Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebutkan ada dua provinsi yang paling sering dikunjunginya selama menjabat. Selain Jawa Timur, Muhadjir mengaku juga banyak berkunjung ke Nusa Tenggara Timur.
”Kalau ke Jawa Timur, ya, sering. Karena sekalian pulang kampung ke Malang,” ujar Muhadjir seraya tertawa saat memberikan sambutan di hadapan perwakilan pejabat, guru, dan siswa di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara, pekan lalu.
Muhadjir melakukan kunjungan kerja ke wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste di Atambua untuk memantau pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer tingkat SMP. Setelah itu, Muhadjir melakukan kunjungan kerja ke Dili, Timor Leste.
”Saya sudah delapan kali berkunjung ke daerah di NTT. Sepanjang kunjungan ke NTT, saya senang melihat gairah belajar siswa. Itu bisa jadi warisan tradisi misionaris dan zending. Karena itu, pemerintah daerah harus melayani siswa dengan fasilitas pendidikan dan guru yang baik,” ujar Muhadjir yang juga mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
Muhadjir selalu menyempatkan diri berdialog dengan siswa. Di suatu kelas di SMA Negeri 1 Atambua, Muhadjir menghampiri meja siswa laki-laki. Ia mencoba mengajak siswa bercakap-cakap dalam bahasa Inggris sederhana. Namun, siswa tersebut terlihat malu.
Muhadjir menyebutkan dirinya pernah merasa dijelekkan seorang wartawan sehingga ia dinilai menghina masyarakat NTT. ”Saya berterima kasih ketika saya dituduh menghina masyarakat NTT, saya dibela gubernur, pastor, dan masyarakat NTT. Kalau saya menyampaikan ketertinggalan pendidikan di NTT, saya harap jangan dianggap menghina. Tapi mestinya jadi pemicu untuk maju,” kata Muhadjir.
Muhadjir juga mengaku sering berkunjung ke wilayah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga untuk melihat kondisi pendidikan para siswa. Dukungan pemerintah pada masyarakat di perbatasan terus menjadi prioritas.
Seusai kunjungan kerja di Atambua pekan lalu, Muhadjir melintasi perbatasan untuk masuk negara Timor Leste. Ia memiliki agenda untuk meresmikan Pusat Budaya Indonesia di Dili dan pertemuan dengan dua menteri yang menangani pendidikan dan kebudayaan.
”Waduh, saya salah perhitungan. Saya pikir tadinya sekitar satu jam perjalanan darat. Tidak tahunya sekitar tiga jam, mana kondisi jalannya banyak rusak,” ujar Muhadjir.
Sesampai di hotel di Dili, Muhadjir merasa lelah dan hampir tertidur. Padahal dia sudah dijadwalkan untuk bertemu dengan Menteri Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Timor Leste Dulce de Jesus Soares.
Demi bugar menjalani tugas negara, Muhadjir menyempatkan diri untuk joging di pagi hari. Ia berlari pagi sambil menikmati indahnya laut di Kota Dili yang tak jauh dari hotel.