah titik temu dan jati diri bangsa.