Asia kontinu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi tiap negara dan kawasan di Asia bervariasi sesuai kondisi yang dihadapi.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
NADI, KOMPAS — Asia kontinu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi tiap negara dan kawasan di Asia bervariasi sesuai kondisi yang dihadapi.
”Asia berkontribusi sekitar 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global,” kata Kepala Ekonom Bank Pembangunan Asia (ADB) Yasuyuki Sawada di Nadi, Fiji, Rabu (1/5/2019).
Yasuyuki Sawada menyampaikan hal tersebut pada paparan media dalam Pertemuan Tahunan Ke-52 ADB. Serangkaian seminar dan pertemuan digelar pada kegiatan yang akan berlangsung hingga 5 Mei 2019 tersebut.
Berdasarkan data Asian Development Outlook 2019, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kawasan Asia Tengah pada 2019 diperkirakan 4,2 persen, Asia Timur 5,7 persen, Asia Selatan 6,8 persen, Asia Tenggara 4,9 persen, dan Pasifik 3,5 persen.
Pada 2019, pertumbuhan PDB negara-negara berkembang di Asia diperkirakan 5,7 persen. Namun, pertumbuhan PDB tersebut tidak termasuk ekonomi industrialisasi baru (the newly industrialized economies), yakni Hong Kong, China, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan, yang sebesar 6,2 persen.
Sementara pertumbuhan PDB Indonesia pada 2019 diperkirakan 5,2 persen. ”Salah satu faktor yang menyumbang pertumbuhan adalah kekuatan permintaan domestik,” ujar Sawada.
Dia menambahkan, salah satu tantangan di Asia—yang juga terjadi dalam dua dekade terakhir—adalah bencana. Sejumlah negara di Asia terpapar bencana, seperti siklon, topan, banjir, kekeringan, erupsi, dan tsunami.
Oleh karena itu, negara-negara di Asia harus mengutamakan penguatan ketahanan terhadap bencana.
”Hal ini menjadi tantangan penting bagi pemerintah, organisasi internasional seperti ADB, masyarakat madani, dan lainnya,” lanjutnya.
Direktur Jenderal Asia Tenggara ADB Ramesh Subramaniam menambahkan, rata-rata pertumbuhan PDB di ASEAN lebih rendah dibandingkan dengan kawasan lain di Asia. Rata-rata pertumbuhan ekonomi ASEAN pada 2017 dan 2018 masing-masing 5,3 persen dan 5,1 persen. Pada periode yang sama, rata-rata pertumbuhan PDB negara-negara berkembang di Asia adalah 6,2 persen dan 5,9 persen.
”Meski demikian, sejumlah negara ASEAN juga tumbuh tinggi, seperti Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam,” kata Subramaniam.
Pada 2018, pertumbuhan PDB Kamboja 7,3 persen, Laos 6,5 persen, Myanmar 6,2 persen, Filipina 6,2 persen, dan Vietnam 7,1 persen.
Menantang
Salah satu kegiatan sampingan dalam pertemuan ADB 2019 di Fiji adalah peluncuran laporan tahunan oleh ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO). AMRO adalah organisasi internasional yang dibentuk untuk mendukung stabilitas ekonomi dan keuangan kawasan ASEAN+3. ASEAN+3 mencakup 10 negara ASEAN ditambah China (termasuk Hong Kong), Jepang, dan Korea Selatan.
AMRO memproyeksikan pertumbuhan PDB riil ASEAN+3 pada 2019 sebesar 5,1 persen. Pertumbuhan PDB riil Indonesia pada 2019 diproyeksikan 5,1 persen atau melambat dibandingkan dengan 2018 yang sebesar 5,2 persen.
Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor mengatakan, tahun 2018 merupakan tahun yang menantang, termasuk bagi Indonesia yang terdampak bencana alam dan lainnya.
”Namun, ada ketahanan ekonomi sehingga perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh 5,2 persen,” katanya.
Menurut dia, salah satu tantangan pada 2019 adalah faktor eksternal. ”Kenaikan harga minyak, misalnya, bagus bagi fiskal, tetapi tidak bagus bagi neraca pembayaran,” ujar Hoe Ee Khor.
Ia mengatakan, inflasi dan suku bunga harus terus dijaga pada level yang baik untuk mendukung perekonomian. Pengembangan infrastruktur di Indonesia selama ini dinilai merupakan langkah tepat dalam upaya menjaga perekonomian tetap tumbuh.