Perempuan Berperan Penting dalam Penanggulangan Bencana
Peran perempuan penting dalam penanggulangan bencana. Mereka bisa melakukan pendidikan dini kesiapsiagaan penanggulangan bencana sejak dari rumah.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Peran perempuan penting dalam penanggulangan bencana. Mereka bisa melakukan pendidikan dini kesiapsiagaan penanggulangan bencana sejak dari rumah.
Hal itu menjadi tema peringatan Hari Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana 2019, Selasa (30/4/2019), di Lapangan Rampal, Kota Malang, Jawa Timur. Hadir dalam kegiatan itu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.
Dalam kesempatan itu, Doni Monardo menyampaikan bahwa peran perempuan sangat penting dalam penanggulangan bencana. Mereka bisa melakukan pendidikan dini kesiapsiagaan penanggulangan bencana sejak dari rumah.
”Edukasi dan pendidikan dini penanggulangan bencana wajib dimulai dari rumah. Peran perempuan sangat penting. Menyadari hal itu, tahun 2019 kami pilih tema perempuan sebagai guru kesiapsiagaan dan rumah sebagai sekolahnya,” kata Doni dalam sambutannya.
Menurut dia, perempuan dan ibu memiliki sifat melindungi, aktif berkegiatan sosial dan berkomunitas, serta sosok pembelajar yang baik. Hal itu, menurut Doni, menjadi modal dalam penanggulangan bencana.
”Selama ini perempuan paling banyak menjadi korban bencana. Ini bisa jadi karena belum paham dan belum memiliki kapasitas memadai dalam penanggulangan bencana. Ke depan semua pihak harus bekerja sama dalam penanggulangan bencana,” kata Doni.
Tren naik
Dalam perayaan hari kesiapsiagaan tahun 2019 itu, Doni mengingatkan bahwa tren bencana setiap tahun selalu naik. Tahun 2018, jumlah kejadian bencana sebanyak 2.572 peristiwa. Hal itu mengakibatkan korban jiwa 4.814 orang meninggal dan hilang. Sebanyak 21.064 orang luka-luka, dan 10,2 juta orang mengungsi. Total kerugian dirasakan lebih dari Rp 100 triliun.
”Adapun mulai 1 Januari 2019 sampai April 2019, korban jiwa akibat bencana mencapai 438 orang. Oleh karena itu, memahami resiko bencana akan membuat kita bisa memperkecil dampak bencana. Konsep pentahelik adalah solusi. Ada lima pihak terkait, yaitu pakar, pelaku dunia usaha, komunitas, media, dan pemerintah. Kata kuncinya adalah gotong royong, yang juga merupakan implementasi sila Pancasila,” kata Doni.
Kesiapsiagaan akan penanggulangan bencana penting, kata Doni, karena selama ini pakar menyebut Indonesia berada di kawasan rentan bencana. Ada potensi perulangan bencana dalam hitungan tahun, puluhan tahun, ratusan tahun, hingga ribuan tahun.
Menyadari pentingnya gerak bersama menanggulangi bencana, Doni menceritakan bahwa sejak 2017, BNPB menginisiasi gerakan peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi bencana dalam bentuk Hari Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana setiap 26 April.
”Hari ini bukan seremoni, melainkan mengedepankan aksi nyata, pemeriksaan sarana dan prasarana keselamatan, seperti rambu dan jalur-jalur evakuasi, tersedianya APAR (alat pemadam api ringan), dan terciptanya manajemen keselamatan bangunan tingkat. Latihan evakuasi dengan tenang dan tidak panik adalah keberhasilan dalam menghadapi bencana,” katanya.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah menanam vegetasi. Vegetasi di pantai bisa meredam tsunami. Doni mengingatkan, ukuran keberhasilan mitigasi bencana vegetasi adalah bukan berapa juta pohon ditanam, melainkan berapa banyak pohon itu tumbuh. ”Pohon bisa menyelamatkan banyak nyawa dan suhu bumi,” kata Doni mengajak orang untuk terus menanam pohon.
Sensitivitas
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap Jawa Timur bisa memperkuat desa tangguh dan kampung siaga bencana. Selain itu, meningkatkan sensitivitas masyarakat dalam melihat gejala alam yang berbeda dari semestinya.
”Banjir adalah bencana alam tertinggi di Jatim. Kami punya banyak air, tetapi kurang air bersih. Bencana lainnya adalah angin puting beliung, longsor, dan kebakaran hutan. Itu adalah empat besar bencana di Jatim,” kata Khofifah.
Oleh karena itu, Khofifah mengajak masyarakat Jatim untuk meningkatkan cinta pada alam dengan menghindari kemungkinan penggunaan plastik sekali pakai. ”Kalau kita menjaga alam, alam akan menjaga kita,” katanya.
Selain itu, Khofifah mengajak ibu-ibu saat belanja di pasar menggunakan plastik yang sebelumnya dipakai. ”Hindari menggunakan plastik sekali pakai. Kita tentu tidak ingin mendengar kabar mengkhawatirkan lagi akibat dampak plastik, seperti matinya jerapah di Kebun Binatang Surabaya beberapa waktu lalu akibat perutnya penuh sampah plastik,” katanya.