SUMBAWA BESAR, KOMPAS — Lipstik merah, pelembab bibir, sampai bulu mata palsu menjadi senjata Santih Gunawan saat berlari pada Kompas Tambora Challenge-Lintas Sumbawa 320K. Meski berlabel ”pelari cantik”, jangan sekali-kali menyepelekannya. Santih merupakan juara bertahan kategori relay putri.
”Wajib itu. Lip balm biar bibir tidak kering. Lipstik selalu saya pakai beberapa ratus meter sebelum finis. Biar tetap merah merona. Saya ingin finis cantik dengan bulu mata yang masih bagus,” kata pelari berusia 42 tahun tersebut.
Tahun lalu Santih bersama pasangannya, Christine Gautama, finis tercepat di kategori relay putri dengan catatan waktu 67 jam 10 menit 57 detik. Saat finis, dia tampak segar dan masih bisa meloncat sambil bergaya di depan sorotan kamera.
Pelari asal Pangkal Pinang itu naik kelas tahun ini. Dia akan tampil pada edisi terkini Lintas Sumbawa, 1-4 Mei 2019, pada kategori individual. Jika tahun lalu hanya berlari 160 km, kali ini dia akan berlari dengan jarak dua kali lipat.
”Awalnya rencana ikut relay, tetapi Christine tidak bisa ikut. Dia ada event lari lain. Jadinya, saya putusin lari sendiri tahun ini. Saya memang selalu ingin mencapai sesuatu yang baru setiap tahun,” ujarnya.
Santih menargetkan finis 66 jam, 1 jam lebih cepat dari catatan relay. Tahun lalu Santih menyelesaikan 160 km pertama Lintas Sumbawa dengan catatan waktu sekitar 30 jam.
Walaupun berlabel ”pelari cantik”, Santih tetap serius dan mengejar prestasi di Lintas Sumbawa. Dia sangat menghormati rute ekstrem Lintas Sumbawa yang dikenal kejam terhadap pelari.
Sang debutan kategori individual ini sudah menyiapkan fisik dari jauh-jauh hari. Pada hari biasa, dia berlari 15-20 km, sementara pada akhir pekan berlari 30-50 km.
Dalam lomba kali ini, Santih berbekal perlengkapan khusus untuk menjaga kaki dari cedera. Dia menyiapkan empat sepatu lari dan selusin kaus kaki. Hal ini untuk mengantisipasi kelembaban di dalam sepatu yang bisa menyebabkan kaki lecet (blister).
Persaingan kategori individual putri sangat sengit dalam Tambora Challenge 2019. Selain Santih, terdapat juga juara bertahan dua tahun beruntun, Eni Rosita, yang masih memegang rekor waktu terbaik.
Disaksikan langsung
Persaingan antarpelari Tambora Challenge 2019 bisa disaksikan dari gawai ataupun komputer dalam Live Tracking di tamborachallenge.kompas.id. Dengan fitur terbaru ini, penonton dapat melihat pelari saling susul dari garis awal hingga finis.
Tambora Challenge merupakan lomba lari maraton ultra paling ekstrem di Asia Tenggara. Para pelari harus berhadapan dengan perubahan cuaca ekstrem sepanjang 320 km di Sumbawa.
Pelari akan memulai lari dari Poto Tano hingga finis di Doro Ncanga. Pada siang hari, suhu bisa mencapai 40 derajat celsius. Temperatur akan turun pada malam hari, diikuti dengan angin kencang.
Pelari harus berlari siang dan malam serta dalam kondisi terik dan hujan. Tahun ini syarat lomba semakin sulit. Peserta individu harus finis dalam waktu 68 jam atau berkurang 4 jam dari batasan waktu edisi sebelumnya.